Selasa, 12 September 2017

[RESENSI] Attachments: Jatuh Cinta Sebelum Pandangan Pertama

Posted by Menukil Aksara | 5:26:00 AM Categories:

Judul              : Attachments
Penulis          : Rainbow Rowell
Penerjemah: Airien Kusumawardani
Penyunting  : Novianita
Penerbit       : Spring
Cetakan       : pertama, Desember 2015
Tebal            : 436 hlm; 20 cm


BLURB:

    Lincoln masih belum percaya bahwa pekerjaannya sekarang adalah membaca E-mail orang lain. Saat ia melamar pekerjaan sebagai petugas keamanan Internet, pemuda itu mengira ia akan membangun firewall dan melawan hacker, bukannya memberi peringatan pada karyawan yang mengirim E-mail berisi lelucon jorok seperti sekarang.

    Beth dan Jennifer tahu bahwa ada seseorang di kantor yang memonitor E-mail mereka. Hal itu adalah kebijakan kantor. Namun, mereka tidak menganggapnya serius. Mereka bertukar E-mail tentang hal-hal paling pribadi.

    Saat Lincoln menemukan E-mail Beth dan Jennifer, pemuda itu tahu ia harus melaporkan mereka berdua. Namun ia tidak bisa. E-mail mereka terlalu menarik untuk dilewatkan.

    Hanya saja, saat Lincoln sadar ia mulai jatuh hati pada salah satunya, sudah terlalu terlambat untuk memulai perkenalan.

    Lagi pula, apa yang bisa ia katakan...?

SINOPSIS:

    “Sebagai catatan—catatan pribadi—Lincoln tidak akan pernah melamar untuk pekerjaan ini kalau iklan lowongannya berbunyi,”Dicari seseorang untuk membaca E-mail orang lain. Sif malam.”
    “Pada iklan The Courier tertera: “Kesempatan bekerja penuh waktu sebagai petugas keamanan Internet. $40K + Tunjangan kesehatan dan gigi.”
(hal. 16)

    “Hal paling buruk tentang akses Internet, sejauh yang dipedulikan atasan Greg, adalah bahwa saat ini mustahil untuk membedakan satu ruangan berisi orang-orang yang benar-benar tekun bekerja, dengan ruangan berisi orang-orang yang hanya sibuk mengisi kuis kepribadian online ‘Anjing-Jenis-Apakah-Aku?’” (hal. 17)

    “Ia tidak akan pernah mengirimkan peringatan kepada mereka. Karena dia menyukai mereka. Karena menurutnya mereka baik dan pintar dan lucu. Benar-benar lucu—kadang mereka membuatnya tertawa terbahak-bahak di meja kerjanya. Ia menyukai saat mereka saling menggoda dan saling peduli terhadap satu sama lain. Ia berharap bisa memiliki teman di tempat kerja yang bisa diajak mengobrol seperti itu.” (hal. 86)

    Lincoln, seorang lelaki muda 28 tahun, bekerja sebagai petugas keamanan Internet di surat kabar The Courier. Dia menghabiskan sebagian besar waktu kerjanya di ruangan kantor Teknologi Informasi di lantai bawah. Nyaris tak seorang pun reporter, copy editor, atau karyawan lain yang mengenalnya, karena ruang kantornya yang terpisah itu dan sif malamnya selama bekerja. Di malam kerja pertamanya, Lincoln membantu Greg, atasannya, memasang program baru bernama WebShark ke jaringan komputer. WebShark akan mengawasi yang dilakukan semua karyawan di Internet dan jaringan Intranet. Setiap E-mail. Setiap website. Setiap kata. Lalu Lincoln yang mengawasi Webshark dan setiap E-mail yang diberi bendera merah oleh WebShark seharusnya dikirimi peringatan, bahkan Lincoln diperbolehkan mengecek isinya. Program komputer ini dilatarbelakangi kegelisahan para petinggi surat kabar akan penyalahgunaan fasilitas Internet oleh karyawan. Tahun 1999 akhir memang menandai akan datangnya era milenium di mana kehadiran Internet bagaikan pisau bermata dua, tak terelakkan namun bisa berdampak negatif. Tugas yang tampak remeh dan tak sesuai dengan bayangan Lincoln ini sempat membuatnya merasa jenuh, seakan makan gaji buta, bahkan pola hidupnya terganggu. Lincoln yang masih tinggal serumah dengan ibunya kerap mendapat teguran gara-gara penampilannya yang berantakan dan seolah tak punya waktu bersosialisasi layaknya orang normal.

    Lincoln lantas memutuskan menemui kembali Justin, kenalan lamanya semasa kuliah, agar bisa menghabiskan malam, bersenang-senang di bar mana pun. Sayangnya, rencana itu berantakan. Kemampuan bersosialisasi Lincoln yang memang payah, plus karakternya yang canggung dan pemalu membuatnya kehilangan kesempatan berkenalan dengan seorang gadis. Sebenarnya Lincoln bukannya tak memiliki teman. Dia biasa menghabiskan Sabtu malam bermain Dungeons & Dragons bersama Dave, Christine, Larry, Rick, Troy, dan Teddy, yang merupakan kawan-kawan karibnya.

    Hingga E-mail rutin berisi percakapan-percakapan bersifat pribadi antara Beth dan Jennifer terjaring bendera merah WebShark. Anehnya, Lincoln yang sempat membaca isinya justru enggan mengirimi mereka peringatan. Sebaliknya, dia ketagihan membaca setiap E-mail yang saling mereka kirimkan. Beth bekerja di bagian resensi film dan menulis artikel atau isu-isu terkait perfilman, sedangkan Jennifer adalah seorang copy editor. Dari percakapan-percakapan keduanya, Lincoln perlahan mengetahui banyak hal pribadi tentang kedua wanita itu. Beth memiliki kekasih seorang gitaris band Sacajawea dan mereka telah menjalin hubungan selama bertahun-tahun semenjak kuliah, juga naik-turun hubungan Beth dan kekasihnya. Jennifer telah menikah dan kerap mengungkapkan ketakutannya tentang hamil dan memiliki anak akibat latar belakang perceraian orangtuanya yang diwarnai perselingkuhan. Entah mengapa, Lincoln menganggap Beth dan Jennifer lucu dan baik, terutama Beth yang menarik perhatiannya. Bahkan Lincoln suatu hari memuaskan keingintahuannya tentang Chris kekasih Beth, menyempatkan diri menonton pertunjukan band Chris bersama Justin. Ketertarikan Lincoln terhadap Beth ini semakin kuat hingga dia mulai mencuri lihat meja kerja Beth, bertanya-tanya seperti apakah wajah Beth. Sayangnya, Lincoln tak kunjung menemukan momen yang mempertemukannya dengan Beth.

    Tanpa disangka, suatu hari Lincoln menemukan fakta bahwa Beth telah melihatnya dan bahkan terang-terangan menunjukkan rasa suka. Beth menjuluki Lincoln ‘cowok manis’, memuji fisiknya yang tinggi, dan wajahnya yang dianggap mirip beberapa aktor Hollywood.. Tentu saja hal ini membuat Lincoln melambung, walaupun di lain sisi dia menyadari status Beth yang telah memiliki kekasih. Di hari-hari lain, dalam E-mail percakapannya dengan Jennifer, Beth bahkan sempat melihat lagi Lincoln, berusaha membuntutinya, dan juga pernah tanpa sengaja melihat Lincoln di luar kantor. Lincoln yang makin penasaran bertanya-tanya seperti apa paras Beth dan selalu berdebar menantikan pertemuan tak sengaja dengan Beth di kantor. Perkenalan dan pertemanannya dengan Doris, wanita tua petugas mesin makanan lah yang ternyata membuat Lincoln berkesempatan menatap wajah Beth sekilas, tanpa disadari. Disusul perjumpaan tak disengaja Lincoln dengan Jennifer yang langsung menjadi topik percakapan Jennifer dan Beth di E-mail.

    Puncaknya, Beth putus hubungan dengan Chris. Sayangnya, Lincoln tak kunjung menemukan keberanian untuk menyapa Beth, hingga Beth justru berkencan dengan pria lain. Lincoln yang pada akhirnya merasa muak dengan apa yang dikerjakannya memutuskan mengundurkan diri secara mendadak dan meninggalkan sepucuk surat permintaan maaf tanpa nama di meja kerja Beth.

    Di antara momen-momen manis Lincoln dan Beth, dikisahkan secara kilas balik juga tentang cinta pertama Lincoln: Sam. Lincoln dan Sam saling jatuh cinta semasa SMA. Awalnya Lincoln mengira hubungan mereka akan langgeng hingga kuliah bahkan lulus. Sayangnya, suatu hari di masa kuliah, Sam mencampakkan Lincoln. Semenjak itulah, Lincoln yang patah hati, tak pandai bergaul, lebih memilih terobsesi dengan pendidikan. Dia dikenal gemar sekali belajar formal dan cerdas. Lincoln memiliki seorang kakak perempuan bernama Eve yang telah menikah dan dibesarkan ibu mereka seorang diri. Eve sangat bersemangat mendorong Lincoln pindah dan tinggal sendiri di apartemen. Eve menganggap Lincoln kehilangan kesempatan memiliki kehidupan pribadi dan menjalin hubungan dengan seorang wanita jika tetap bertahan di rumah ibu mereka.


REVIEW:

    “Selama Lincoln bekerja di The Courier, membaca E-mail Beth, memikirkan gadis itu, ia tidak pernah benar-benar percaya bahwa ada alur peristiwa, jalur yang membentang di hadapannya, atau rute menembus ruang dan waktu yang akan membawanya pada hari ini.” (hal. 417)

    “Aku terus memikirkan bagaimana kelanjutan semua ini di dalam cerita sebuah buku atau film. Kalau ini adalah kisah dalam novel Jane Austen, keadaannya tidak akan terlalu buruk. Kalau kau membaca surat-suratku, dan aku mengintip melalui pagar tanaman rumahmu... Komputer membuat segalanya jadi lebih buruk.” (hal. 422)

    “Kupikir cinta itu lebih sering tidur.” “Atau berkedip. Aku tidak tahu cinta bisa terus-menerus berjalan seperti ini tanpa terjatuh di jurang. Seperti pi.” (hal. 431)
   
Membaca blurb novel ini memang menggelitik rasa ingin tahu. Saya sempat membayangkan, pekerjaan macam apa yang membolehkan seseorang membaca E-mail pribadi orang lain di kantor. Juga bagaimana dinamika kisah cinta dua tokohnya secara ini jelas adalah sebuah novel roman dewasa. Ini merupakan pengalaman kedua saya membaca karya Rainbow Rowell. Dan seakan mengingatkan saya pada tokoh Park dalam “Eleanor & Park”, sosok Lincoln di sini juga tipikal lelaki manis berhati baik. Kedekatan Lincoln dengan ibunya juga sedikit mirip dengan Park, walaupun Lincoln tidak mengenal ayahnya karena perpisahan, sedangkan orangtua Park pasangan yang harmonis. Bagaimana Lincoln jatuh cinta pada Beth, hanya lewat 'mencuri' baca percakapan-percakapan E-mail, juga menarik dan menyenangkan. Sosok tokoh pria yang menurut saya akan mudah disukai pembaca wanita. Bahkan karakter pemalu Lincoln membuat saya gemas dan tertawa. Sosok Beth sendiri memiliki karakter kuat. Cantik, pintar, lucu, baik, dengan keluarga besar yang hangat, dan seorang teman baik sekaligus rekan kerja yang perhatian. Karakter-karakter pendukung dalam novel ini juga tak kalah menarik dan menghibur. Rainbow Rowell cukup berhasil membuat saya menyukai mereka, bahkan tokoh yang paling aneh atau menjengkelkan sekalipun. Tokoh-tokoh ini mewakili karakter-karakter yang cukup familiar, tipikal orang-orang yang bisa kita jumpai di sekitar. Sudut pandang orang ketiga yang digunakan juga pas dan menjangkau lebih luas. Percakapan-percakapan via E-mail antara Beth dan Jennifer yang mendominasi, membuat gaya penulisan novel ini juga cukup unik dan menjadi bagian yang saya nanti-nantikan. Membuat saya membayangkan asyiknya menggosipkan cowok manis yang kita taksir atau mencurahkan keluh-kesah dengan sahabat perempuan sekantor, hehe...

Setting akhir tahun 1999 dengan fenomena kehebohan Y2K (Year 2000 Problem) pun sangat tepat diambil. Perpindahan tahun yang dikhawatirkan dapat menimbulkan masalah karena penggunaan singkatan dua digit untuk tahun dalam dokumentasi baik digital maupun non-digital, yang menimbulkan kekacauan sistem. Rowell cukup memberikan ruang pemaparan dan keterkaitan hal ini dengan beberapa adegan dan alur cerita. Juga isu perobohan gedung-gedung bioskop tua, judul-judul film yang sedang hits, mendukung latar belakang profesi Beth. Suasana kerja di surat kabar pun tergambarkan dengan cukup baik. Secara keseluruhan, saya suka bagaimana Rowell membangun chemistry antara Lincoln dan Beth dan menuliskan kisah cinta mereka secara mengalir, tak disesaki kebetulan-kebetulan fiksi yang klise.
   






0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube