Selasa, 23 Oktober 2018

The Fourth Monkey: Psikopat atau Hakim Jalanan?

Posted by Menukil Aksara | 10:34:00 AM Categories:
Judul buku      : The Fourth Monkey
Penulis           : J.D. Barker
Alih bahasa     : Endang Sulistyowati
Penyunting      : Ani Nuraini Syahara
Redesain         : Yanyan Wijaya
Tebal buku      : 568 hlm.
Penerbit          : Bhuana Sastra (Bhuana Ilmu Populer)
Tahun terbit    : 2018
ISBN               : 978-602-455-574-0
Kategori         : Novels/Adult U17+ / crime-suspense-thriller

BLURB:
    Tewasnya seorang pria yang tertabrak—entah murni kecelakaan atau sengaja menabrakkan diri—menyisakan tanda tanya besar. Pasalnya, ia membawa sebuah kotak berisi potongan telinga.

Disinyalir, ia adalah Pembunuh Empat Monyet, buron polisi selama hampir lima tahun. Dengan dalih filosofi Tiga Monyet Bijak, ia selalu memotong telinga, lidah, dan mencongkel mata korban-korbannya sebelum membunuhnya.

    Polisi dan detektif pun berusaha menguak kebenarannya lewat barang bukti yang tertinggal, termasuk buku harian tentang masa kecil sang pembunuh.

    Sementara itu, di satu tempat entah di mana, seorang gadis sedang berusaha bertahan hidup dengan satu telinga...

SINOPSIS:
    “Ada monyet keempat, tapi tidak ada seorang pun yang benar-benar mengetahuinya.”
    “Cemerlang. Rumit. Psikopat. Karakternya benar-benar memukau.”
–Marc Webb, sutradara

    Detektif Porter dari Chicago Metro telah bertahun-tahun menyelidiki sebuah kasus pembunuhan berantai namun tak berhasil mengungkap siapa si pembunuh, apalagi menangkapnya. Hingga suatu hari dia dikejutkan oleh kabar dari rekannya, Detektif Nash, tentang sebuah kecelakaan yang menewaskan seorang pria. Diduga kuat pria yang entah tertabrak bus ataukah menabrakkan diri tersebut adalah si pembunuh yang selama ini dicari, yang kemudian dijuluki Pembunuh Empat Monyet (P4M). Julukan tersebut berdasarkan filosofi Empat Monyet—berasal dari ukiran di kuil Tosho-gu di Nikko, Jepang—yang digunakan si pembunuh untuk memilih korban-korbannya. Dari sejumlah barang bukti yang dibawa si pria ketika tewas, Porter bersama Nash memulai penyelidikan. Petunjuk pertama mengarahkan mereka pada seorang konglomerat bernama Arthur Talbot. Porter dan Nash berhasil mengendus jejak petunjuk hingga mendapatkan titik terang tentang korban yang kemungkinan besar masih hidup dengan satu telinga sekarang. Misi mereka adalah menyelamatkan si gadis putri konglomerat Talbot dan menangkap si P4M.

    Selain bersama Nash, Porter juga dibantu beberapa rekan yang tergabung dalam sebuah tim penyelidikan. Mereka adalah Clair Norton, Edwin Klozowski, Tom Eisley, dan seorang petugas TKP muda yang baru dikenal Porter bernama Paul Watson. Selain beberapa petunjuk yang masih belum jelas, P4M juga meninggalkan sebuah buku catatan kecil yang ternyata berisi kisah hidupnya semasa kecil yang ditulis mirip buku harian. Walaupun tak memuat petunjuk langsung terkait penyelidikan korbannya yang sekarang, Porter mau tak mau membacanya demi memahami motif dan karakter si P4M. Penyelidikan mereka berpacu dengan waktu demi menyelamatkan sebuah nyawa, mungkin bahkan lebih dan tak sesederhana yang terlihat. Berbagai hal tak terduga, termasuk kasus-kasus lain pun terungkap, seolah si P4M dengan lihai mengarahkan para detektif untuk mengikuti permainannya.

REVIEW:
    “Tiga monyet pertama menggambarkan perbuatan yang seharusnya kita terapkan dalam hidup, tapi monyet yang keempatlah yang membawa pesan paling penting. Namanya Shizaru. Yang berarti tidak melakukan perbuatan tidak baik.” (hlm. 230)

    “Pion harus dikorbankan agar raja bisa dijatuhkan....cara terbaik untuk menghukum para ayah atas dosa mereka adalah dengan membuatnya merasakan sakit anaknya.” (hlm. 455)

    Pertama, ide dan premis novel ini sangat menarik. Pembunuh genius yang mengendalikan ‘permainan’, menggunakan filosofi yang sebenarnya berisi ajaran kebaikan sebagai motif untuk ‘menghukum’ para korban yang dipilih atas kesalahan keluarganya. Kedua, teka-teki si pembunuh misterius pun makin rumit sekaligus menarik dengan adanya dua alur cerita berbeda. Di masa kini lewat jalannya penyelidikan oleh Porter dan kawan-kawan, dan di masa lalu lewat cerita hidup P4M yang tak kalah menegangkan dan mencengangkan. Pembagian bab dengan menyoroti satu tokoh cerita secara khusus, tapi kesemuanya menggunakan POV orang ketiga, mudah dipahami dan diikuti, tidak membingungkan. Pilihan yang cerdas dan tepat.

Gaya bahasa—termasuk terjemahan dari Bhuana Sastra—nyaman dan membuat saya betah, meskipun ada kalanya muncul istilah-istilah kriminal, forensik, dan hukum. Deskripsinya mendetail tapi tak membosankan, sesuai porsinya dengan plot cerita. Barker juga sukses menggambarkan kengerian, kesadisan, dan gangguan kejiwaan sejumlah tokoh yang rumit. Saya pun merasakan kesakitan para korban dan konflik jiwa sang pembunuh sendiri sesudah mengikuti kisah masa kecilnya. Sejumlah seting ikut memancarkan aura kelam yang menakutkan, sekaligus mengajak pembaca berpikir kaitannya dengan kasus.

Barker pun merangkai plot yang rapi, piawai menjaga tempo sehingga tidak terlalu lambat tapi juga tidak terkesan terburu-buru. Sebagai buku pembuka dari cerita berseri yang direncanakan, kisah ini sempurna di mata saya dan tak memiliki plot hole. Setiap petunjuk saling berkaitan, tak ada yang tempelan atau hanya untuk mengecoh. Menyenangkan rasanya turut mencoba merangkai kepingan demi kepingan petunjuk untuk mendapatkan gambaran utuh kasus. Twists dan ending pun memuaskan, makin menambah rasa ingin tahu saya akan kelanjutan cerita dan sepak terjang P4M selanjutnya.

Penokohannya sangat kuat. Saya suka semua tokoh di sini. Baik yang protagonis, antagonis, bahkan villain si P4M sendiri. Chemistry antara Porter dan Nash sebagai partner pun bagus. Karakter mereka saling melengkapi. Porter yang cerdas, serius, teliti, dengan Nash yang suka melucu dan kadang ceroboh. Interaksi saling meledek antara Nash dan Porter, juga dengan rekan tim lain itu menyegarkan suasana. Tokoh P4M sendiri meskipun pembunuh berdarah dingin, tapi brilian dan latar belakang kehidupannya menggelitik saya untuk bersimpati. Tokoh-tokoh pendukung lain tak kalah menarik dengan karakter khas masing-masing.

Secara keseluruhan, novel thriller-crime ini sangat saya sukai dan nantikan sekuelnya. Kaver versi Indonesia ini pun menurut saya pas dan paling bagus dibanding kaver versi luar lainnya. Novel yang wajib kamu baca jika ingin merasakan paket lengkap asah otak, uji nyali, sekaligus emosi yang campur-aduk.

0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube