Senin, 30 Juli 2018

Kirana and Happy Little World: Sahabat Kecil yang Berbagi Cinta

Posted by Menukil Aksara | 11:54:00 AM Categories:
Judul buku      : Kirana & Happy Little World
Cerita             : Retno Hening Palupi
Ilustrator dan desain sampul : Isnina Aryani Hasanah
Editor             : Tesara Rafiantika
Penerbit          : GagasMedia
Cetakan          : pertama, 2018
Tebal buku      : iv + 172 hlm; 13 x 19 cm
ISBN               : 978-979-780-916

BLURB:
    Dari sekian banyak tingkah ajaib anak, pasti akan selalu ada yang terkenang di hati. Entah terlalu jenaka atau mengurut dada. Namun, kita sering kali lupa bahwa dari mereka jugalah banyak pelajaran hidup yang bisa kita dapatkan.

    Kirana & Happy Little World bukan hanya potongan adegan kehidupan seorang anak jenaka, tetapi juga “sahabat kecil” semua orang yang sedang belajar mensyukuri hidup dan berbagi dengan orang lain. “Sahabat Kecil” yang bercerita bagaimana orangtua dan anak tumbuh bersama dalam cinta.

SINOPSIS dan REVIEW:
    “Kelak ketika Kirana dewasa, Kirana akan tahu banyak hal tentang berbagi. Berbagi cerita atau kabar baik kepada orang-orang yang menyayangi Kirana, misalnya. Sampai saai itu tiba, biar kita nikmati keindahan berbagi dari hal-hal sederhana... “

    Buku kedua dari Ibuk Retno Hening ini masih mengambil tema pengasuhan anak, lewat berbagi kisah keseharian bersama sang putri, Kirana. Tapi alih-alih berbentuk buku dengan narasi seperti di buku pertama, kali ini cerita berwujud komik lengkap dengan ilustrasi berwarna-warni. Berisi sejumlah judul cerita, ada berbagai sisi kehidupan sehari-hari Kirana dan Ibuk yang seru diceritakan, meskipun terkesan sederhana dan tak beda dengan keseharian keluarga lain.

    Ada kisah kebersamaan Ibuk dan Kirana di dapur ketika menyiapkan masakan dan membuat kue. Dikisahkan bagaimana Ibuk tetap bisa menyelesaikan tugas rumah tangga tanpa melupakan pengawasan terhadap Kirana, dengan cara melibatkan si cilik dalam aktivitas—meski hanya tugas ringan—lantas memberikan kesibukan positif lain yang tetap dapat dipantau. Ibuk juga mengajarkan lewat tindakan nyata mengenai pentingnya berbagi, meskipun hanya sepotong kue atau sekotak jus. Alhasil, Kirana lebih peka terhadap orang sekitar. Teladan menyayangi sesama juga tampak lewat pergaulan baik Kirana dengan teman-teman sebaya, juga rasa sayang terhadap binatang peliharaan. Kirana bahkan paham tentang pentingnya menjaga kebersihan, tak hanya di rumah tapi juga di tempat umum. Juga mengenal adab bersepatu dan berdoa menjelang tidur. Tapi sebagai anak-anak, tetap terkadang tak lepas dari tingkah ‘ajaib’ yang butuh perhatian lebih Ibuk, terlebih lagi menjelang kehadiran adik baru. Sisi kekanakan juga ditunjukkan dalam kisah bersama teman yang awalnya sedikit cekcok tapi dengan mudah berubah ceria kembali.

    Maka memang benarlah bahwa anak adalah sosok manusia paling naif, paling jujur, dan paling tulus. Dalam dunia anak, rasanya sungguh sederhana memandang berbagai hal, sehingga tak ada waktu untuk berlama-lama meratapi ketidakberuntungan atau menyimpan amarah. Dunia yang masih menyenangkan seperti sedang bermain. Karena itulah, Ibuk memberi contoh nyata bahwa mengasuh dan mendidik anak, meskipun tidaklah mudah tapi tetap bisa dibawa ‘fun’. Yang paling penting dalam pendidikan anak adalah keteladanan. Agar anak tumbuh menjadi pribadi yang baik, maka orangtua wajib memberi contoh nyata kebaikan dalam segala hal, tak melulu perkataan. Teori parenting memang penting, tapi aplikasinya jauh lebih utama. Kurang lebih itu yang dapat saya ambil dari kisah-kisah dalam buku ini.

    Buku yang menarik, pun tetap mengandung sederet pesan kebaikan, baik untuk anak, orangtua, maupun yang belum menjadi orangtua. Benar-benar ‘sahabat kecil’ yang berbagi cinta dan kebaikan bersama. Recommended. 

    “Ibu, kadang kita sulit menemukan waktu untuk melakukan hal yang kita senangi. Kadang jenuh dengan rutinitas sehari-hari. Namun, jalanilah semuanya dengan sabar dan ikhlas. Bersyukurlah Allah menitipkan kepada kita sebidang pahala bernama keluarga.” 


   



Happy Little Soul: Belajar Memahami Anak dengan Penuh Cinta

Posted by Menukil Aksara | 11:51:00 AM Categories:
Judul buku     : Happy Little Soul
Penulis          : Retno Hening Palupi
Editor           : Tesara Rafiantika
Ilustrasi isi    : Isnina Aryani Hasanah dan Alzaena Ulya Rusdimi
Desainer dan ilustrasi sampul : Isnina Aryani Hasanah
Penerbit        : GagasMedia
Cetakan        : keenam, 2017
Tebal buku    : xiv + 202 hlm; 13 x 19 cm
ISBN              : 978-979-780-886-0

BLURB:     
    “Ndak apa-apa, itu namanya be-la-jar.” Atau, “Sorry... ,” seru Kirana sambil tersenyum dengan tatapan mata teduhnya yang siapa pun pasti tak bisa menolaknya.

    Please... sorry... thank you... adalah kata-kata tulus nan menggemaskan yang kerap disampaikan oleh Kirana ketika bermain. Baginya, belajar dari kesalahan is okay. Dan bagi Ibuk, dia justru banyak belajar tentang sabar dari sang anak, Mayesa Hafsah Kirana.

    Life is an adventure. Cerita petualangan Ibuk dan Kirana di Happy Little Soul ini mengajak kita semua—kakak, adik, orangtua, calon ayah atau ibu, dan sebagai apa pun perannya—untuk belajar hal-hal sederhana mengenai kasih sayang dan bersama mewarnai kehidupan dengan lebih baik.

SINOPSIS dan REVIEW:
    “Your children will become who you are, so be who you want them to be.” – David Bly

    Buku ini memang merupakan buku parenting, namun konsep yang ditawarkan bukan ‘how to...’ yang kaku seperti buku-buku nonfiksi biasanya. Penulis yang menyatakan diri ‘hanya’ ibu rumah tangga biasa yang masih harus banyak belajar lagi ini lebih menggunakan pendekatan ‘sharing’ ketimbang ‘menggurui’.

    Disajikan dalam bab-bab yang runut, diawali dengan kisah selama masa kehamilan, melahirkan, menyambut sang bayi mungil, hingga menjalani keseharian hingga usia Kirana menginjak tiga tahun. Disisipi juga beberapa foto, surat tulisan tangan penulis, corat-coret hasil kreativitas Kirana, dan ilustrasi khusus dari tim ilustrator yang berwarna dan menggemaskan di sepanjang buku. Selain itu, kertas buku berwarna-warni sehingga tampilan lebih menarik. Ada tip berupa poin-poin dalam beberapa babnya, tapi tetap dengan gaya bahasa bercerita yang ringan. Bahkan ada resep makanan favorit dan cara membuat mainan kreasi sendiri yang mudah. Diceritakan juga perjuangan Ibuk merawat Kirana yang istimewa dengan dermatitis atopi-nya, yang selalu menjadi perhatian orang-orang terdekat dan bagaimana Ibuk menyikapi.

    Buku ini mungkin memang tidak setebal dan sedetail buku parenting lain dalam memerinci referensi dan informasi pengasuhan anak, tapi tetap saja saya mendapatkan banyak pelajaran, hikmah, dan pesan yang bagus darinya. Karena didasarkan pengalaman nyata seorang ibu muda yang belajar mengasuh dan mendidik anaknya dari nol, saya bisa turut merasakan suka-dukanya dan merasa lebih terkoneksi. Mempersiapkan kehadiran seorang anak nyatanya tak semata perkara kesiapan materi, namun yang lebih utama dan ‘berat’ justru perkara kesiapan mental dan ilmu. Setiap langkah dan usaha harus senantiasa dibarengi dengan niat ikhlas dan doa. Setiap anak pun unik, sehingga tak mungkin apa yang dialami setiap ibu akan sama persis. Oleh sebab itu, kesabaran tiada batas harus selalu ditanamkan dan dipahamkan, baik pada sang ibu maupun ayah. Kerja sama tim ‘ayah-ibu’ dalam pengasuhan juga tidak kalah penting. Sebagai pasangan, harus memiliki kesadaran untuk saling membantu memikul tanggung jawab bersama. Dan dari yang saya ketahui, bantuan sekecil apa pun dan dukungan dari pasangan berdampak besar bagi kebahagiaan seorang ibu. Dan tentu saja jika ibunya bahagia, anaknya pun bisa merasakan dan tumbuh dengan bahagia juga. Poin penting lain yang saya catat dari buku ini adalah dalam hal membangun komunikasi aktif antara ibu dan anak. Ibuk Retno membiasakan diri selalu mengajak Kirana berbicara, bahkan semenjak si kecil belum paham dan atau belum bisa menanggapi balik. Nyatanya, upaya konsisten ini menunjukkan hasil positif di kemudian hari. Selain tumbuh sebagai anak yang cepat perkembangan bahasanya, Kirana juga pintar merespon emosi dan tumbuh menjadi pribadi yang empatik.

    Secara keseluruhan, buku parenting yang satu ini sangat direkomendasikan bagi para ibu muda, calon ibu maupun ayah, dan pembaca umum yang membutuhkan ‘sahabat’ dalam mencari ilmu tentang pola pengasuhan anak. Gaya bahasanya yang ringan mudah dipahami dan tidak membosankan. Mungkin ilustrasi hanya perlu diperjelas lagi di bagian resep dan tip, selebihnya tidak masalah. Saya juga sangat suka dengan cover dan bookmark-nya.

    “Berbahagialah, Ibu. Anak yang bahagia pasti dibesarkan oleh seorang ibu yang tidak lupa berusaha membahagiakan dirinya juga.” (hlm.194)


Selasa, 24 Juli 2018

Aku Bukan Dia: Jika Cinta Mengucap dan Takdir Berkata

Posted by Menukil Aksara | 7:17:00 AM Categories:
Judul buku     : Aku Bukan Dia
Penulis           : Arleen A.
Editor             : Mutiara Arum & Herlina P Dewi
Penerbit         : Stiletto Book
Cetakan         : pertama, Mei 2018
ISBN              : 978-602-6648-52-5
Tebal buku     : 274 hlm

BLURB:
Andy
Tahu bahwa tidak ada jalan hidup manusia yang sempurna, yang ada hanya satu guci abu yang tak juga dapat ditaburnya ke laut lepas.

Linda
Tahu bahwa tidak ada jaminan atas kata-kata selamanya, yang ada hanya janji serapuh tisu yang dengan mudah dapat dikoyak.

Berdua
Tahu bahwa tidak ada hubungan yang sempurna, yang ada hanya sebuah pertemuan kebetulan.

Berdua
Tahu bahwa tidak ada jalan yang bebas dari kerikil, yang ada justru dinding-dinding yang muncul entah dari mana.

Tapi jika cinta mengucap dan takdir berkata, apakah hati justru akan jadi penghalang?

SINOPSIS:
    “Mungkin setiap orang punya definisi berbeda tentang kata “terbaik”. Atau mungkin orang yang sama punya definisi berbeda pada waktu yang berbeda.” (hlm. 262)

Andy Charleston adalah seorang profesor muda dan dosen pengajar di Santa Clara University (SCU). Duda beranak satu ini telah ditinggalkan istrinya, yang meninggal setelah melahirkan putri mereka, Chloe. Meski sudah lewat beberapa tahun, Andy belum mampu melupakan Lina, mendiang istrinya, apalagi terpikir untuk menikah lagi. Oleh karena itu, sang mama berusaha mengenalkannya pada beberapa wanita, termasuk pada Rebecca, anak dari teman baiknya. Andy tak kuasa menolak dan mencoba dekat dengan Rebecca. Hingga suatu hari, Andy bertemu seorang mahasiswi di kampusnya yang berparas mirip dengan Lina. Namun mahasiswi yang sempat disangkanya foreign student tersebut jelas memiliki karakter yang berbeda jauh. Linda, demikian namanya, tak dimungkiri mulai merebut perhatian Andy.

    Linda Dirgajaya, gadis sembilan belas tahun yang berketurunan Indonesia merupakan mahasiswi baru di SCU. Ia pernah tak sengaja bertemu Andy di kampus dan tak menyangka bahwa pria tersebut adalah dosen pengajar di salah satu mata kuliah yang diambilnya. Kekaguman pada paras Andy dan cara mengajarnya lantas berubah menjadi rasa suka yang disimpan diam-diam. Usia mereka jelas terpaut jauh dan status sebagai mahasiswi tentu tak membolehkannya berandai-andai menjalin kedekatan dengan sang profesor.

    Di sisi lain, Robert teman sekampus Linda gencar melancarkan pendekatan. Perlahan usahanya membuahkan hasil karena Linda mulai akrab dengannya. Ada pula Jack, mantan kekasih Linda semasa sekolah yang awalnya memutuskan hubungan dengan alasan yang tak Linda pahami yang kemudian hadir lagi. Agaknya Jack ingin kembali pada Linda.

    Ketika Andy dan Linda sama-sama telah memahami kejelasan perasaan masing-masing, takdir seolah memihak pada mereka. Andy berkesempatan mengajak Linda menghabiskan waktu bersama dengan putrinya. Berawal dari sinilah, mereka semakin akrab dan saling mengungkapkan perasaan. Namun hubungan beda usia jauh ini masih harus melewati berbagai rintangan. Baik restu dari masing-masing orangtua, gangguan pihak ketiga, hingga yang terbesar adalah rahasia yang masih disembunyikan Andy dari Linda terkait mendiang istrinya.

REVIEW:
    “Bahwa kau menyayangiku, itu saja sudah cukup bagiku.” (hlm. 270)
    “Ada begitu banyak kebetulan... Tapi bukankah memang tidak ada kebetulan di dalam hidup ini?” (hlm. 273)

    Bagaimana rasanya merasa dicintai semata karena kemiripan fisik dengan seseorang yang lain yang pernah dekat dengan orang yang kita cintai? Tentu saja manusiawi jika lantas kita meragukan cinta itu sendiri. Dan apakah mungkin dua orang berbeda yang bahkan tak saling kenal memiliki paras yang mirip? Novel romansa ini mengangkat kisah cinta yang dibalut topik ‘kebetulan-kebetulan’ dalam hidup dan kesempatan kedua. Apa definisi dari mencintai dan dicintai. Bukan tema baru memang, tapi penulis menyelipkan detail selain romansa dan mengemas dengan baik sehingga kisah ini tetap menyenangkan untuk dibaca.

    Penggunaan POV orang ketiga secara bergantian—Andy dan Linda—cukup menarik. Sebagai pembaca, saya cukup dimudahkan dengan gaya ini. Karakter Andy dan Linda yang sama-sama kalem dan manis membuat pembaca mudah jatuh suka dengan mereka. Kehadiran Chloe, gadis cilik yang manis dan santun juga menambah daya tarik. Pengalaman pribadi Mbak Arleen sebagai seorang ibu maupun penulis buku anak menurut saya berperan besar dalam mengeksplorasi interaksi antara Chloe dengan Andy maupun Linda. Adegan-adegan manis yang melibatkan Chloe juga menjadi nilai plus dan membuat saya jatuh cinta dengan kisah ini. Sedangkan tokoh-tokoh pendukung lain memiliki porsi yang pas tanpa terkesan terlalu ‘drama’. Nuansa keluarga besar Andy dan Linda cukup kental juga dalam cerita ini.

    Terkait plot, novel ini memang bisa dibilang minim konflik rumit. Kisah hubungan Andy dan Linda mengalir, digambarkan manis dan romantis. Konflik utama meruncing di bagian akhir, eksekusi penyelesaiannya logis tak terkesan dipaksakan, disertai twist ending yang cukup mengejutkan. Meskipun minim konflik, saya tetap menikmati karena seperti yang saya sebutkan tadi, ada poin plus yang melibatkan hubungan ayah-anak-ibu di sini. Ada momen-momen yang menyentuh, juga pesan-pesan moral yang diselipkan dengan apik.

    Berseting di Amerika Serikat dengan para tokoh warga setempat memang seakan menjadi salah satu ciri khas tulisan Mbak Arleen. Secara keseluruhan penggambaran keseharian dan gaya hidup warga Amerika sudah bagus. Hanya ada satu hal yang agak mengganjal. Mengenai sapaan yang digunakan, sepertinya penulis masih mencampuradukkan gaya sapaan kultur timur dengan barat, seperti pemakaian sapaan ‘Tante’ dan ‘Nak’ untuk yang lebih tua dan yang lebih muda tapi tak memiliki hubungan darah (kekerabatan). Padahal setahu saya, di kultur barat cukup memanggil nama depan jika bukan kerabat tapi sudah akrab. Menurut saya lebih baik sepenuhnya mengadaptasi kultur barat sesuai seting dan penokohan, tidak masalah jika akhirnya feel terasa seperti novel luar atau terjemahan. Typo sangat minim, seingat saya hanya sedikit kesalahan POV di halaman tertentu.

    Overall, kamu pencinta novel romance tak hanya akan jatuh cinta dengan kisah manis Andy dan Linda tapi juga dengan si cilik Chloe. Gadis kecil ini justru tokoh paling favorit saya di sini. Baca novel ini bikin kita merasakan lagi jatuh cinta, juga memaknai kembali kata ‘mencintai’. What a sweet story!

“Terkadang cinta terlalu cepat pergi. Tapi bukankah selalu ada kesempatan kedua untuk segalanya... bahkan untuk cinta juga?”

Parade Para Monster: There’s a Monster inside Me

Posted by Menukil Aksara | 7:10:00 AM Categories:
Judul buku  : Parade Para Moster
Penulis        : Eva Sri Rahayu
Editor         : Vivekananda Gitandjali TD
Ilustrasi      : Grace Djiauw
Penerbit      : M&C (Penerbit Clover)
Cetakan      : pertama, 2017
Tebal buku  : 309 hlm

BLURB:
    Semenjak kekuatan misterius dalam dirinya bangkit, Weena jadi sangat terobsesi pada Festival Halloween yang diadakan di Greenwich Village di Manhattan. Bagi Weena yang dianggap monster, tidak ada tempat yang lebh cocok selain Festival Halloween: paradenya para monster!

    Bersama dengan sahabatnya, Jack, Weena mendaftar sebagai volunteer di Festival itu. Sayangnya, pengajuan mereka ditolak. Tapi tiba-tiba, muncul undangan misterius untuk datang ke Festival Halloween “yang lain”.

    Sebuah undangan yang membuka pintu ke dunia para monster... yang akan membahayakan nyawa mereka berdua!

    “I’m never afraid, never sad, and never cry. I will destroy those who hurt me. I am a monster.”

SINOPSIS:
    “Kekuatan yang kau miliki bisa menjadi anugerah dan kutukan. Kaulah yang harus memilih, pada sisi mana kau berdiri.” (hlm. 211)

    Weena menyadari kekuatan misterius dalam dirinya di usia belia. Reaksi ketakutan yang diperlihatkan teman-temannya diiringi julukan monster yang ditujukan padanya membuat Weena membenci diri sendiri. Dia pun tumbuh menjadi remaja penyendiri. Satu-satunya teman baik yang Weena miliki adalah Jack. Mereka memiliki kesamaan minat, terutama menyangkut obsesi terhadap segala hal terkait Halloween. Ketika berturut-turut pengajuan diri mereka sebagai volunteer dalam Festival Halloween Manhattan ditolak, datang undangan misterius lain. Meskipun sempat ragu, Weena dan Jack tetap tak ingin menyia-nyiakan kesempatan langka menghadiri Festival Halloween, apalagi jika ditilik dari lokasi yang disertakan ternyata tidak jauh dari Festival yang awalnya hendak mereka kunjungi.

    Meskipun sempat nyaris tak mendapat izin mamanya, Jack akhirnya bisa pergi bersama Weena. Ternyata obsesinya mengunjungi Festival tersebut ada kaitannya dengan papa kandungnya yang disebut-sebut menghilang bertahun-tahun lalu. Setibanya di Manhattan, Weena dan Jack sempat kebingungan menemukan lokasi yang ditunjukkan undangan, yang anehnya lagi disertai petunjuk dan mantera. Hingga mereka bertemu gadis setempat bernama Anne yang lantas mengenalkan mereka kepada Dyllan dan Frank yang ternyata juga diundang ke Festival misterius. Selain itu, ada juga Pieter, teman baik Anne yang ramah namun terkadang tampak misterius. Berkat kejelian, akhirnya Weena, Jack, Anne, Dyllan, dan Frank berhasil menemukan lokasi lalu masuk ke sebuah tempat ajaib bernama Far-Far Away, sesuai yang diarahkan undangan.

    Di Far-Far Away, kelimanya disambut penduduk yang misterius dan ajaib. Ada keluarga Drakula, para Dwarf, Mr. Edward, Miss Fairy, para Zombie, Mr. Merlin, hingga Mr. Maple yang misterius. Segala hal dalam Far-Far Away benar-benar bagaikan dongeng fantasi. Melalui sebuah upacara penyambutan disertai sumpah, kelima undangan memulai petualangan. Tak disangka, mereka juga diajak berpartisipasi dan berbaur dengan parade Festival Halloween di Green Village. Namun, menjelang parade mulai muncul kejadian-kejadian aneh, dan puncaknya teror mengerikan yang terjadi di malam parade.

    Weena bahkan mencurigai teman-temannya sendiri. Hingga dia diharuskan menggunakan kekuatan demi menyelamatkan nyawanya dan menguak misteri akan dalang di balik teror. Di sini pulalah dia dihadapkan pada pilihan apakah akan menjadi monster mengerikan ataukah berdiri di sisi kebaikan.

REVIEW:
    “Tidak masalah menjadi monster atau pahlawan, itu hanyalah sebutan. Tapi yang penting adalah bagaimana menerima diri apa adanya.” (hlm. 304)

    Mengangkat tema Halloween, novel fantasi dengan aura misteri dan thriller yang kental ini berseting Amerika Serikat dan Indonesia. Deskripsi seting cukup mendetail, terutama bagaimana membangun dunia fantasi Far-Far Away dan situasi Festival Halloween. Di dalam buku juga disertakan ilustrasi di beberapa halaman yang mendukung deskripsi dan memudahkan saya membayangkan cerita.

Tokoh-tokoh utamanya remaja yang memiliki kekuatan dan bakat unik yang membuat mereka berbeda dan dalam keseharian dijauhi teman-teman sebaya. Menggunakan POV orang pertama—aku sebagai Weena, novel ini ingin membuat pembaca merasakan bagaimana menjadi remaja yang dicap sebagai monster ‘hanya’ karena berbeda. Dan menurut saya hal ini cukup berhasil. Saya bisa merasakan konflik batin Weena terkait jati diri dan peran keluarga serta teman baiknya dalam mendorongnya membuat keputusan di saat-saat kritis. Karakter Weena sendiri meskipun terkadang masih terkesan labil dan gamang dengan jati diri, tapi tetap mempunyai sisi-sisi positif, semisal kesetiakawanan, kasih sayang, kecerdasan, dan keberanian. Demikian juga dengan sosok Jack yang sering tampak acuh tapi sebenarnya perhatian dan pemberani. Tokoh-tokoh remaja lain juga memiliki kekuatan karakter masing-masing. Penokohan secara keseluruhan kuat, juga tetap logis dan manusiawi.

    Alurnya dominan maju dan plotnya terbilang rapi. Petunjuk demi petunjuk yang mengarahkan pembaca pada rahasia masa lalu serta mengerucut pada konflik utama disuguhkan dengan apik. Saya diajak menebak apa kekuatan dari masing-masing tokoh dan kaitannya dengan teror, siapa yang baik atau jahat. Sisipan wawasan terkait Halloween dan teori psikologis untuk menunjang cerita dan penokohan pun disuguhkan dengan cukup luwes. Saya sebagai pembaca merasa mendapat asupan informasi yang relevan dengan cerita. Twist dan ending-nya pun logis dan dapat saya terima. Memuaskan, dengan pesan moral yang jelas. Meskipun terpancing untuk ikut menerka-nerka teka-teki teror, saya tetap dapat menikmati keseluruhan cerita.

    Bagi pembaca remaja, novel ini layak sekali dibaca. Gaya bahasanya yang ringan akan membuat nyaman meskipun ini merupakan novel remaja bertema fantasi. Saya menantikan karya penulis selanjutnya, tentunya dengan ide baru lainnya.
  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube