Minggu, 21 September 2014

[resensi] Hidayah Lewat Rangkulan Tulus

Posted by Menukil Aksara | 8:27:00 PM Categories:



Judul Novel: Ku Melangkah dengan Bismillah
Penulis       : Safira Khansa
Penyunting : Radindra Rahman
Desain&Ilustrator Sampul: Adam S. Muhsinin
Penata Letak : Tri Indah Marty
Penerbit : Wahyu Qolbu, 2014
Halaman : xvi + 320 hlm
ISBN : 979-795-875-2

Blurb:

Gadis berkaus oblong, berompi tentara, dan bercelana gunung . Kepiawaiannya dalam berkelahi menobatkan dia sebagai pemimpin sindikat pencopetan. Itulah sosok Luna si preman jalanan.

Di saat dia mulai jenuh dengan hidup yang dijalani, Allah mempertemukan dia dengan seorang muslimah bernama Ani. Ibarat padang nan gersang, taman hati Luna mulai merasakan siraman yang menyejukkan. Islam yang menurut dia aneh dan menakutkan, tanpa disadari telah mengalirkan kedamaian dalam hati.

Namun, ujian demi ujian hadir dan seolah meruntuhkan benteng keimanan. Lantas, masihkah ada iman dalam hati Luna?

Sinopsis:

Luna, si gadis preman tengah muak dengan perubahan sikap sang ayah. Ayah yang mantan preman mendadak alim, rajin shalat berjamaah di masjid, bahkan gemar menceramahi Luna. Masih tertinggal kebencian pada sang ayah atas kelakuan di masa lampau dan kematian sang ibu. Di tengah kegusaran ini, Luna berjumpa dengan Ani, seorang mahasiswi berjilbab yang lembut hati dan halus tutur bahasanya. Ani yang ceria padahal mengidap penyakit serius menyentuh nurani Luna. Perkenalan mereka pun terjadi lewat cara yang tak biasa. Semakin mengenal Ani, semakin Luna merasa betah dan perlahan Luna menjemput hidayah. Saat inilah Allah menyapa lewat ujian keimanan bertubi-tubi. Didampingi Ani dan kakaknya, Luna berupaya tegar dan memilih sabar. Pernak-pernik romansa juga mewarnai liku hidup Luna. Akankah Luna tetap istiqamah menetapi jalan hidayah? Siapakah jodoh yang Allah takdirkan untuk menemani kesendiriannya? Kisah Ku Melangkah dengan Bismillah ini akan menjawabnya.

Review:

Novel karya penulis muda, Safira Khansa ini kental akan muatan religi. Dari judulnya saja kita sudah bisa menangkap aura relijius itu. Dengan kutipan "Bila Selangkah kudatang pada-Mu, seribu langkah Kau datang padaku" yang tertulis di pojok kanan bawah sampul, judul kian bermakna. Desain sampulnya manis, bernuansa girly dengan balutan warna putih dan shocking pink, namun tetap agamis. Gambar sosok muslimah berjilbab (Ani) dan gadis berambut pendek bercelana gunung (Luna) tengah memandang dari kejauhan menjadi sorot utama.

Keeenam belas bab di dalam perjalanan kisah Luna dan Ani menggunakan sudut pandang orang ketiga. Saya pribadi merasa, somehow, akan lebih akrab dan mengena jika saja digunakan sudut pandang orang pertama (entah Luna, Ani, atau keduanya bergantian).

Di lembar-lembar halamannya, kita akan kerap menjumpai nasihat agama, baik yang dikutip langsung maupun diucapkan oleh karakter dalam cerita.
"Ah, uang bisa dicari, Mbak! Rezeki ada yang mengatur. Mungkin saya kurang sedekah." (halaman 66)
"Sesungguhnya dunia itu perhiasan-perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita salihah." (HR. Muslim)-kutipan di halaman 81
Dan masih banyak nukilan-nukilan ayat maupun hadits serta dialog bermuatan dakwah di tiap bab.

Selain itu, kita juga bisa menimba hikmah dari beberapa potongan narasi.
"Ah, betul! Tidak ada istilah keabadian untuk sebuah kesedihan. Seperti hidup yang tidak abadi, seperti itulah potongan kisah dalam hidup yang juga tak akan abadi." (halaman 169)
"Betul kata orang, jika ingin hati terasa 'hidup', maka berkumpullah dengan orang-orang yang hatinya hidup." (halaman 210)

Dari sisi keberhasilan membuat pembaca terikat secara emosional dengan karakter, saya bisa katakan novelis ini cukup sukses. Bagi saya, adegan-adegannya menggelitik manis sekaligus mengeruk air mata. Beberapa adegan favorit saya, diantaranya:
"Masih di tempat wudhu, ia merogoh celana gunungnya. Diraihnya secarik kertas kumal, dibacanya isi kertas itu sambil menengadahkan tangan tinggi-tinggi. Di kertas itu ada tulisan Ani; doa setelah berwudhu..." (halaman 139)
"Lengkap sudah. Kini Luna telah memohon. Bertahun-tahun ia telah berhenti menjalankan ritual paling manjur untuk menolak takdir: berdoa." (halaman 188)

Untuk narasi yang disertai perumpamaan, meski ada yang kurang pas di beberapa bagian, namun ada juga yang mengena. Contohnya:
"...Wajahnya pucat bagai mi rebus basi... Kakinya bagai tertancap di muka jalan, kaku dan kehilangan persendian." (halaman 179-180)
"Amarah yang berminggu-minggu ini memenuhi rongga dada Luna, kini tersihir menjadi pedang pencipta rasa sakit yang mengoyak-ngoyak jantungnya." (halaman 189)

Satu-satunya yang cukup saya sayangkan dari novel ini adalah keberadaan onomatope (tiruan bunyi-bunyian) yang terserak di banyak halaman. Ambil saja contoh, grek-grek, kreek, bruum, tok-tok, tis-tis, tuk, glek, dan sebagainya.

Mengutip pendapat seorang Dee Lestari yang dicantumkan dalam buku 101 Dosa Penulis Pemula (Isa Alamsyah), onomatope ini tidak perlu atau dihindari karena mengganggu, membatasi ruang imajinasi pembaca, sekaligus multitafsir.
"We're writers, but don't write 'em all down. Trust our readers' ability to imagine things. And give them some inspiring and convincing description. A person laughs, okay, but we don't need to read the "hahaha"... A phone rings, please save the "Kring! Kring! Kring!"

Menurut hemat saya, setidaknya onomatope ini diminimalisir atau diganti dengan onomatope yang tercantum dalam KBBI.

Rekomendasi:

Secara keseluruhan, novel ini inspiratif. Pesan kuat di dalamnya menegur kita untuk tak memandang sebelah mata pada saudara/i seiman yang masih jauh dari agama dan belum tersentuh oleh tangan hidayah. Hidayah tak saja datang lewat rengkuhan orang-orang terdekat, namun bisa jadi hadir lewat sapaan orang asing. Dan sesudah hidayah menyapa, masih terbentang jalan panjang untuk menetapi keistiqomahan.

Kisah ini sesuai dibaca para remaja maupun orang dewasa. Semoga sang novelis, Safira Khansa, akan melahirkan karya-karya lain yang sama atau lebih menggugah ke depannya. Masukan saya di review atas diharapkan bisa menjadi perbaikan, meski itu sebatas ilmu yang saya tahu.
posted from Bloggeroid

Rabu, 17 September 2014

[resensi] Curhat Ala Momwriter

Posted by Menukil Aksara | 8:57:00 PM Categories:
a photo by Octaviani

Judul Buku : Momwriter's Diary
Penulis : Dian Kristiani
Penyunting : Marina Ariyani
Desain dan tata letak: Helen Lie
Ilustrasi cover dan komik: Indra Bayu
Penerbit : PT Bhuana Ilmu Populer, 2014

Blurb:

Kata siapa menjadi penulis itu susah? Enggak tuh. Dian Kristiani sudah membuktikannya. Sehari-hari, Dian disibukkan dengan urusan rumah tangga dengan segala tetek-bengeknya. Namun, dia tetap bisa menjadi seorang penulis profesional. Momwriter! Itulah julukannya sekarang. Dian sudah membuktikan bahwa semua orang bisa menjadi penulis profesional, termasuk ibu rumah tangga.

Sinopsis:

Seorang Dian Kristiani dikenal sebagai penulis yang produktif. Nyaris seratus buku solo telah dilahirkannya selama kurun waktu tujuh tahun, dan sebagian besar dari buku-buku tersebut bergenre cerita anak. Melihat kiprah Mbak Dian di dunia kepenulisan, wajar rasanya jika buku ini hadir sebagai sarana berbagi pengalaman. Diawali dengan PHK, menciptakan lapangan kerja dengan menulis, merintis jalan dengan menawarkan naskah ke berbagai penerbit mayor, mempertahankan konsistensi di tengah tugas sebagai ibu dan istri, menjaga hubungan baik dengan pihak penerbitan, hingga meladeni aneka pertanyaan dari para fans (hehe...) terkait seluk-beluk dunia kepenulisan, buku ini lahir terinspirasi dari rangkuman pertanyaan yang kerap ditujukan pada Mbak Dian. Buku ini juga menyentil soal plagiarisme, royalti atau jual putus naskah, hingga menulis sinopsis yang kece. Jika kamu khawatir akan bosan membaca sebuah karya non fiksi, maka kekhawatiran tersebut tak perlu timbul dengan hadirnya ilustrasi berupa 21 komik apik nan menghibur di dalam buku ini. Jadi, siapkah kamu berselancar dalam dunia momwriter?

Mengupas Isi Buku:

Buku setebal 142 halaman ini berdesain sampul unik, dengan baluran warna monokrom yang mendominasi dan komik yang sangat mewakili sosok penulis beserta kesehariannya sebagai ibu rumah tangga.

Lewat semboyan "every mom can be a writer", buku ini disajikan dalam tutur kata yang renyah dan humoris. Membaca buku ini sangat jauh dari imej 'berat' yang biasa menempel pada buku non fiksi. Gaya bahasanya lebih mendekati gaya bercerita yang mengalir, laiknya seorang kawan baik yang sedang berbagi pengalaman dengan kita.

Mengenai isi, buku ini hendak mematahkan argumen dan pembenaran yang acapkali dilontarkan para ibu mengenai sulitnya mengelola waktu antara jadwal urusan rumah tangga dengan jadwal menulis. Buku ini juga menekankan, bahwa jika serius ingin mengandalkan nafkah dari menulis, maka yang pertama harus ditekankan adalah motivasi yang kuat, yakni dari sisi materi yang akan diperoleh, alias harus matre. Bedakan penulis profesional dengan penulis amatir.

"Seorang teman pernah bertanya padaku, Mbak Dian, kok bisa produktif sekali? Apa rahasianya? Jawabanku sederhana, "Bayangkan saja uang yang akan kamu terima. Pasti produktif!" (halaman 5)

"Profesional artinya bekerja. Nah, memangnya Anda mau kalau bekerja tidak dibayar?" (halaman 6)

Dalam bahasan berjudul Plagiarisme Ada di Mana-mana, Mbak Dian menjabarkan dengan cukup lugas contoh-contohnya.
Simak saja penuturan berikut:

"Suatu hari, seorang teman memberitahuku bahwa si A yang baru saja meluncurkan sebuah novel dengan setting luar negeri, ternyata melakukan plagiat dari artikel-artikel perjalanan di internet." (halaman 12)

"Mengakui ide orang lain sebagai idemu, juga termasuk plagiarisme." (halaman 13)

Salah satu perkara sensitif lain yang sering menciptakan kegalauan pada penulis pemula adalah masalah pembayaran, antara royalti atau jual putus. Mbak Dian lagi-lagi menerangkan dengan cukup gamblang mengenai hal ini.

"Apa kelebihan royalti? Menurutku, ini seperti passive income. Kita duduk manis, uang mengalir sendiri ke rekening kita setiap enam bulan." (halaman 22)

Namun, adakalanya fakta di lapangan tidak sesederhana jawaban di atas. Beraneka persoalan terkait kelancaran pembayaran royalti, kemapanan penerbit, dan kebutuhan penulis, bisa mengakibatkan kebimbangan. Di bab Royalti Versus Jual Putus inilah akan dikupas tuntas pertimbangan yang Mbak Dian sodorkan.

Masih ada sederet bahasan terkait teknis menulis, manajemen waktu, menangkap ide, hingga contoh konkret sinopsis, portofolio, menyusun kumpulan cerita anak ,dan cerita bergambar, yang diberikan Mbak Dian dalam buku Momwriter's Diary ini. Penulis amatir alias pemula akan sangat terbantu dengan membaca alur bab di buku ini.

Yang menarik perhatian saya selain perbincangan di atas, adalah sorotan mengenai attitude seorang penulis profesional yang berpengaruh pada kelanggengan kiprahnya di dunia menulis.
Attitude ini diulas dalam beberapa bab, antara lain: Penulis Jumawa, Penulis Aura Negatif, dan Langgeng.

"Kalah lomba menulis, bikin status. "Kalah melulu. Ya iyalah, pesertanya senior-senior gitu."

"Si editor merombak naskahnya, misuh-misuh. "Gila ya editornya. Tuh naskah kan gua bikin dengan segenap hati, jiwa, dan raga."

Mengalami konflik dengan penerbit, langsung menyebarluaskan ke sosial media. (halaman 32-36)

Nah, ngaku, ya. Jangan-jangan kamu (atau saya malah) pernah menjadi tersangka tindakan seperti di atas? Hehe...

Atau, tak mau terima kritik. Merasa tulisannya paling bagus sedunia dan orang lain diremehkan? Ini ciri-ciri penulis jumawa (halaman 58-60).

Atau, bagaimana dengan yang terjebak euforia kala naskahnya di-acc, lantas berlama-lama sibuk mengumumkan di sosial media? Ujung-ujungnya lupa menulis (atau melanjutkan menulis). Ini dia yang tak melanggengkan seorang penulis dalam profesinya. (halaman 111-114)

Wah, kalau membaca kutipan-kutipan di atas, kok saya merasa tersindir, ya? Atau, kok bener semua, sih? Jangan heran, begitulah pula yang saya rasakan selama membuka halaman demi halaman buku ini. Merasa bersalah, tertuding, gondok, atau serasa ditoyor bahkan ditampar dengan kalimat demi kalimatnya. Memang itulah guna buku ini. Kita diingatkan, tidak dilenakan dengan penghiburan dan basa-basi. Karena buku ini ditujukan bagi mereka yang siap dengan perubahan diri ke arah lebih baik. Baca, pahami, praktikkan!

Eh, tapi buku ini juga nggak seseram momok, loh. Komik-komik yang menutup tiap babnya dipersembahkan sebagai hiburan mata dan hati, sesudah digebuki (hehe). Kita bisa senyum-senyum bahkan tergelak ketika membaca polah kocak Mbak Dian bersama keluarga kecilnya.

Menyimak keseluruhan isi buku, saya curiga bahwa Mbak Dian adalah sosok wanita dengan sense of humor yang kece badai. Dia tahu kapan harus serius, dan kapan harus melucu :D

Rekomendasi:

Saya sangat menikmati pengalaman membaca buku ini tiba-tiba sudah mencapai halaman akhir saja. Di sisi lain, penjelasan Mbak Dian mudah dipahami dan diaplikasikan tergantung kesungguhan niat kita. Melalui buku ini, saya disadarkan bahwa menyandarkan materi dari penghasilan menulis itu sangat bisa, asal kita mau dan mampu mengubah mindset kita. Jangan lagi menjadikan hobi dan mengisi waktu luang sebagai alibi agar tidak terjun secara profesional di dunia menulis. Penerbit bertebaran menanti naskah keren kita. Jadi, tunggu apalagi?

Satu-satunya kekurangan buku adalah adanya typo di beberapa bagian, yang saya harap bisa diperbaiki di cetakan selanjutnya.

Saya memberikan 4,5/5 bintang untuk buku inspiratif ini. Tak hanya para ibu, siapa pun layak membacanya.



posted from Bloggeroid

Senin, 15 September 2014

[resensi] Romansa Remaja Tahun 90-an

Posted by Menukil Aksara | 7:47:00 PM Categories:


Judul Novel : Dua Masa di Mata Fe
Penulis : Dyah Prameswari
Penyunting : Sasa
Proof Reader: Dyah Utami
Lay out : Erina Puspitasari
Desainer Sampul & Ilustrasi: Fahmi Fauzi
Penerbit : Moka Media, 2014
Halaman : iv + 220 hlm

Blurb

Mei 1998, masa ketika aku genap berusia 21 tahun. Usia yang matang memang, apalagi untuk memahami kenapa api tiba-tiba datang membakar harapan dan kebahagiaan. Teriakan dan bau penderitaan itu, aku tak ingin membahasnya. Namun, satu hal, aku hanya ingin sejarah tak meminta waktu untuk mengulang kejadian yang sama. Seperti cinta dan rasa sakit.

Sinopsis

Novel ini bersetting tahun 1998 (flashback), tepatnya kala kerusuhan Mei tengah bergolak. Berkisah tentang sepenggal episode hidup seorang Fe, gadis keturunan tionghoa berusia 21 tahun yang terjebak di dalam bangunan ruko bersama kedua orangtua dan adik laki-lakinya, ketika massa penjarah memporakporandakan kebahagiaan dan ketenteraman. Fe selamat dari tragedi pembunuhan dan pembakaran, namun terpaksa memasrahkan keselamatan pada seorang pemuda bernama Raish. Dalam perjalanan menjauhi marabahaya inilah mereka saling jatuh cinta, diwarnai pernak-pernik intrik dan ujian sepanjang perjalanan. Hingga ketika Fe berhasil bertemu Opa-Oma di Surabaya, terkuaklah rahasia kelam tentang siapa diri Raish sesungguhnya. Apakah takdir akan berpihak pada kisah cinta mereka? Silakan baca saja kisah selengkapnya di dalam novel remaja ini.

Sisi Menarik Isi Novel

Semenjak menyentuh sampul novel, saya merasa sudah dimanjakan desain yang elegan, dengan motif timbul kotak-kotak kecil di keseluruhan badan sampul. Ketika diraba, akan nyata bedanya. Ilustrasi gambar sampul juga menarik. Gambar dua tokoh dilatarbelakangi cangkir dan jam pasir. Pilihan warnanya juga mencolok, didominasi warna merah. Oh ya, bonus pembatas buku cantik turut menyumbang nilai plus.

Di halaman ucapan terima kasih, saya terkesan dengan separagraf terakhir berisi pesan bagi pembaca novel. Begini bunyinya, "Dan kamu, yang sedang membaca halaman ini, yang akan menjadi saksi bagaimana Fe memulai kisahnya. Ini bukan sekadar tentang cinta, tapi juga tentang perbedaan yang selalu ada. Perbedaan yang menuntut pemahaman, dan untuk dijalani, bukan untuk dirutuki. Pada kamulah aku menitipkan kisah ini." (halaman iv)
Wah, membaca ini pembaca akan merasa spesial.

Novel ini memang mengambil setting yang bisa dibilang cukup muram. Barangkali yang membaca blurb akan salah sangka, mengira isinya akan berat. Memang ada tragedi, kehilangan, dan kesedihan di dalamnya, namun itu semua dikemas manis ala novel remaja.

Meski terdapat sisi suram dalam plotnya, namun terserak pula plot yang menyegarkan, menggelitik tawa atau senyum, dan rona-rona merah jambu. Simak saja dalam adegan Fe dan Salsa (adik Raish) yang tengah asyik berkencan dengan komik-komik pada zaman itu.
"Ranma Setengah? Apaan sih ini," Salsa mencibir saat membaca judul komik yang dipegangnya. "City Hunter, Kobochan... Huh!"
"Salsa paling suka Candy-Candy," ujar Salsa lagi. (halaman 90)

Atau ketika Fe dan Raish membicarakan lagu-lagu kesukaan mereka yang sedang hits di masa itu, seperti lagu dari Savage Garden, Toni Braxton, Bon Jovi, dan Dewa 19.(halaman 107-121)

Selipan ini sekaligus menggambarkan kedetilan penulis dalam upaya menampilkan tren masa tahun 90-an. Setting Jakarta, Cimahi, jalur pantura, dan Surabaya pun cukup apik ditata.

Keunggulan novel Mbak Dydie ini juga terletak dalam suspense yang diciptakan di nyaris semua babnya. Jika terdapat bab yang lebih 'tenang', mungkin hanya pada bab pertama dan bab terakhir yang settingnya di masa sekarang.
Berkat kepiawaian penulis menyuguhkan ketegangan demi ketegangan di tiap bab dan lembaran novel, saya merasa jauh dari rasa bosan saat membaca, bahkan selalu terpancing rasa penasaran akan nasib sang tokoh selanjutnya.

Bab yang paling menegangkan menurut saya adalah pada bab kedua (halaman 9-38), tatkala huru hara berlangsung. Juga pada bab Fighter (halaman 123-146), ketika Fe nyaris diperkosa. Bahkan di bab ini saya merasa sangat geram dengan sosok Djunaedi dan turut merasa ingin memukul si karakter antagonis ini. Ini pertanda Mbak Dyah sukses menciptakan koneksi antara karakter dengan pembaca.

Beberapa kutipan menarik juga saya jumpai dalam novel ini, diantaranya:

"Hawa pagi selalu dipenuhi buntalan doa, Fe. Mereka siap melangit." (halaman 200)

"Tapi waktu tidak bisa diputar ulang agar kita bisa belajar dari rasa sakit." (halaman 211)


Rekomendasi

Ada yang pernah menyatakan, tiada karya sastra yang sempurna. Selalu ada celah kekurangan. Sisi kekurangan novel ini menurut saya semata dari temuan typo di sana-sini, namun bukan yang fatal hingga merancukan isi atau mengusik kenyamanan membaca.
Novel ini bagus, menyajikan sisi lain kehidupan remaja, yang tak selamanya indah, penuh keriangan, dan diwarnai kisah cinta monyet yang klise.
Saya berikan 4/5 bintang untuk karya Mbak Dyah Prameswari ini.







posted from Bloggeroid

Sabtu, 13 September 2014

Ini Kisahku

Posted by Menukil Aksara | 4:36:00 PM Categories:
Ah, aku muak pada si cantik pendatang baru itu! Semenjak kedatangannya kemarin, tiada jeda dia mengoceh tentang hidupnya yang malang. Setelah berbulan-bulan duduk anggun di lemari kaca seorang top model berparas mirip Nefertiti, dia dicampakkan ke tong sampah. Pemulung yang mencium wangi sisa parfum dalam tubuhnya, dengan riang mengantonginya. Lain hal dengan si tambun elegan dari bar tetangga. Dia bangga telah menawarkan surga dunia bagi para pejabat daerah dan wanita-wanita penghiburnya. Pesta semalam suntuk adalah keahlian si tambun. Tetamunya terkekeh dan masyuk dalam candunya. Hah, jijik aku dengan kepongahannya! Aku bersyukur menjadi diriku. Air segarku telah menyejukkan kerongkongan muda-mudi penuntut ilmu. Selepas itu pun, anak-anak pengamen memintaku bermain dengan butir-butir beras, lantas terluncurlah nada-nada fals dari bibir-bibir secokelat kurma itu. Hai, ada tangan mungil menyentuhku kini! Sudah tiga hari aku menginap di rumah petak ini. Eh, tapi tunggu, apa yang akan diperbuat tangan kecil ini? Oh, tidak, jangan! Jangan kau minum aku, Sayang! Aku bisa membunuhmu! Kau pasti tak tahu, ibumu memasukkan minyak tanah ke dalam tubuhku. Jangaaaann! Pekikku tanpa suara.

posted from Bloggeroid

Minggu, 07 September 2014

[FF] Tumbangnya Sang Mahadewa

Posted by Menukil Aksara | 11:19:00 PM Categories:
foto dari SINI

Hiruk pikuk di halaman kampus berumput lebat—subur oleh siraman hujan semalam—menarik perhatian sebagian besar mahasiswa. Para mahasiswa antusias merapat ke pusat keramaian. Gerimis baru saja reda, tersaput semilir angin yang dingin.

    “Korupsi, kolusi, nepotisme masih menjadi isu utama, tak terkecuali di kampus kita tercinta. Siapa pun yang terpilih nanti harus mampu mengusung idealisme anti KKN... “

    Orasi meletup-letup dengan suara serak yang khas menggema. Riuh sorak sorai pendukung dan siulan mengekor. Seorang pemuda bertubuh cukup tambun, berdahi lebar, dan bermata burung hantu, tampil percaya diri di atas mimbar.

    “Si Arif itu yakin sekali akan menang melawan Dewangga. Dia pasti punya senjata andalan,” bisik seorang mahasiswa berkemeja garis-garis.

    “Hah, sok tahu lo!” cibir seorang kawan di sebelahnya. “Dewangga itu mahasiwa teladan. Dia nyaris sempurna, nggak segampang itu ditumbangkan.”

    “Hahaha... bahkan Dewa Zeus saja punya kelemahan karena istri manusianya. Mantan presiden “abadi” kita pun dilengserkan. Apatah pula seorang Dewangga!”

    Obrolan itu berakhir, seiring bubarnya audiens orasi dalam rangka masa kampanye calon ketua BEM.

☼☼☼☼

    Hari pemungutan suara tiba. Berduyun-duyun mahasiswa mendatangi bilik suara khusus. Pemilihan umum yang mengambil miniatur pemilu negeri.

    Dewangga, dengan tubuh jangkung dan paras rupawan mirip sang bupati mantan model, tak henti tersenyum ramah pada setiap pendukung setianya. Sang manusia jerapah, demikian julukannya. Supel, bervisi jauh ke depan, dan bijak. 

    Tiba-tiba dering melodi ponsel berbunyi bertubi-tubi. Para mahasiswa di luar bilik pencoblosan serentak melongok layar ponsel mereka. Dengung suara memenuhi rongga udara beberapa menit kemudian.

    “Dewa, gawat! Coba lo lihat ini!” Seorang mahasiswi berparas eksotis dengan rambut lurus sebahu berseru panik.

    Dewangga terhenyak. Matanya mendelik. Bibirnya lirih menghamburkan kata-kata makian. 

    “Dewa, apa bener video ini? Jadi lo pernah main keroyokan dan bikin Arif babak belur sampai masuk rumah sakit?”

    “Kok diam aja, Wa? Lo nggak sanggup menyangkal?”

    Suara-suara menodong menghampiri Dewangga. Tangan Dewangga terkepal membendung amuk amarah.

    “Setan, lo, Rif! Laki-laki cabul pengecut!” Dewangga misuh-misuh. Tanpa mempedulikan cecaran pertanyaan, dia melenggang pergi selincah kucing.

☼☼☼

    “Maafkan Dewinta, Kak.”

    “Sudahlah, Nta. Kamu jauh lebih berharga daripada jabatan ketua BEM. Seharusnya Kakak tahu, ular seperti dia akan menunggu saat tepat untuk menyuntikkan bisa.“

    Dewinta menunduk nyeri. Ingatannya melayang pada peristiwa percobaan perkosaan setahun silam. Rekaman suara yang menjadi bukti tindakan biadab Arif dibalas dengan video rekaman perkelahiannya dengan Dewangga. Dewangga tak mungkin berkilah dan membongkar aib adik semata wayangnya.



*Prompt Quiz #5 - 383 kata
*FF ini terinspirasi dari filosofi makna jerapah sebagai simbol karakter manusia

Sabtu, 06 September 2014

[review buku] Nano-Nano Cinta – dan Cinta pun Bisa Mengejutkanmu

Posted by Menukil Aksara | 4:15:00 PM Categories:

Judul Buku              : Bukan Pangeran Kodok (Kumpulan Cerpen)
Penulis                    : Shabrina Ws, Riawani Elyta, Sari Yulianti, dkk
Editor                      : Yashinta
Setting                    : Vita/Alek
Desain Cover            : Yisar
Korektor                  : Susy Oktaviani
Penerbit                  : Sheila, 2013
Jumlah Halaman     : 226 halaman

Pernahkah kamu menyangka, kalau cinta bisa mengejutkanmu lebih dari yang kamu duga? Bicara cinta memang tidak ada habisnya. Bukan Pangeran Kodok adalah kumpulan cerita yang berisi asem, manis, dan getirnya cinta.

Sinopsis
    Adalah Celeste, gadis asli Sorong, memiliki impian hidup yang tinggi walau pernah mengalami masa lalu yang kelam. Seorang peneliti asal Amerika tertarik pada tulisan ilmiahnya dan bersedia membiayai kuliah Celeste di Washington DC. Dukungan selalu diperoleh dari Ben Saimima yang diam-diam mencintainya. Namun sayang, tes kesehatan yang ia lakukan ternyata menunjukkan bahwa dirinya mengidap HIV. Nila Kaltia berkisah di Cenderawasih Patah Sayap, dengan nuansa lokal yang eksotis.

    Lain lagi yang dialami Anne. Akun fb-nya di-hack. Dia semakin pusing ketika pelaku mengarah pada Langit, cowok yang diam-diam menarik perhatiannya. Masa iya sih, Langit setega itu? Jejaring Romansa persembahan cantik dari Keenan Naura.

    Fe percaya, cinta itu punya tempat sendiri-sendiri. Dia lahir bersama takdirnya. Dan itulah yang dinamakan jodoh. Tapi Fe jatuh cinta pada Zaki, cowok yang 12 tahun lebih tua darinya. Siapkah Fe menikah? Apakah benar ada harapan untuk kisahnya bersama sang pangeran pujaan? Kisah menggemaskan dari Linda Satibi.

    Bermula dari khayalan memiliki seorang kekasih laiknya remaja sebaya umumnya, suatu malam Vivin justru berjumpa seekor kodok yang mencuri perhatiannya. Semenjak itu tingkahnya kian aneh, seakan terobsesi dengan si kodok peliharaan baru. Kabar baiknya, obsesi tersebut mengalihkan khayalan dan ocehan Vivin tentang pacar. Sebuah kisah lucu nan menggelitik dari Shabrina Ws.

    Akan masih banyak cerpen lain di buku ini yang membuat ekspresi Anda berubah-ubah. Inilah persembahan spesial dari komunitas Be A Writer Indonesia untuk para remaja maupun Anda, pendamba kisah cinta dari segala sisi.



Benang Merah dan Ulasan Tentang Buku
    Sudah tak terhitung jari karya yang menghadirkan kisah romansa cinta remaja, entah itu kumpulan cerpen, puisi, kisah nyata, dan novel sepanjang masa. Cinta di masa belia, cinta yang ranum, bahkan bisa jadi bersemi sebelum waktunya. Kisah cinta yang memang tak lekang untuk dituliskan. Lantas kisah seperti apakah yang hendak ditampilkan oleh para penulis dari komunitas Be A Writer Indonesia dalam buku Bukan Pangeran Kodok ini?

    Desain sampul buku tergolong unik dan eye catching. Dengan dominasi warna hijau muda dan tua, tulisan judul putih, dan gambar tokoh setengah badan dengan posisi terbalik dan kodok di atas kepala, sangat tak biasa menurut saya. Bisa jadi hijau dipilih selain sesuai dengan perwujudan sang kodok, juga mewakili dunia remaja yang segar, kadang disisipi khayalan-khayalan mengundang tawa.

    Kekhasan dari keseluruhan cerpen dalam buku ini menurut penilaian saya adalah keinginan untuk mengajak pembaca memaknai lebih bijak cinta yang tumbuh dan bersemi di masa remaja. Cinta itu amanah, hendak kita bawa ke arah mana dia adalah pilihan yang akan dimintai pertanggung jawaban kelak. Kisah-kisah cinta dalam buku ini seakan hendak menyodorkan solusi yang arif kala cinta itu belum waktunya berlabuh atau gugur di tengah jalan. Misalnya dalam kisah Cinta Salah Tempat (halaman 29), sang tokoh akhirnya mampu mengalihkan gelora semangat masa muda kepada kegiatan produktif yang postifif, seperti belajar jurnalistik, membuat kue, dan bahasa Jepang, alih-alih merutuki patah hati dan cinta yang belum saatnya bertemu jodoh.

    Selain itu, cerpen-cerpen dalam buku ini juga menghadirkan kisah cinta dalam wujud lain, di judul Tongkat Bambu Kuning Ayah (halaman 103). Di sini, masa remaja tak melulu ditaburi romansa cinta monyet pada lawan jenis, namun cinta pada seorang ayah, ketabahan, dan kesetiaan. Riawani Elyta dalam cerpennya Dia Yang kembali Tersenyum di halaman 44 juga menyoroti efek cinta kala remaja dari sudut penilaian fisik yang dangkal, yang acapkali menjerumuskan korbannya pada tindakan di luar batas kewajaran, misal terobsesi untuk selalu kurus, dengan segala cara, pun cara yang menyalahi kaidah kesehatan.

    Daya tarik lain dari buku kumpulan cerpen ini adalah keberadaan kutipan-kutipan manis di tiap babnya. Kutipan-kutipan ini menjadi semacam pengantar cerita yang memancing keingintahuan pembaca akan kisah lengkap di bab tersebut. Salah satu kutipan favorit saya adalah “Cinta itu bukan simpul mati, ia bisa diurai dengan kedalaman hati.” (halaman 193)


Rekomendasi
    Saya memang menjumpai typo di sana-sini dalam buku ini, namun jika ditilik dari tema, originalitas ide, kedalaman cerita, kesalahan ini masih tertutupi. Saya berharap kesalahan ejaan dan ketikan ini setidaknya bisa jadi bahan koreksi para penulis dan perbaikan di cetakan selanjutnya oleh pihak penerbit jika memungkinkan. Secara keseluruhan, saya menyukai buku kumpulan cerpen remaja Bukan Pangeran Kodok ini dan buku ini layak mendapatkan 3,5 bintang.    




Jumat, 05 September 2014

[review buku] Ramadhan: Selalu Istimewa di Hati

Posted by Menukil Aksara | 10:52:00 PM Categories:


Judul Buku           : Once More Ramadhan
Penulis                 : Adya Pramudita, Dian Nafi, Aida MA, Linda Satibi, dkk
Desainer Kover    : Sapta P. Soemowidjoko
Penata Isi             : Phiy
Penerbit               : Grasindo, 2014
Jumlah Halaman  : 142 hal


Ramadhan adalah bulan istimewa. Di dalamnya selaksa nikmat dan berkah hadir menggurat kesan tersendiri di hati. Kerap tercipta momen-momen tak terduga yang mengubah cara pandang dan pola pikir hingga akhirnya mewarnai jalan kehidupan kemudian.

Sinopsis
    Setiap orang pasti memiliki kisah Ramadhan terbaik dalam hidupnya, yang mengubah pandangan atau meningkatkan kesyukuran. Tak pernah ada kata yang cukup untuk menggambarkan keistimewaan Ramadhan—bulan seribu bulan ini. Melalui cerita-cerita sederhana di buku ini, tim penulis ingin berbagi tentang sebuah momen yang berkaitan erat dengan bulan yang senantiasa menebarkan keberkahan pada setiap umat, tanpa kecuali.

    Kisah-kisah nyata di dalam buku ini dikemas sarat makna. Ada kisah seorang anak yang merindu kue kaleng (biskuit), yang sesungguhnya adalah penjelmaan rindu kepada sang ibu yang terpisah jarak ribuan mil. Lain lagi cerita seorang gadis yang menemukan Ramadhannya saat tak ada teman di sekitar, bahkan tak juga keluarga. Betapa ia tergugu saat merasakan Allah mendekapnya, sementara diri berlumur pekat dosa. Pun kisah lainnya, saat kehidupan tak lagi sama. Kenyamanan berganti haluan menjadi ujian kepapaan dan kehilangan. Betapa kehidupan baru bersama empat orang anak sangatlah berat. Namun berbekal keyakinan atas kebaikan-Nya, semua dapat terlampaui. Hadir pula pengalaman Ramadhan di belahan dunia lain, di negeri orang yang asing, di mana muslim menjadi minoritas. Betapa ukhuwah yang masih erat terasa, adaptasi dengan iklim Ramadhan yang jauh berbeda, mampu menyadarkan kita akan warna-warni kehidupan. Dunia tak hanya berputar di sekeliling kita. masih ada dunia luar yang luas di sana. Kerinduan akan sosok-sosok istimewa di hati juga tersaji apik dalam buku ini. Kepergian orang-orang terkasih di Ramadhan, ataupun kenangan mereka yang hadir di momen jelang Ramadhan dan hari raya, akan menggugah kealpaan kita tentang bagaimana mensyukuri tiap jengkal kenangan manis bersama,

Kesan Terhadap Buku
    Saban Ramadhan telah sampai di gerbang kedatangan, bertebaran buku-buku religi, baik itu fiksi maupun non fiksi, yang menawarkan inspirasi untuk dibagi. Banyak di antara buku-buku tersebut yang berupaya menghadirkan ruh Ramadhan, kekhusyukan ibadah, dan segala pernik persiapan menyambut bulan penuh rahmah. Buku ini salah satu dari sekian buku tersebut.

Desain sampul yang sederhana, didominasi warna putih dan sketsa bangunan dengan tiga pintu, menurut saya sangat mewakili judul dan makna buku ini. Putih adalah lambang kesucian hati yang diharapkan digapai oleh muslim seusai Ramadhan, juga menggambarkan bulan Ramadhan sendiri sebagai bulan yang suci. Tiga pintu dengan salah satunya terpalang dan satu lainnya terbuka, barangkali ingin menggambarkan pintu-pintu kemaksiatan yang dibelenggu dan pintu-pintu kebaikan yang dibuka lebar kala Ramadhan.

Satu kekhasan yang ingin ditonjolkan oleh buku ini di mata saya antara lain dari segi tim penulis, yang notabene merupakan para anggota sebuah komunitas kepenulisan aktif. Beberapa dari mereka bahkan telah melahirkan karya-karya solo top dan memenangi aneka penghargaan bergengsi. Selain itu, kisah-kisah yang tertuang dalam buku Once More Ramadhan ini merupakan kisah-kisah nyata, bukan rekaan, baik yang dialami langsung oleh penulis maupun dikisahkan dari penuturan teman. Kisah-kisah nyata tersebut tak jauh dari sekitar kita, berangkat dari perputaran roda kehidupan, bahkan di kala Ramadhan. Banyak kisah di dalam buku menohok hati, membangunkan keimanan yang tengah mati suri, atau kepedulian yang bersembunyi.

Kisah berjudul Kue Kaleng misalnya. Kisah ini mengingatkan kembali bahwa fenomena kemelaratan, ketertindasan kaum perempuan, masih jelas terpampang di depan mata (halaman 1-10). Demikian pula kisah perempuan berkubang nista sebab dosa zina dan memutuskan tali silaturahim di Bejana 15 Hari, akan mengingatkan tiap insan yang nyaris putus asa akan rahmat Allah untuk berlari menuju ampunan-Nya (halaman 19-34).
Lalu ada sebuah judul yang cukup menyulut rasa penasaran saya, Tidak Lapar Saat Puasa? Waspadalah!, yang ternyata berisi ajakan perenungan tentang hikmah ibadah Ramadhan. Berawal dari anggapan bahwa cara terbaik dalam menjalani puasa adalah dengan mengupayakan sebisa mungkin agar tetap segar dan tidak merasa lapar, pun dengan mengonsumsi aneka suplemen makanan. Penulis kemudian mengemukakan sebuah pertanyaan menggelitik, “Tapi bukankah hal itu justru akan menggeser esensi dari ibadah puasa itu sendiri?” Maka lantas disodorkan sebuah perenungan, bahwa seharusnya puasa memberikan pengajaran kepada kita untuk tetap menjalankan kewajiban-kewajiban bahkan meski dengan tubuh yang kekurangan pasokan energi dari makanan yang biasanya dapat kita dapatkan dengan mudah (halaman 62-67).

Kehilangan seseorang yang berharga di hati dan kenangannya membekas hingga Ramadhan demi Ramadhan berlalu? Mungkin itulah yang tergambar dalam kisah Rindu Yang Dibawa Ramadhan di halaman 109-119. Seorang ayah yang begitu penyayang, dermawan, dan shalih, yang semasa hidup, setiap Ramadhan, menyibukkan diri dalam ibadah di masjid serta kegiatan amal kepada sesama, dipanggil oleh Sang Pemilik jiwa. Jamaah sholat jenazah yang hadir, pelayat, dan untaian doa dan tetes airmata sesudah kepergian sosok ayah ini melukiskan betapa amal kebaikan yang ditinggalkan manusia akan abadi dan menjadi warisan kenangan tak ternilai.

Yang tak kalah unik dari salah satu kisah adalah suguhan pengalaman sekaligus tips bagi ibu hamil dan menyusui dalam melaksanakan ibadah Ramadhan di halaman 68-74. Keutamaan niat yang lurus, disertai ikhtiar yang optimal, tak lupa kesadaran akan kemampuan diri dengan mengukur kondisi, merupakan kunci utama yang dijabarkan oleh penulis dengan apik. Karena tips ini berasal dari pengalaman pribadi, maka jelas aplikatif.
Kisah menarik nan unik lain datang dengan tajuk Berkah Ramadhan di Pedalaman Papua di halaman 126-132. Kisah ini membukakan mata kita bahwa keterbatasan tak menghalangi saudara-saudara muslim di Papua untuk menghidupkan hari-hari Ramadhan. Bahkan bisa dibilang, ghirah ibadah dan menuntut ilmu agama mereka jauh lebih menggelora daripada umat muslim yang hidup dalam gelimang kemewahan dan kenyamanan fasilitas, misal di ibukota dan kota-kota besar lain di Indonesia. Diceritakan bahkan mereka di Papua rela mendatangkan ustadz dari luar pulau khusus untuk membimbing mereka selama satu bulan penuh. Rasanya malu jika kita bercermin dengan kisah ini.

Rekomendasi
    Seusai menamatkan buku ini, saya tak mengelak bahwasanya banyak hikmah yang bisa direguk. Kisah tentang hubungan anak dan orangtua, suami-istri, dan hubungan persaudaraan berdasarkan iman, semua ada di dalam buku ini. Saya pribadi merekomendasikan buku ini bagi siapa pun yang hendak bernostalgia dengan suasana Ramadhan atau mengobati keringnya iman di luar Ramadhan sekalipun. Empat bintang saya berikan untuk buku inspiratif ini.




Senin, 01 September 2014

New Miracle the Reference 66 in 1: Permudah Ibadahmu

Posted by Menukil Aksara | 6:50:00 AM Categories:
Semasa kuliah, saya pernah mendengar suatu tausiyah yang sangat melekat di ingatan. Nasihat itu berkenaan dengan tabiat manusia yang tak pernah puas dan sedikit sekali bersyukur. Diambil dari sebuah kisah, seseorang yang malas beribadah, terutama shalat. Ketika ditanya, maka dia menjawab, ”Seandainya saja aku punya rumah yang lapang , maka niscaya aku akan rajin shalat.” Ketika Allah memperkenankan memperluas rumahnya, maka ia kembali berseloroh, “Jika saja aku punya kendaraan yang bagus, maka aku akan senang mengerjakan shalat.” Manakala Allah, lagi-lagi, mengabulkan pintanya, ia tak bersegera menunaikan ibadah.

Sebagai muslim, selain sebagai kewajiban, pembeda keimanan dengan manusia lain, Allah memang memerintahkan tiap muslim beribadah kepadanya. Seperti yang termaktub dalam surat Az-Zariyat: 56, yang artinya, “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” Selain shalat sebagai ibadah mahdhah, membaca Al-Qur’an, memahami makna, menghapal, dan mengajarkannya (mendakwahkannya), juga menjadi bagian utama ibadah seorang muslim. Allah berfirman mengenai keutamaan Al-Qur-an sebagai kalam-Nya dalam banyak ayat, salah satunya surat Al-Jasiyah: 20, yang artinya, “(Al-Qur’an) ini adalah pedoman bagi manusia , petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.”

Di masa silam, mempelajari Al-Qur’an barangkali (terasa) berat bagi sebagian orang karena perwajahan mushaf Al-Qur’an yang ada masih begitu-begitu saja. Seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, perwajahan Al-Qur’an pun berkembang pesat. Perkembangan positif ini ditandai dengan aneka produk inovasi semacam Al-Qur’an plus tajwid lengkap, Al-Qur’an bersama tafsir shahih, Al-Qur’an bersama terjemah perkata, bahkan Al-Qur’an untuk kalangan tertentu seperti untuk muslimah dan anak-anak dengan konten tambahan dan tampilan memukau yang disesuaikan.


foto dari SINI
foto dari SINI

Salah satu inovasi terbaru yang diterbitkan oleh Syaamil Qur’an adalah mushaf Al-Qur’an New Miracle the Reference 66 in 1. Inilah paket Al-Qur’an yang memberi panduan hidup terlengkap dan praktis. Mengapa demikian? Karena mencakup 66 konten dalam 1 paket Al-Qur’an. Selain mengandung 22 keunggulan konten Miracle the Reference yang sebelumnya telah ada, paket ini dilengkapi lagi dengan 44 bonus penuh manfaat dalam bentuk DVD, CD audio book, dan buku tambahan. Semua ini membuat Anda selalu bisa berdekatan dengan kandungan Al-Qur’an di mana pun dan kapan pun.


foto dari SINI


Manfaat yang lengkap & komprehensif
•    New Miracle the Reference memandu Anda untuk belajar membaca Al-Qur’an, memperbaiki dan melancarkan cara membaca Al-Qur’an.
•    Mencakup referensi sahih dan komplit sebagai sarana mempelajari kandungan Al-Qur’an secara komprehensif, bagaikan Anda menghadiri sendiri kajian-kajian Islam.
•    Seluruh materi isi disusun secara sistematis dan terstruktur, sehingga makin memudahkan Anda memahami, mendalami, serta mengamalkan kandungan Al-Qur’an.
•    Dalam 1 paket New Miracle the Reference terdapat 66 in 1 konten materi dalam 1 paket Al-Qur’an saja. Semua ini sangat membantu bagi Anda yang tak sempat mengumpulkan berbagai referensi untuk menggali ajaran-ajaran Al-Qur’an.
•    Paket Al-Qur’an ini dikemas dalam format buku, DVD, dan CD audiobook sehingga Anda bisa selalu dekat dengan Al-Qur’an di mana pun, kapan pun.
•    Seluruh konten cetak dalam paket ini juga bisa dibaca dengan pena elektronik atau e-pen, sehingga semakin membuat Anda mudah belajar membaca Al-Qur’an sekaligus mendalaminya secara intensif tanpa merasa bosan.

Miracle the Reference menuntun anda dalam ibadah
•    Paket Al-Qur’an New Miracle the Reference membantu Anda semakin dekat dengan Allah SWT dan semakin bersemangat dalam ibadah.
•    Dalam paket ini terdapat tutorial ibadah-ibadah wajib yang perlu Anda kuasai, dimulai dari dasar, dan sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah saw.

Konten yang mempertebal keimanan
•    Paket New Miracle the Reference memperlihatkan kemukjizatan Al-Qur’an yang sesungguhnya, membantu Anda mengokohkan tauhid dan menguatkan keimanan, sebagai bekal menjalani kehidupan sehari-hari.
•    Kajian-kajian di dalamnya mencakup materi-materi yang menggugah jiwa dan menuntun Anda pada kearifan sikap perilaku.

Konten DVD 1:

1. Aplikasi digital dari 22 konten Al-Quran Miracle the Reference
2. Murattal Imam Musyari Rasyid
3. Murattal Imam Ali Al Ajmi
4. Murattal Imam Sa’ad Al-Ghamidi
5. Murattal Imam Shodiq Al-Mansawi
6. Video belajar membaca Quran metode Syabana
7. Video tuntunan ibadah Haji & Umrah
8. E-book Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1
9. E-book Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2
10. E-book Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3
11. E-book Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4
12. E-book Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5
13. E-book Tafsir Ibnu Katsir Jilid 6
14. E-book Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7
15. E-book Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8
16. E-book Tafsir Ibnu Katsir Jilid 9
17. E-book Tafsir Ibnu Katsir Jilid 10
18. E-book Bulughul Maram
19. E-book Sirah Nabawiyah, sejarah perjalanan hidup dan dakwah Nabi Muhammad saw.
20. E-Book 101 Doa Penuntun Hidup Sukses
21. E-book Complete Book of Zikir
22. E-Book Rahasia Kekayaan Tertinggi


Konten DVD 2:
23. VideoTuntunan Praktis Shalat
24. VideoTuntunan Praktis Thaharah
25. Video belajar membaca Quran metode Asy Syaamil
26. Audio Kisah Kematian Penggugah Iman
27. Audio Secret of Happiness
28. Audio Muslim Abad 21
29. Audio Menjadi Pasangan paling Bahagia
30. Audio 114 KisahDoa yang dikabulkan
31. Audio Ibadah Muslim Kosmopolitan
32. Audio Keajaiban Al-Qur’an
33. Audio Rahasia Kekuatan Doa melalui Asmaul Husna
34. Audio agar Malaikat berdoa untukmu
35. Audio Murattal Imam Muhammad Jibril
36. Audio Murattal Imam Faris Abbas
37. Audio Murattal Imam Hani Ar Rifa’i
38. Audio Murattal Imam Ali Al Hudzaifi

Konten Buku Penuntun Praktis Ibadah Cara Nabi -1

39. Thaharah
40. Shalat
41. Doa & Zikir Sehari-hari
Konten Buku Penuntun Praktis Ibadah Cara Nabi-2
42. Shaum
43. Zakat – Infak – Sodaqoh
44. Haji – Umrah

Seluruh isi cetakan paket Al-Quran Miracle The Reference bisa dibaca dengan pena elektronik atau e-pen. E-pen dapat dibeli terpisah, bergaransi 1 tahun bonus mp3 card bagi pembeli e-pen Miracle, berisi:

1. Murattal 4 Imam
2. Panduan Praktis Ibadah Hajidan Umrah
3. Panduan Praktis Shalat
4. Panduan Praktis Thaharah
5. Panduan Doa Manasik Haji


foto dari SINI

E-pen Miracle the Reference ini telah meraih Rekor MURI sebagai e-pen Al-Quran terlengkap dan Miracle the Reference sendiri pun menjadi best seller di Indonesia, Malaysia dan Singapura.

Tak ada alasan lagi bagi umat muslim untuk malas beribadah. Jika ada kesungguhan, pasti ada jalan. Kesadaran untuk semangat beribadah ini juga semestinya dibarengi ketekunan mencari rizki yang halal untuk menunjang kualitas ibadah. Misalnya dengan membeli mushaf Miracle the Reference terbaru ini. Semoga kita semua termasuk golongan yang diberikan hidayah dan dimudahkan dalam beribadah. Yuk, ngaji tiap hari!


Referensi:
www.syaamilquran.com
berbagai sumber


Blogpost ini diikutsertakan dalam Lomba Parade Ngeblog #PameranBukuBandung2014




  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube