Minggu, 09 Desember 2018

Origamiara: Biarkan Origami Menuntun Isi Hati

Posted by Menukil Aksara | 12:57:00 PM Categories:
Judul buku      : Origamiara
Penulis            : Rezza Dwi
Editor             : Pradita Seti Rahayu
Penerbit          : PT Elex Media Komputindo
Tebal buku      : 308 hlm.
Tahun terbit    : 2016
ISBN              : 978-602-02-9466-7
Genre             : fiksi/romance

BLURB:
“Menata kertas tak seperti menata hati. Andai mengucap rasa itu semudah melipat kertas ini. Aku akan membentuk berjuta lipatan hanya untuk menyampaikan perasaan.”
---Ara—

Dalam tiap puisi yang ia tulis di origami, ada harapan. Aiara Nadya Noer berharap Fardio Tama tahu kalau di bumi ini ada ia dan perasaannya yang kian lama kian bertambah.

Dalam tiap origami yang Dio temukan di tasnya, ada kebingungan. Dio bukanlah orang yang pandai mengungkapkan perasaan.

Sampai titik mana Ara menyukai Dio diam-diam dan hanya menyampaikannya lewat origami?
Sampai kapan Dio bertahan bungkam seolah tak peduli?

Ada doa yang diucap penuh harap. Ada senyum bibir menepis getir.

Biarkan origami menuntun isi hati...

SINOPSIS:
Aiara Nadya Noer atau yang akrab disapa Ara suka sekali melipat kertas warna-warni alias origami dalam berbagai bentuk yang lucu. Setiap kali sedang fokus melipat, tak ada yang bisa mengganggunya. Origami membuatnya bahagia. Origami pulalah yang dijadikan sarana untuk menyampaikan perasaan hati pada Fardio Tama alias Dio, kakak tingkat kuliah sekaligus tetangganya. Dalam tiap origami yang diberikan diam-diam pada Dio, juga dituliskan puisi yang mengungkap isi hati Ara. Selain itu, Ara giat sekali mencari cara agar Dio menaruh perhatian padanya. Meskipun dari yang dia amati dan ketahui, Dio tidak menyukai tipe cewek sepertinya. Dio yang cerdas dan pendiam secara terang-terangan menunjukkan sikap risi setiap kali Ara di dekatnya. Tapi satu hal yang tidak Ara sadari, bahwa Dio yang memang tak pandai mengungkapkan perasaan kerap kali menunjukkan sikap yang berlawanan dengan maksud hatinya.

Di lain pihak, Fardian Tama alias Ian, adik Dio sekaligus teman seangkatan Ara berkarakter kebalikan dari kakaknya. Ian yang berteman baik dengan Ara lebih kekanak-kanakan, blakblakan, dan kadang cerewet ketika menunjukkan kepedulian. Ketika Ian menyadari perasaan Ara kepada kakaknya, ada rasa tak rela. Apa lagi, selama ini Ian dan Dio kerap berselisih paham karena meskipun berbeda karakter tapi selera keduanya nyaris selalu sama. Ian juga sering dibanding-bandingkan dengan Dio sekaligus merasa diperlakukan tidak adil. Tanpa Ian sadari, banyak hal yang tak dia ketahui atau pahami tentang Dio dan sikap orangtua mereka, yang bisa mengubah pandangannya.

Hingga suatu hari, sebuah fakta baru menyadarkan Ara, Dio, dan Ian. Mereka lantas harus berupaya menyelesaikan permasalahan sekaligus membuat pilihan terbaik yang jujur sesuai keinginan hati.

REVIEW:
“Hati berhak mendapatkan ketenangan, bukan hanya gusar menunggu dengan harapan. Akan ada saatnya kita menemukan atau ditemukan. Sebelum waktu itu tiba, kita bisa fokus pada tujuan, pada masa depan.” (hlm. 267)

Ide tentang origami dan puisi terbilang segar bagi saya, terutama dalam novel romansa Indonesia. Otomatis membuat saya sangat ingin tahu apakah si pengirim akan berhasil menyatakan perasaan secara terang-terangan kepada sang pujaan hati dan mendapatkan respon sesuai harapan. Tapi ternyata Rezza Dwi berhasil menciptakan kejutan demi kejutan dan berbagai elemen cerita yang membuat saya mulai berpikir, cerita ternyata tak sesederhana kelihatannya.

Dua tokoh utama pria yang ternyata bersaudara kandung, misalnya, tidak saya bayangkan sebelumnya. Apa lagi pada akhirnya adik-kakak ini saling tak rela Ara dimiliki salah satu dari mereka. Biasanya sih saya menghindari cerita romansa yang melibatkan persaingan cinta antarsaudara, tapi di luar dugaan kisah ini patut dikecualikan. Ada unsur-unsur keluarga yang kental, di luar persaingan cinta Dio dan Ian, yang bagi saya cukup vital memengaruhi konflik dan logis bisa saya terima. Tentang posisi anak sulung dan bungsu dan berbagai prasangka pilih kasih dan dibanding-bandingkan. Tentang kakak yang selalu harus mengalah dari adik dan diharuskan bersikap lebih dewasa. Juga tentang komunikasi yang baik dalam keluarga agar tidak timbul kesalahpahaman dan dipendam menjadi kebencian. Saya selalu respek jika penulis berhasil menyisipkan pesan semacam ini dalam cerita, genre apa pun itu. Dialog-dialog dalam Origamiara juga realistis, mengena, sekaligus mampu membangkitkan emosi. Saya merasa ‘terhubung’ dengan tokoh Dio dan bisa merasakan beban yang dipikulnya.

Tentang tokoh Ara, saya cukup syok dengan kegundahan hatinya di akhir kisah, meskipun pada akhirnya saya bisa memahami latar belakang sikapnya ini. Perkembangan karakter Ara pun cukup lambat, tapi saya suka akhir kisah yang disuguhkan terkait kebimbangan Ara atas pilihan studinya. Demikian juga dengan Ian yang meskipun terkesan menyenangkan, tapi ada sisi-sisi menyebalkan yang bikin saya kurang respek. Kisah ini juga mengangkat tema ‘friendzone’. Bahwa bukan hal baru jika dalam persahabatan cowok-cewek akan ada risiko perubahan perasaan dan status. Dan pilihan siap tidaknya perubahan ada pada tokoh tersebut.

Chemistry antartokoh cukup bagus, terutama kedekatan Ara dan Ian sebagai teman baik yang suka saling mengolok dan mengusili, atau antara Ara dengan  Alika sang sahabat karib yang saling mendukung, atau momen-momen ‘pedekate’ Ara ke Dio. Konyol dan mengharukan terasa silih berganti. Seting dan deskripsinya di kota Bandung, khususnya di sebuah kampus ternama, menyenangkan sekali bagi saya. Mengobati kerinduan akan aktivitas kampus dan kemahasiswaan, sekaligus menjadi semacam angin segar bagi saya yang tidak tinggal di Bandung. Terdapat banyak istilah terkait jurusan matematika yang diambil para tokoh, tapi telah disertai catatan kaki dan penjelasan lewat dialog antartokoh. Alur cerita yang dominan maju dan POV orang ketiga, mengasyikkan juga untuk diikuti.

Sebuah kisah romansa yang ringan, menghibur, tapi tetap berhasil mengaduk-aduk emosi saya. Terselip juga pesan kemandirian dan kegigihan meraih cita-cita selain cinta. Jika harus memilih, saya lebih suka Ara bersama Dio, karena karakter mereka saling melengkapi. Apakah Ara akan tetap memilih Dio atau berpaling kepada Ian? Kamu harus baca sendiri untuk tahu jawabannya. Awas baper, ya. Hehe. Novel yang recommended bagi para pencinta kisah romansa Indonesia, nih. Ditunggu karya-karya selanjutnya dari Rezza Dwi.


0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube