Senin, 29 Oktober 2018

[BLOGTOUR – WAWANCARA] Ask the Author: Windry Ramadhina

Posted by Menukil Aksara | 5:25:00 AM Categories:
Hai, pembaca. Bagi kamu pencinta novel Indonesia, terutama karya Kak Windry Ramadhina, mulai hari ini akan diselenggarakan rangkaian sesi blogtour Song for Alice di blog saya ini. Jangan lewatkan kesempatan mendapatkan satu eksemplar novel Song for Alice dengan mengikuti giveaway di akhir sesi blogtour ini.

Selengkapnya, blogtour akan diadakan selama 21 hari dengan jadwal sebagai berikut:

20 – 22 OKTOBER 2018 2018: ORINTHIA LEE

23 – 25 OKTOBER 2018:  LUCKTY GIYAN SUKARNO

26 – 28 OKTOBER 2018: PUTU RINI CIPTA RAHAYU

29 – 31 OKTOBER 2018 : MELANI I. S

1 – 3 NOVEMBER 2018: AINI EKA

4 – 6 NOVEMBER 2018 2018: ILMI FADILLAH

7 – 9 NOVEMBER 2018 2018: KHAIRISA RAMADHANI PRIMAWESTRI
Url.Blog: http://krprimawestri.blogspot.co.id/

Catat tanggalnya, ya. Silakan memperbesar peluang keberuntungan kamu dengan mengikuti giveaway sesuai jadwal masing-masing.


Judul novel   : Song for Alice
Penulis        : Windry Ramadhina
Editor         : Rinandi Dinanta
Proofreader : Christian Simamora
Tebal buku  : 328 halaman, SC; 14 x 20 cm
Bookpaper   : 55 gr 
ISBN            : 978-602-51290-7-0
Harga          : Rp  85,000
Genre          : Romance, music

TAGLINE:
Mencintaimu adalah penantian yang panjang.

BLURB:
SEPERTI APA CINTA MENINGGALKANMU
ADALAH SESUATU YANG TERAMAT SULIT KAU LUPAKAN.

Bagi Arsen, pulang berarti kembali pada Alice—perempuan pertama yang mencuri hatinya dua belas tahun lalu. Sore itu adalah pertemuan pertama mereka setelah lama tak bertemu. Arsen menarik Alice ke dalam pelukannya, berusaha mengingatkan perempuan itu pada sejarah mereka dulu. Namun yang membersit di benak Alice hanya sakit hati... ditinggal pergi Arsen di saat dia benar-benar jatuh cinta.

Memang benar, Alice selalu merindukan Arsen. Ketertarikan di antara mereka masih memercik api seperti dulu. Namun masa lalu adalah pelajaran yang teramat berharga bagi perempuan itu. Arsen adalah orang yang membuat Alice merasa paling bahagia di muka bumi, juga yang bertanggung jawab membuatnya menangis tersedu-sedu.

Sekuat tenaga Alice mencoba menerima kembali kehadiran Arsen dalam hidupnya. Membiasakan diri dengan senyumnya, tawanya, gerak-gerik saat berada di ruang tengah; bahkan harus meredam gejolak perasaan atas kecupan hangat Arsen di suatu malam. Terlepas dari kenyataan Arsen membuat Alice jatuh cinta sekali lagi, ada pertanyaan besar yang hingga kini belum terjawab: pantaskah laki-laki itu diberi kesempatan kedua?



Nah, di kesempatan kali ini silakan disimak sederetan pertanyaan yang saya ajukan kepada Kak Windry, lengkap dengan jawabannya. Tak kenal maka tak sayang, kan. Oleh sebab itu, kamu wajib tahu beberapa hal terkait novel terbaru Kak Windry ini yang dijamin akan makin membuatmu penasaran dan tertarik untuk membacanya.

Siap? Let’s meet Kak Windry Ramadhina 😊


Q: Saya suka bagaimana Kak Windry memilihkan nama-nama tokoh dan tempat dalam cerita, yang enggak sekadar indah, akrab, berkesan, tapi juga memiliki makna/latar belakang. Seperti Alice Lila dan Lilt. Bagaimana proses pemilihan nama-nama tersebut? Apakah memakan waktu?
.


A: Biasanya saya memberi nama tokoh/tempat dalam novel sesuai dengan tema dan nuansa cerita. Song for Alice bernuansa musik (terutama rock dan klasik). Karena itu, saya sengaja mencari nama musisi rock atau nama yang diasosiasikan dengan musik rock. Alice, misalnya, diambil dari Alice Cooper. Nama-nama lain pun berhubungan dengan rock. Arsen, Len (Lennon), Rik (Erik), O (Otis), Sal (Sally), dan Mar. Sementara itu, untuk nama sekolah musik milik Alice, saya mencari istilah musik klasik yang memiliki arti pas dengan filosofi kakek Alice, yaitu Lilt.
Mencari nama selalu memakan waktu bagi saya. Tetapi, saya tidak keberatan. Itu elemen yang saya anggap penting. Saya tidak ingin nama-nama tersebut hanya sekadar panggilan. Saya ingin mereka memiliki arti (paling tidak bagi saya) dan ikut memberi jiwa ke cerita.
.
Q: Kisah novel ini mengandung pesan kehilangan yang pekat. Bagaimana Kak Windry mengeksplorasi emosi sehingga bisa melibatkan pembaca untuk ikut merasakan? Apakah dengan menggali memori kehilangan dari pengalaman pribadi atau ada cara lain?
A: Setiap orang pernah kehilangan. Tetapi, masing-masing memiliki cara sendiri dalam menghadapi hal tersebut. Menyamakan kehilangan Alice dengan kehilangan saya pribadi belum tentu tepat. Maka, saya berusaha menempatkan diri sebagai Alice. Bagaimana kehilangan mempengaruhinya, apa yang paling dia rasakan, dan seperti apa dia bereaksi. Sebelum itu, saya harus memahami kepribadian Alice, baru bisa berempati kepadanya. Ini berkaitan erat dengan proses pengembangan karakter yang dilakukan jauh sebelum saya memulai proses penulisan. Selama proses penulisan, juga dalam penyuntingan naskah Song for Alice, saya berkali-kali menangis. Lalu, saya berusaha membagi empati yang saya rasakan kepada pembaca.
.
.
Q: Selain Arsen dan Alice, siapakah tokoh dalam cerita ini yang sangat berkesan atau disayang oleh Kak Windry? Mengapa?

A: Saya memiliki ketertarikan khusus kepada Len, salah satu teman lama Arsen sekaligus personel Looking for Charlotte. Sepertinya, sebagian pembaca Song for Alice pun demikian. Tetapi, dia memang tipe yang mudah untuk disukai. Dewasa, bertanggung jawab, tenang, mampu membaca situasi dengan baik, dan perhatian kepada orang-orang di sekitarnya. Dan, sebagai tokoh pendukung, dia punya kedalaman karakter.








Q: Ide tentang seting sekolah musik itu sangat berkesan bagi saya. Adakah Kak Windry punya pengalaman pribadi/kenangan terkait sekolah/kursus musik?
A: Lilt terinspirasi dari sekolah musik yang saya datangi setiap Sabtu pagi bersama anak saya. Selama lima tahun, dia mengambil kelas piano di sana dan saya selalu menemani. Saya biasa menunggu di luar kelas dan melihat anak-anak kecil berlarian sambil membawa buku musik atau mengintip ke dalam kelas lewat lubang kaca di pintu. Sejak lama saya ingin menceritakan tempat itu lewat novel.
.
.

Q: Apa definisi ending (akhir kisah) yang sempurna bagi Kak Windry sebagai penulis?
A: Saya selalu berusaha melihat akhir cerita lebih dari sekadar sedih atau bahagia. Kehidupan tidak hitam dan putih. Di kehidupan, seringnya kita menemukan kesedihan dan kebahagiaan berdampingan.
Yang terpenting, di akhir kisah, pembaca menyadari sesuatu yang berharga yang barangkali selama ini terlewat olehnya. Pada saat yang bersamaan, saya ingin pembaca merasakan harapan. Dunia ini tidak sempurna, kita punya banyak masalah, kita kehilangan sesuatu atau seseorang, kita belum berhasil mewujudkan impian. Tetapi, kita harus percaya, kita akan baik-baik saja.
.
.
.

Nah, bagaimana? Menarik sekali, kan. Saya pribadi merasa sangat senang karena beberapa pertanyaan yang saya anggap penting dijawab tuntas oleh Kak Windry. Sekaligus bikin saya makin menghargai proses kreatif kepenulisan maupun karya yang dihasilkan. Terima kasih atas kesempatannya dan sukses selalu untuk Kak Windry, ya... 😊


Tentang Penulis:

WINDRY RAMADHINA lahir dan tinggal di Jakarta; percaya atau tidak, mampu mendengarkan berbagai bentuk rock, yang paling keras sekalipun. Dia menulis fiksi sejak 2007. Buku-bukunya banyak bercerita tentang cinta, kehidupan, impian, dan harapan. Song for Alice adalah bukunya yang kesebelas.

Windry suka membaca surat dan menjawab pertanyaan. Dia bisa dihubungi lewat e-mail windry.ramadhina@gmail.com, Instagram @beingfaye, atau blog www.windryramadhina.com   
.

P.S. Foto Kak Windry diambil dari Instagram pribadi @beingfaye


Sampai jumpa di blogpost selanjutnya, masih dalam rangkaian BLOGTOUR&GIVEAWAY SONG FOR ALICE  😘

41 komentar:

  1. Iya, Memang dari tokoh dan setting novel Windry Ramadhina selalu detil ya mbak dan kalau dideskripsikan dengan rasa novelnya terasa manis :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. tapi kalau yang ini mungkin ada rasa pahitnya ya kalau kehilangan

      Hapus
    2. ada manis dan pahitnya, seperti kehidupan, hehe...

      Hapus
    3. nah iyaa...

      kayaknya lebih " kaya" novel ini dibanding dua novel sebelumnya yang saya baca.. orange dan montase

      Hapus
  2. Tertarik sama buku ini karena aku juga lagi (dan masih) nulis tentang pemain musik, yang tulisanku ngga beres-beres sampe sekarang xD mau meramaikan tour ini di akun Kak Mel aaah... sekalian, siapa tau aku jadi makin minat. Kak Windry udah penulis senior banget. Idenya banyak. Bahkan kepikiran cari nama tokoh disesuaikan sama tema cerita. Kalau aku biasanya disesuaikan sama karakternya aja :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, cocok nih, Rezza. memang menulis itu butuh proses panjang, ya, dan sambil terus belajar, dari mana saja dan dari siapa saja, termasuk dari penulis lain :)

      Hapus
  3. Dari chit chat nya terlihat meyakinkan buat dibaca :" aku belum pernah baca buku penulis satu ini 🙈 *jadi malu. Btw, kehilangan apa sih?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karya Kak Windry selalu bikin saya jatuh cinta. Semoga berjodoh bisa membaca karya Kak Windry yang ini, ya. Tentang maksud kehilangan, bisa diintip di postingan review yang sudah saya posting juga :)

      Hapus
  4. Semakin penasaran dengan kisah Arsen dan Alice setelah mengetahui bahkan penulisnya sampai nangis saat nulis dan proses editnya. Sekelam apa kisah mereka? Apalagi sebagai penikmat happy ending, Mbak Windry menyentilku kalau ending gak melulu tentang kebahagiaan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. yup, Kak Windry sendiri nangis selama proses penyelesaian novel dan hasilnya memuaskan. pesannya kuat :)

      Hapus
  5. Aku sepakat kalo nama emang penting dalam sebuah cerita. Dan aku biasanya juga pikir lama kalo buat nama. Ehm, kayak berasa jd orang tua baru gitu ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. setiap penulis adalah orangtua bagi karya-karyanya, termasuk para tokoh cerita :)

      Hapus
  6. Music is my life :v
    Btw, dapet tips berharga. Nentuin nama tokoh tergantung genre sama tema cerita. Mantep. Thanks for the awesome tips 😘😘

    BalasHapus
  7. Samaaaa banget. Milih nama tokoh itu memakan waktu lama. Aku mah bikin cerpen aja nentuin nama tokohnya lamaaa. Ujung2 pake nama org2 dkt.. yang berakhir dikira based on true story deh hihiii

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwk... terus yang namanya dipakai minta upeti ya

      Hapus
  8. Aku suka pertanyaan bagaimana ending yang baik dan aku juga suka jawaban kak Windry Ramadhina. Sangat masuk akal dan membuat kita berpikir kalau novel yang baik adalah novel yang benar benar real kayak kehidupan sebenarnya. Kak Windry kauak selalu ngasih tahu di ending bahwa kebahagiaan dan kesedihan selalu beriringan berdampingan, selalu ada konsekwensinya. Suka banget sama itu semua. Ajaib.

    BalasHapus
    Balasan
    1. tetap realis, ada manis dan pahit tapi selalu memberikan pesan harapan dan kebaikan :)

      Hapus
  9. Aku belum pernah baca karya Kak Windry, tapi membaca penuturan beliau tentang menamai tokoh saja sudah terlihat keren ya.

    Juga masalah ending yang nggak hitam-putih. Ini manusiawi banget, dan kayaknya tokoh-tokoh dalam novel beliau nggak ada yang too good to be true jadinya. Benarkah, Mbak Mel?

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul banget, karena hidup nggak sempurna tapi dari ketidaksempurnaan itu penulis bisa menciptakan keindahan. Novel-novel Kak Windry wajib baca, lho :)

      Hapus
  10. Setuju banget sama definisi ending yang sempurna menurut kak Windry. Pantas aja, ending novelnya selalu ninggalin kesan yang mendalam. Jadi tambah penasaran sama novel ini.

    (Btw, Melani beruntung banget bisa interviu sama kak windry 😍)

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga lain waktu Gea juga berkesempatan chit chat sama Kak Windry :)

      Hapus
  11. Secara garis besar novel ini akan berhubungan dengan jenis Musik Rock. Apakah musik rock di sini akan di explore lebih jauh? atau hanya sekedar tempelan saja? jadi penasaran untuk cerita seutuhnya.

    BalasHapus
  12. Sependapat sama kak windy,nentuin nama tokoh tuh emng susah bgt,karna elemen kecil kyk gitu bisa jdi ikut mempengaruhi mood pembaca.karna y,aq aj klo pas baca novel,semisal gk srek sama nama tokoh ny th agak gimana gitu,jdi gk se excaited biasany

    BalasHapus
  13. Aku setuju nih sama kak Windry, nentuin nama tokoh dalam cerita itu emang penting. Biar pembaca juga jadi gak gampang lupa sama nama plus karakter didalam ceritanya. Nah dari pertanyaan kedua kak Mel dan jawabannya kak Windry, kayaknya novel ini baper parah yaa kak, tentang kehilangan gitu. Butuh banyak tisu gak nih pas bacanya? hehe
    .
    Tokoh yang berkesan bagi sang penulis itu Len? kayaknya banyak yaa kak yang suka sama Len, dari beberapa review yang aku baca juga banyak yang suka sama Len. Heeeem jadi penasaran nih sama Len hehe, btw pertanyaan terakhir aku suka banget nih kak. Kebanyakan yaa penulis itu milih ending yang dibuat" kak, maksudnya gak nyambung sama ceritanya gitu. Ceritanya gini, ujung"nya ending happy ending, biar banyak yang suka. Gak kebanyakan juga sih, aku pernah baca beberapa cerita doang hhe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Len itu loveable,calon dokter, dan ganteng wkwkwk...

      Hapus
  14. Sangat setuju dengan paparan kak Widry terkait kehilangan, "Setiap orang pernah kehilangan. Tetapi, masing-masing memiliki cara sendiri dalam menghadapi hal tersebut." Sama seperti hidup, takdir yang dijalani, kesedihan, kebahagiaan, kehilangan dan pada akhirnya dipertemukan kembali, semuanya tergantung penyikapan kita sebagai pribadi yang merasakan hal itu.

    Setelah #AskAuthor dengan lima pertanyaan terbaik yang diajukan kak Mel, aku semakin memiliki alasan khusus untuk menfavoritkan penulis satu ini, apalagi setelah membaca jawaban yang dipaparkan tentang endingnya, kak Windry ternyata ngg sekedar mengakhiri kisah Arsen dan Alice begitu saja, ada banyak pesan dan harapan yang ditujukan kepada pembaca setelah menamatkan kisah garapannya ini. Di novel sebelumnya, walaupun aku hanya berhasil menamatkan satu garapannya- Orange, aku rasa aku menemukan itu- tentang harapan, tentang perjuangan dan yang pasti tentang cinta. Fix. Aku menginginkan novel ini. Tengkyu kak Mel atas pertanyaan kerennya. Mungkin kalau ngg mampir ke sini, belum tentu aku menemukan jawaban ini. Sukses selalu👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya, setiap tulisan harus meninggalkan pesan kebaikan agar abadi. Makasih juga sudah mampir dan meninggalkan komentar :)

      Hapus
  15. Aku setuju sama kak windry, aku suka dengan cara kak windry menamai tokoh dalam novelnya. Karena menurutku setiap nama yang ada dalam tokoh mengandung arti bagi pembacanya

    BalasHapus
  16. Aku pikir dalam pemilihan nama tokoh dan tempat yang ada di novel itu sgt penting banget untuk membangun sebuah mindset di pikiran pembacanya. Ibarat sebuah brand atau produk katakanlah mie instant tetapi yang terlintas di pikiran adalah indomie karena mindset kita sudah diarahkan ke sana sejak dulu. Begitu juga saat mendengar ada yg menyebut nama 'Arsen' dan 'Alice', yang terlintas di pikiranku adalah novel karya mbak Windry berjudul Song for Alice setelah aku membaca reviewnya. Jadi, aku setuju bgt dengan statement mbak Windry "Mencari nama selalu memakan waktu bagi saya...... Saya tidak ingin nama-nama tersebut hanya sekadar panggilan. Saya ingin mereka memiliki arti (paling tidak bagi saya) dan ikut memberi jiwa ke cerita."

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah bagus nih pengibaratannya. brand dan mindset :)

      Hapus
  17. Filososfi dalam setiap pembuatan cerita dalam novel ini kayaknya begitu dalam, tapi aku gak nyangka aja kalau penulisnya adalah salah satu pendengar setia musik rock sampai2 nama tokohnya dari latar belakang musik tsb

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwk... di bagian biografi singkat penulis disebutkan bahwa Kak Windry ini suka dengar rock, keras sekalipun lho :)

      Hapus
  18. kak Windry kalau buat cerita memang goals banget...selalu ada hal yang baru dan luar biasa....kalau ada orang hebat yang aku fikirkan cuma satu, apa sih buku yang terakhir mereka baca??

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha... biasanya penulis bagus bacaannya juga luar biasa, ya. mungkin lain kali saya akan nanya soal buku bacaan favorit Kak Windry :)

      Hapus
  19. Jujur, aku belum pernah baca karyanya kak Windry Ramadhina, sekilas baca review-an buku2 beliau di Goodreads rate nya bagus2, trus jadi penasaran 😁, semoga bisa menyesapi buku2 kak Windry mulai dari ‘Song for Alice’ ini.

    Dan semoga, aku bisa menjadi salah satu pembaca yang juga bisa ikut merasakan harapan sama seperti kisah yang kak Windry muat di novel ini 🙏😊

    BalasHapus
  20. Woooww pertanyaannya keren-keren semua kak
    Aku baru sekali baca novel Kak Windry dan kayaknya ada unsur magic yang tertinggal di ingatan--padahal ceritanya gak tentang magic. Satu yang paling agak mengesalkan tapi berkesan juga ya endingnya. Aku penasaran apa kak Windry suka ending seperti itu atau gimana, dan interview ini menjawabnya. "Pada saat yang bersamaan, saya ingin pembaca merasakan harapan."

    Menarik banget pembahasan nama tokoh dan setting ceritanya. Pantes novel kak Windry sering direkomen sama anak-anak book review, ternyata risetnya gak main-main.

    Dan lagi, blurb Song For Alice keren banget ya. Udah berasa nyeseknya padahal baru blurb doang. Jadi penasaran banget pengen baca Song For Alice

    BalasHapus
    Balasan
    1. setuju. tulisan Kak Windry itu magical, efeknya kuat ke ingatan dan perasaan pembaca :)

      Hapus
  21. Nama mbak windry udah nggak asing di telinga sih, banyak banget reviewer2 yang nyebut nama dan beberapa karyanya. Dan rata2 penilaiannya selalu bagus dan positif. Yg paling aku ingat itu glaze, tokoh di novel tsb berprofesi sebagai pembuat keramik. Tp sejauh ini blm ada karya mbak windry yg sudah aku baca. Semoga lewat blogtour ini bisa membawaku berkenalan dengan karya mbak windry

    BalasHapus
    Balasan
    1. Glaze juga pernah direview di sini. Kalau dari tokoh, saya lebih suka novel ini, tapi ceritanya sama-sama bagus :)

      Hapus
  22. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube