Hai, pembaca. Bagi kamu pencinta novel Indonesia, terutama karya Kak Windry Ramadhina, mulai hari ini akan diselenggarakan rangkaian sesi blogtour Song for Alice di blog saya ini. Jangan lewatkan kesempatan mendapatkan satu eksemplar novel Song for Alice dengan mengikuti giveaway di akhir sesi blogtour ini.
Selengkapnya, blogtour akan diadakan selama 21 hari dengan jadwal sebagai berikut:
20 – 22 OKTOBER 2018 2018: ORINTHIA LEE
23 – 25 OKTOBER 2018: LUCKTY GIYAN SUKARNO
26 – 28 OKTOBER 2018: PUTU RINI CIPTA RAHAYU
29 – 31 OKTOBER 2018 : MELANI I. S
1 – 3 NOVEMBER 2018: AINI EKA
4 – 6 NOVEMBER 2018 2018: ILMI FADILLAH
7 – 9 NOVEMBER 2018 2018: KHAIRISA RAMADHANI PRIMAWESTRI
Judul novel : Song for Alice
Penulis : Windry Ramadhina
Editor : Rinandi Dinanta
Proofreader : Christian Simamora
Tebal buku : 328 halaman, SC; 14 x 20 cm
Bookpaper : 55 gr
ISBN : 978-602-51290-7-0
Harga : Rp 85,000
Genre : Romance, music
TAGLINE:
Mencintaimu adalah penantian yang panjang.
BLURB:
SEPERTI APA CINTA MENINGGALKANMU
ADALAH SESUATU YANG TERAMAT SULIT KAU LUPAKAN.
Bagi Arsen, pulang berarti kembali pada Alice—perempuan pertama yang mencuri hatinya dua belas tahun lalu. Sore itu adalah pertemuan pertama mereka setelah lama tak bertemu. Arsen menarik Alice ke dalam pelukannya, berusaha mengingatkan perempuan itu pada sejarah mereka dulu. Namun yang membersit di benak Alice hanya sakit hati... ditinggal pergi Arsen di saat dia benar-benar jatuh cinta.
Memang benar, Alice selalu merindukan Arsen. Ketertarikan di antara mereka masih memercik api seperti dulu. Namun masa lalu adalah pelajaran yang teramat berharga bagi perempuan itu. Arsen adalah orang yang membuat Alice merasa paling bahagia di muka bumi, juga yang bertanggung jawab membuatnya menangis tersedu-sedu.
Sekuat tenaga Alice mencoba menerima kembali kehadiran Arsen dalam hidupnya. Membiasakan diri dengan senyumnya, tawanya, gerak-gerik saat berada di ruang tengah; bahkan harus meredam gejolak perasaan atas kecupan hangat Arsen di suatu malam. Terlepas dari kenyataan Arsen membuat Alice jatuh cinta sekali lagi, ada pertanyaan besar yang hingga kini belum terjawab: pantaskah laki-laki itu diberi kesempatan kedua?
Nah, di kesempatan kali ini silakan disimak sederetan pertanyaan yang saya ajukan kepada Kak Windry, lengkap dengan jawabannya. Tak kenal maka tak sayang, kan. Oleh sebab itu, kamu wajib tahu beberapa hal terkait novel terbaru Kak Windry ini yang dijamin akan makin membuatmu penasaran dan tertarik untuk membacanya.
Siap? Let’s meet Kak Windry Ramadhina 😊
Q: Saya suka bagaimana Kak Windry memilihkan nama-nama tokoh dan tempat dalam cerita, yang enggak sekadar indah, akrab, berkesan, tapi juga memiliki makna/latar belakang. Seperti Alice Lila dan Lilt. Bagaimana proses pemilihan nama-nama tersebut? Apakah memakan waktu?
.
A: Biasanya saya memberi nama tokoh/tempat dalam novel sesuai dengan tema dan nuansa cerita. Song for Alice bernuansa musik (terutama rock dan klasik). Karena itu, saya sengaja mencari nama musisi rock atau nama yang diasosiasikan dengan musik rock. Alice, misalnya, diambil dari Alice Cooper. Nama-nama lain pun berhubungan dengan rock. Arsen, Len (Lennon), Rik (Erik), O (Otis), Sal (Sally), dan Mar. Sementara itu, untuk nama sekolah musik milik Alice, saya mencari istilah musik klasik yang memiliki arti pas dengan filosofi kakek Alice, yaitu Lilt.
Mencari nama selalu memakan waktu bagi saya. Tetapi, saya tidak keberatan. Itu elemen yang saya anggap penting. Saya tidak ingin nama-nama tersebut hanya sekadar panggilan. Saya ingin mereka memiliki arti (paling tidak bagi saya) dan ikut memberi jiwa ke cerita.
.
Q: Kisah novel ini mengandung pesan kehilangan yang pekat. Bagaimana Kak Windry mengeksplorasi emosi sehingga bisa melibatkan pembaca untuk ikut merasakan? Apakah dengan menggali memori kehilangan dari pengalaman pribadi atau ada cara lain?
•
A: Setiap orang pernah kehilangan. Tetapi, masing-masing memiliki cara sendiri dalam menghadapi hal tersebut. Menyamakan kehilangan Alice dengan kehilangan saya pribadi belum tentu tepat. Maka, saya berusaha menempatkan diri sebagai Alice. Bagaimana kehilangan mempengaruhinya, apa yang paling dia rasakan, dan seperti apa dia bereaksi. Sebelum itu, saya harus memahami kepribadian Alice, baru bisa berempati kepadanya. Ini berkaitan erat dengan proses pengembangan karakter yang dilakukan jauh sebelum saya memulai proses penulisan. Selama proses penulisan, juga dalam penyuntingan naskah Song for Alice, saya berkali-kali menangis. Lalu, saya berusaha membagi empati yang saya rasakan kepada pembaca.
.
Q: Selain Arsen dan Alice, siapakah tokoh dalam cerita ini yang sangat berkesan atau disayang oleh Kak Windry? Mengapa?
•
A: Saya memiliki ketertarikan khusus kepada Len, salah satu teman lama Arsen sekaligus personel Looking for Charlotte. Sepertinya, sebagian pembaca Song for Alice pun demikian. Tetapi, dia memang tipe yang mudah untuk disukai. Dewasa, bertanggung jawab, tenang, mampu membaca situasi dengan baik, dan perhatian kepada orang-orang di sekitarnya. Dan, sebagai tokoh pendukung, dia punya kedalaman karakter.
Q: Ide tentang seting sekolah musik itu sangat berkesan bagi saya. Adakah Kak Windry punya pengalaman pribadi/kenangan terkait sekolah/kursus musik?
•
A: Lilt terinspirasi dari sekolah musik yang saya datangi setiap Sabtu pagi bersama anak saya. Selama lima tahun, dia mengambil kelas piano di sana dan saya selalu menemani. Saya biasa menunggu di luar kelas dan melihat anak-anak kecil berlarian sambil membawa buku musik atau mengintip ke dalam kelas lewat lubang kaca di pintu. Sejak lama saya ingin menceritakan tempat itu lewat novel.
.
.
Q: Apa definisi ending (akhir kisah) yang sempurna bagi Kak Windry sebagai penulis?
•
A: Saya selalu berusaha melihat akhir cerita lebih dari sekadar sedih atau bahagia. Kehidupan tidak hitam dan putih. Di kehidupan, seringnya kita menemukan kesedihan dan kebahagiaan berdampingan.
Yang terpenting, di akhir kisah, pembaca menyadari sesuatu yang berharga yang barangkali selama ini terlewat olehnya. Pada saat yang bersamaan, saya ingin pembaca merasakan harapan. Dunia ini tidak sempurna, kita punya banyak masalah, kita kehilangan sesuatu atau seseorang, kita belum berhasil mewujudkan impian. Tetapi, kita harus percaya, kita akan baik-baik saja.
.
.
.
Nah, bagaimana? Menarik sekali, kan. Saya pribadi merasa sangat senang karena beberapa pertanyaan yang saya anggap penting dijawab tuntas oleh Kak Windry. Sekaligus bikin saya makin menghargai proses kreatif kepenulisan maupun karya yang dihasilkan. Terima kasih atas kesempatannya dan sukses selalu untuk Kak Windry, ya... 😊
Tentang Penulis:
WINDRY RAMADHINA lahir dan tinggal di Jakarta; percaya atau tidak, mampu mendengarkan berbagai bentuk rock, yang paling keras sekalipun. Dia menulis fiksi sejak 2007. Buku-bukunya banyak bercerita tentang cinta, kehidupan, impian, dan harapan. Song for Alice adalah bukunya yang kesebelas.
Windry suka membaca surat dan menjawab pertanyaan. Dia bisa dihubungi lewat e-mail windry.ramadhina@gmail.com, Instagram @beingfaye, atau blog www.windryramadhina.com
.
P.S. Foto Kak Windry diambil dari Instagram pribadi @beingfaye
Sampai jumpa di blogpost selanjutnya, masih dalam rangkaian BLOGTOUR&GIVEAWAY SONG FOR ALICE 😘