Senin, 29 Oktober 2018

Judul novel   : Song for Alice
Penulis        : Windry Ramadhina
Editor          : Rinandi Dinanta
Proofreader : Christian Simamora
Tebal buku  : 328 halaman, SC; 14 x 20 cm
Bookpaper  : 55 gr
ISBN           : 978-602-51290-7-0
Harga          : Rp  85,000
Genre          : Romance, music

TAGLINE:
Mencintaimu adalah penantian yang panjang.

BLURB:
SEPERTI APA CINTA MENINGGALKANMU
ADALAH SESUATU YANG TERAMAT SULIT KAU LUPAKAN.

Bagi Arsen, pulang berarti kembali pada Alice—perempuan pertama yang mencuri hatinya dua belas tahun lalu. Sore itu adalah pertemuan pertama mereka setelah lama tak bertemu. Arsen menarik Alice ke dalam pelukannya, berusaha mengingatkan perempuan itu pada sejarah mereka dulu. Namun yang membersit di benak Alice hanya sakit hati... ditinggal pergi Arsen di saat dia benar-benar jatuh cinta.

Memang benar, Alice selalu merindukan Arsen. Ketertarikan di antara mereka masih memercik api seperti dulu. Namun masa lalu adalah pelajaran yang teramat berharga bagi perempuan itu. Arsen adalah orang yang membuat Alice merasa paling bahagia di muka bumi, juga yang bertanggung jawab membuatnya menangis tersedu-sedu.

Sekuat tenaga Alice mencoba menerima kembali kehadiran Arsen dalam hidupnya. Membiasakan diri dengan senyumnya, tawanya, gerak-gerik saat berada di ruang tengah; bahkan harus meredam gejolak perasaan atas kecupan hangat Arsen di suatu malam. Terlepas dari kenyataan Arsen membuat Alice jatuh cinta sekali lagi, ada pertanyaan besar yang hingga kini belum terjawab: pantaskah laki-laki itu diberi kesempatan kedua?


SINOPSIS:
“Namanya Alice Lila... Alice dari Alice Cooper. Lila seperti ‘Lyla’ Oasis.” (hlm. 255)
“Panggung besar. Cahaya. Ribuan orang memanggil-manggil namaku. Semua itu membuatku... lupa. Aku seperti kehilangan... aku yang dulu.” (hlm. 184)
Arsen Rengga, musisi rock yang karirnya sedang menanjak dan dipuja oleh banyak penggemar wanita mendapat kritikan pedas atas album terakhirnya yang dinilai dangkal. Dia juga mendapat sorotan atas gaya hidupnya, hobinya melewatkan malam bersenang-senang di pub. Arsen tak ambil pusing dengan kritikan tersebut, meskipun manajer dan produsernya berpendapat serupa. Hingga suatu hari, sebuah kecelakaan menyentakkan kesadarannya. Arsen yang diberikan waktu cuti memanfaatkan kesempatan tersebut untuk pulang. Pulang ke rumah di mana ada seseorang yang dianggapnya keluarga namun telah lama dicampakkannya.

Alice Lila, gadis yang mengelola sekolah musik bernama Lilt, warisan dari mendiang Kakeknya—Kakek Lur, sedang dipusingkan oleh kondisi Lilt yang terancam gulung tikar. Resesi dan persaingan membuat Lilt tak lagi seramai dulu. Bahkan satu-satunya pengajar yang bertahan akhirnya memilih hengkang. Di tengah situasi tak menyenangkan ini, Arsen kembali. Pemuda yang pernah menjadi bagian dari keluarga, sepeninggal mamanya—Tante Rae, yang juga pernah mengajar di Lilt. Empat tahun lalu, Arsen memilih meninggalkan Alice, Kakek Lur, bahkan band Looking For Charlotte yang dia bentuk bersama Len, Rik, dan O, demi tawaran rekaman dari label besar. Sebuah keputusan yang egois.

Kepulangan Arsen tak begitu saja disambut hangat oleh Alice. Perasaan kecewa masih menguasai Alice. Dan kelakuan Arsen di awal kepulangan kian melemahkan kepercayaan Alice pada Arsen. Walaupun demikian, Arsen tetap berupaya keras membuktikan kesungguhan dan menebus kesalahannya. Setelah berhasil membujuk dan meyakinkan Len, Rik, dan O untuk membantu mengajar di Lilt, di sela-sela kesibukan mereka masing-masing, Arsen juga perlahan mendapatkan kembali kepercayaan Alice. Berkat popularitas Arsen, Lilt bahkan mendapatkan promosi yang bagus. Mar sang manajer juga banyak membantu. Kebersamaan dengan Alice dan ketiga teman lamanya, juga Sal kakak Len yang juga menganggapnya keluarga, membuat Arsen berubah lebih baik. Bahkan Arsen menyatakan cinta pada Alice dan berhasil menyelesaikan lagu yang terinspirasi dari Alice. Kebahagiaan mereka terasa kian lengkap dari hari ke hari. Tapi, benarkah ada kebahagiaan dan kisah yang benar-benar sempurna dan berlangsung selamanya?


REVIEW:
“Aku pulang untuk mendapatkannya kembali.” (hlm. 177)
“Sekarang, saya mendapat kesempatan kedua. Saya ingin melakukannya dengan benar kali ini. hidup seharusnya dipergunakan untuk menjaga hal-hal yang penting bagi kita.” (hlm. 311)

Mengambil seting Jakarta dan latar dunia musik, kisah Alice dan Arsen juga didominasi kisah keluarga dan persahabatan, tak melulu romansa antara dua tokoh utamanya. Poin-poin tersebutlah yang menjadi alasan utama saya menyukai novel ini. Saya selalu lebih mudah jatuh cinta pada kisah semacam ini.

Menggunakan sudut pandang POV orang ketiga, tak membuat saya kesulitan merasa terhubung dengan karakter para tokoh dan emosi yang mereka rasakan. Bahkan pemilihan POV ini cukup adil mengingat banyak tokoh pendukung yang menarik untuk disorot juga. Sebut saja Mar dan Len, dua tokoh pendukung yang paling menarik perhatian dan simpati saya. Mar yang cerewet tapi sebenarnya baik. Dia ini menggambarkan sosok manajer yang profesional, sangat membantu segala aktivitas berkarir Arsen tapi juga tak segan menunjukkan dukungan lewat tindakan nyata di luar urusan bermusik, Sebagai wanita, Mar nggak cukup feminin dan lemah lembut, lebih seperti sosok wanita karir yang tangguh. Dan saya suka itu. Sedangkan Len yang kalem adalah karakter calon dokter yang mudah disukai, juga sahabat yang suportif dengan caranya. Kehadiran Len ini semacam pelengkap dan penyeimbang kelakuan egois dan bengal Arsen. Apalagi Len punya Sal, sosok kakak perempuan yang penyayang. Sesuailah dengan karakter Len yang dewasa. Dalam beberapa aspek, Len lebih saya sukai ketimbang Arsen. Ini bukan kali pertama saya jatuh cinta pada second lead character.

Untuk Arsen dan Alice, mereka memesona dengan karakter mereka masing-masing yang unik. Arsen yang bisa dikatakan mencerminkan sosok bad boy, ditunjang latar belakangnya sebagai musisi rock yang masih muda—usia yang rentan dengan glamornya dunia hiburan. Sosok yang egois dan berengsek—seperti yang diakuinya sendiri. Dan keegoisannya ini memang menjengkelkan. Sempat, saking kesalnya, saya mempertanyakan apakah cowok egois begini layak mendapatkan kesempatan kedua dari Alice yang notabene sudah cukup menderita? Hehe... Tapi kisah masa kecil Arsen juga bikin bersimpati dan meskipun saya tidak merasakan kehilangan orangtua karena kematian, saya bisa turut merasakan kehilangan itu dengan cara saya. Selain itu, Arsen juga memiliki sisi-sisi manis dan karisma yang membuat saya paham mengapa Alice mencintainya. Bagaimanapun, Arsen adalah tokoh yang paling terlihat perkembangan karakternya sepanjang cerita. Alice sendiri juga yatim piatu, sehingga kesamaan nasib inilah yang menyatukan mereka, di samping perbedaan karakter yang menarik. Alice yang lebih suka musik klasik dan tidak menyukai rock, misalnya. Chemistry Alice-Arsen pun terasa. Selain itu, detail-detail deskripsi karakter mereka, seperti kebiasaan-kebiasaan kecil Alice memperkuat penokohan dan chemistry.

Deskripsi mengenai sekolah musik Lilt dan berbagai detail terkait musik juga mengesankan dan menghangatkan hati. Saya jatuh cinta dengan penggambaran Lilt, dengan suasana ramai oleh anak-anak yang belajar musik. Sampai saya berandai-andai, jika saja semasa kecil saya juga berkesempatan merasakan atau seenggaknya jika memiliki anak kelak akan ada kesempatan untuk bersekolah seperti di Lilt. Dan tak heran karena ternyata Kak Windry tak sekadar riset, tapi menuangkan pengalaman pribadi selama menemani putrinya bersekolah musik. Feel-nya sangat terasa. 

Hal favorit lain dari novel ini adalah pemilihan nama untuk setiap tempat dan tokoh. Uniknya, para tokoh memiliki nama panggilan yang hanya terdiri atas tiga huruf bahkan kurang. Al, Sen, dan terutama Len, Mar, Rik, Sal, Lur (Kakek), dan O. Juga nama Lilt, Fat Sal, dan Looking for Charlotte. Semua terasa pas dengan makna yang nggak asal comot, sekaligus indah didengar.

Dan meskipun tak banyak menyisipkan istilah dan penjelasan bidang kedokteran, Kak Windry berkonsultasi dan melakukan riset yang memadai untuk mendukung plot. Baca sendiri novel agar kamu paham, ya. Hehe...

Alurnya dominan alur maju, namun ada beberapa bagian yang merupakan kilas balik. Untuk novel yang tak terlalu tebal, alur ceritanya pas, tak terlalu lambat tapi juga tak terkesan terburu-buru. Plotnya rapi. Cukup banyak adegan yang menguras emosi yang mana membuktikan kesuksesan Kak Windry melibatkan saya sebagai pembaca dengan cerita. Salah satu adegan favorit saya adalah jelang akhir, di bagian konser. Bikin emosi saya campur aduk.

Benar-benar pengalaman membaca yang berkesan. Sebuah novel tentang kesempatan kedua dan berdamai dengan luka. Saya terngiang-ngiang dengan beberapa kutipan di dalamnya. Dan jika kamu tipikal pembaca yang mudah terhanyut dengan cerita, dijamin akan merasa emosional bahkan meneteskan air mata selama membaca. Bagi penggemar musik rock terutama band Inggris, juga akan merasa terhubung dengan karya ini. 

Satu lagi karya Kak Windry yang tidak boleh kamu lewatkan. Wajib dibaca dan dimiliki bukunya. It’s beautifully written. Kavernya juga cantik, bukan?


Tentang Penulis:
WINDRY RAMADHINA lahir dan tinggal di Jakarta; percaya atau tidak, mampu mendengarkan berbagai bentuk rock, yang paling keras sekalipun. Dia menulis fiksi sejak 2007. Buku-bukunya banyak bercerita tentang cinta, kehidupan, impian, dan harapan. Song for Alice adalah bukunya yang kesebelas.

Windry suka membaca surat dan menjawab pertanyaan. Dia bisa dihubungi lewat e-mail windry.ramadhina@gmail.com, Instagram @beingfaye, atau blog www.windryramadhina.com


P.S. Untuk photo challenge kali ini adalah dengan berfoto bersama novel Song For Alice. So, here we go, guys. Maafkan gaya saya yang seadanya ini hehe... ☺


Jangan lupa, masih akan ada giveaway bagi kamu yang ingin membaca dan memiliki novel ini gratis. Nantikan ketentuan lengkapnya di postingan blog selanjutnya dan ajak teman-temanmu juga. Sampai jumpa.




35 komentar:

  1. Sejak ada yang review buku ini beberapa minggu lalu, sebelum ada blogtour ini, aku pertama kepo gara-gara ada yang kasih 5 bintang di IG story. Makanya aku mau coba liat review Kak Mel. mau tau gimana pendapatnya. Akhirnya kubaca juga 😁😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, bahkan setahuku yang biasanya suka cerita yang manis romantis banget juga suka sama buku yang manis-pahit ini hehe... :)

      Hapus
  2. salut untuk penggambaran sekolah musik dan segala problemnya.. risetnya top pasti! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup, Kak Windry ini orangnya perfeksionis kalau melihat dari karya-karyanya :)

      Hapus
  3. Dapat kesan bakalan ada sedih-sedihan karena penyakit setelah baca review kalau ada sisipan istilah dan penjelasan kedokteran. Sebagai orang yang awam dengan karya Mbak Windry, baca review ini membuatku merasakan seberapa kualitas beliau sebagai seorang penulis dengan dedikasi dan riset yang dilakukan demi karyanya. Baca novel ini wajib sedia satu pak tisu kayanya yaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. istilah kedokteran nggak berarti ada yang sakit qeqeqe... baca novelnya untuk lebih jelas :)

      Hapus
  4. Banyak racun tentang novel ini. Dan katanya penuh jebakan di dalamnya. Terus aku jadi pengn baca 😅

    BalasHapus
  5. Jujur sih, belum pernah baca karyanya Kak Windry. But, it's sound like awesome. Berkali-kali diracun sama temen buat baca karya Kak Windry dan belum kesampean sampe detik ini. Semoga Song For Alice bisa jadi novel perdana yang ku baca 😂

    BalasHapus
  6. Aku belum pernah baca karya windry. Jadi penasaran... apalagi kayaknya seru ini ya kisah arsen alice ini. Jadi sebenernya mereka ini pacaran apa gimana dulunya? Hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. hmm... bukan pacaran dulunya, lebih tepatnya ada di novel, meski di review saya sebut juga penjelasannya :)

      Hapus
  7. Aku selalu menjadi pembaca setia setiap karya kak Windry Ramdhina, sejak merasa nyaman dengan novel Orange yang aku baca kira kira 9 tahun lalu aku ketagihan karya beliau. Dan song for Alice ini aku sudah banyak diracuni oleh teman temanku yang mereka mengatakan dengan jujur kalau ini salah satu karya kak Windry yang nggak boleh dilewatkan. Rasanya memang setelah Montase, ini adalah karya Kak Windry yang nggak boleh nggak punya alias harus punya dan harus baca. Sukses selalu kak Windry.

    BalasHapus
  8. Makin mupeng aja sama novel ini setelah membaca reviu Mbak Mel. Second lead character aja bisa bikin jatuh cinta begitu, padahal tokoh utamanya juga oke.

    Terus, selain musiknya kental dengan detail-detailnya pula, juga banyak istilah kedokteran. Keduanya termasuk hal yang asing bagiku. Selain bakalan larut dalam cerita yang bikin ati ketar-ketir, juga banyak ilmu yang bisa diambil ya.

    Dan kenapa saya gatel pengin nulis juga? Tapi membayangkan nulis sekitar 50.000 kata kok udah takut, karena otakku masih terlalu receh untuk merangkai plot. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe... saya juga cuma baru mampu nulis cerpen. Pasti bisa, Mas Muizz. Semangat :)

      Hapus
  9. Tipikal novel-novelnya Kak Windry ya Mel 😄, pasti selalu ada karakter pendukung yang gak kalah menarik. Btw, Looking For Charlote itu ternyata grup band fiktif ya? Kupikir beneran ada 😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkwk... Looking for Charlotte fiktif. Yang beneran ada itu Good Charlotte :)

      Hapus
  10. Belom ada pengalaman baca tulisan kak windry 🙈 jadi kutak bisa bandingkan atau berekspektasi 🤔 tertarik baca ini karena ada unsur musik didalamnya, hehe.. Dan kalau baca reviewnya sih kayaknya bakal dijelasin detail ya? Ya kan? 👅 btw arsen rocker ya? Uwooo cool cool gimana gitu kali ya? 🙈🙈🙈

    BalasHapus
    Balasan
    1. memang mengangkat musik rock dan sekolah musik, tapi detail dunia musik tetap disesuaikan plot cerita, karena ini novel, bukan buku musik :)

      Hapus
  11. Penasaran dengan tulisan kak Windry yang ini, apakah masih sama nge-rock-nya dengan buku-bukunya yang lain?

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama bagus, bahkan dari beberapa aspek lebih kuat pesan kehidupannya :)

      Hapus
  12. Aq makin penasarannnnn😭😭mlh banyak bgt yg bilang klo novel ini nh bagus bgt,d tambah coverny yg manis" nyegerin gitu,makin mupeng aq😘😍

    BalasHapus
  13. Wah nama panggilan para tokohnya unik bgt yaa kak, mupeng aku baca reviewan kakak. Gak kuat nahan penasaran sama ini novel, banyak yang sukak huhu

    Dan selain tentang musik rock yang bikin penasaran sama buku ini, aku tuh penasaran sama Len kaak. Tokoh pendamping aja bisa bikin something apalagi tokoh utamanya? Arsen? aku penasaran banget sama dia, segimana berandalannya dia sih. Dan oenasaran lah pokoknya sama ini novel

    Btw katanya novel ini bikin ati nyelos terus kalo baca, apalagi pas bagian ending. Aku ngebet banget pengen baca novel ini kak Mel. Aku oernah liat di IG ada yang ngasih ratting sempurna? jadi makin oenasaran dong sama kisah Alice dan Arsen ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya, nama-nama panggilan tokoh dan nama tempat, bahkan judul lagu dan band yang dipilih unik dan bagus. Len dan Arsen sama-sama ganteng, tapi beda karakter hahaha...

      Hapus
  14. salahkan o dan p yang deketan😢

    BalasHapus
  15. Review yang lengkap dan untuk ukuran review dengan kapasitas paragraf puluhan, aku ngg merasa bosan menyimak kata demi katanya, ada banyak info yang kudapat di sini dan semakin menunjang kecintaanku akan tulisan kak Windry, terutama novel yang sedang direview ini- Song For Alice. Jujur, aku memang baru menamatkan satu karyanya, itupun sudah lama sekali, mungkin akan banyak yang kurang yakin jika kukatakan novel penulis satu ini layak dijadikan rujukan bacaan bagus, lebih lagi dengan kapasitas bacaku hanya satu novel. Tapi itu benar adanya. Rasanya ngg berlebihan jika kulabeli kak Windry sebagai penulis terkonsisten terhadap tulisannya. Rapi dan riset yang ngg sekedar-sekedar saja. Terlebih dengan nama-nama yang menjadi karakter di novelnya, asing tapi unik sekaligus enak didengar- seenggaknya itu menurutku.

    Untuk Kisah Alice dan Arsen, yang paling membuatku tertarik membacanya salah satunya adalah tentang Lilt- Sekolah musik. Masalahnya aku belum pernah sama sekali bertandang atau menemukan sekolah seperti ini di daerahku, mungkin karena pelosok yak hehe. Yang pasti aku ingin mengetahui lebih banyak terkait sekolah ini, apalagi ngg dipungkiri aku juga salah satu penikmat musik, walaupun ngg rock juga sih ;). Selain itu yang paling membuat pembaca tentunya, hubungan Alice dan Arsen di kesempatan keduanya ini. I want to know it. I hoped.

    BalasHapus
  16. Aku sudah banyak membaca karya kak windry. Dan aku jadi makin penasaran ingin membaca novel Song for Alice😍

    BalasHapus
  17. Setiap orang berhak mendapatkan kesempatan kedua untuk menebus kesalahannya di kesempatan pertama dulu. Aku ingin tahu kesalahan seperti apa yang sudah Arsen lakukan kepada Alice sehingga membuat Alice merasa sangat kecewa sehingga Arsen harus berupaya keras membujuk Alice memaafkannya.


    Btw, aku rasa jika orang awam ingin mengenal lebih dekat dengan dunia musik, terutama beraliran rock dan klasik sebaiknya buku ini dimasukkan ke wishlist sebagai pemuas rasa penasaran.

    BalasHapus
  18. Makin penasaran sama kisah Alice sama Arsen. Kayaknya benar-benar ada emosi yang naik turun dalam membaca novel ini. Banyak reviewer yg merekomendasikan buku karya kak Windy ini dan aku makin penasaran sama kisah dalam novel ini

    BalasHapus
  19. penulis selalu bisa membuat karakter yang unik tapi tetap punya pesona yang bikin klepek klepek

    BalasHapus
  20. Kirain tentang musik & percintaan ajah, tapi kayaknya tentang kekeluargaan juga kuat. Yang bikin penasaran itu justru genre musik yg dijadiin latar cerita, ‘rock’ !! Ini nggak kebayang kak Windry ngolah nya kek mana bisa semenarik ini review ya 😍

    BalasHapus
  21. Reviewnya keren deh. Banyak, tapi ngasih tanda tanya mulu di akhir, kayak gak ikhlas gitu ngasih spoiler 😂😂😂


    Dari review ini dapat gambaran kalau novelnya bener" berfokus di musik. Baik alur dan konflik. Juga nama karakternya enak banget diinget. Ada O segala. O tugasnya ngapain? Dan kenapa namanya O? 😂

    Suka banget sama novel yang riset dan alur ceritanya kuat. Pengen koleksi sekalian buat belajar nulis lagi 😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwk... kan memang nggak boleh spoiler. O itu singkatan dari Otis, dia bassist. Ad nilai keluarga dan persahabatan juga kok, nggak melulu musik. Novel-novel Kak Windry memang wajib dikoleksi :)

      Hapus
  22. Tumben-tumbenan ya rock dijadikan pilihan jenis musik dalam novel. Biasanya kalo novel yg bertema musik, tokohnya itu cuma jadi anak band biasa gitu. Tapi novel mbak windry ini beda, unik banget!
    Pengen banget kenalan sama Arsen, pasti dia book boyfriend-able

    BalasHapus
    Balasan
    1. Novel lain terbitan Twigora ada kok yang tokohnya rocker juga, yang judulnya Strings Attached :)

      Hapus
  23. Kenapa blurb nya semenarik ituu 😭

    BalasHapus

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube