Minggu, 10 September 2017

[RESENSI] Listen To My Heartbeat: Remaja, Cinta, dan Cita-Cita

Posted by Menukil Aksara | 7:53:00 AM Categories:


Judul            : Listen To My Heartbeat
Penulis        : Arumi E.
Editor          : Essa Putra & Dila Maretihaqsari
Cetakan       : pertama, Juli 2017
Tebal           : viii + 416 hlm; 20,8 cm
Penerbit       : Bentang Belia

BLURB:

 Gara-gara sebuah kecurangan yang dilakukannya saat ujian praktik Olahraga, Trinity jadi dekat dengan dua cowok populer di sekolah. Mimpi apa Trinity mendapatkan perlakuan yang tidak biasa dari Neo dan Zaki?
    Neo Andromeda dikenal Trin sebagai saingannya karena selalu menduduki peringkat pertama di sekolah. Apesnya, Neo sepertinya tahu kecurangan yang dilakukan cewek itu. Meski dijuluki ice prince, nyatanya Neo sering kali menghangatkan hati Trin.
    Zaki River adalah kebalikan Neo, suka bicara ceplas-ceplos, kadang juga menjengkelkan. Meski dikenal sebagai bad boy, di mata Trin, Zaki punya sisi menyenangkan yang mungkin tak semua orang tahu.
    Pelan tapi pasti, dua cowok unik itu mencuri perhatian Trin. Jika disuruh memilih, rasanya Trin ingin kabur saja, karena sepertinya ia menginginkan keduanya.

SINOPSIS:

 “Pak Sam menawarkan ujian ulang, dengan syarat mereka harus mengakui kesalahan di depan kelas, di hadapan teman-teman. Untuk menjadi pelajaran bagi siswa lain supaya jangan pernah ada lagi yang mencoba berniat curang.” (hal. 27)

    “Gue pengin berubah, nggak bolos dan berantem lagi. Tapi, gue nggak bisa ngubah reputasi gue yang udah telanjur jelek.”
    “Yang penting, orang-orang terdekat lo tahu gimana lo yang sebenarnya.”
(hal. 163)

    “Sebenarnya aku nggak pernah memikirkan itu. Maksudku, aku nggak pernah berambisi menjadi murid teladan. Aku hanya belajar sebaik-baiknya, mengerjakan tugas sebagus mungkin. Predikat itu bukan hal yang penting.” (hal. 169)

I know what you did. Demikian isi secarik kertas yang diterima Trin, entah dari siapa, usai pelajaran Olahraga. Trin pun spontan teringat kecurangan yang dilakukannya selama ujian lari berlangsung. Trin yang terbawa emosi, sempat salah tuduh, bahkan melabrak Neo, sang juara kelas sekaligus murid teladan sekolah dan menuduhnya sok sempurna. Namun, belakangan ia baru tahu bahwa Nina-lah yang mengiriminya surat kaleng, bahkan mengancam akan melaporkan kecuali Trin bersedia memenuhi syarat-syarat yang dia ajukan. Trin tak sudi diperas, dan lebih memilih mengakui kesalahannya pada Pak Sam guru Olahraga. Sebenarnya Trin siswi yang jujur dan berprestasi, namun karena dia memiliki kekurangan fisik—yang dirahasiakan dari semua orang—nilai Olahraganya terancam jelek bahkan merah. Sebab itulah Trin sempat tergoda ketika Zaki yang hari itu membolos muncul membawa mobil dan mengajak teman-teman akrabnya menumpang hingga jarak tempuh lari terpotong banyak. Usai pengakuan di depan kelas, semua teman sekelas termasuk teman sebangkunya, Reyana, berubah mencemooh dan membenci Trin. Sedangkan Trin, Zaki dan teman-teman gank-nya harus melakukan ujian lari ulang dan membersihkan halaman sekolah setiap hari.

Di balik insiden memalukan itu, tak disangka, Trin justru mendapatkan perhatian dari Neo, rival sekaligus cowok yang dikaguminya. Neo yang terkenal pendiam, menjaga jarak dengan teman-teman sehingga dijuluki ice prince mendadak berbaik hati menawari Trin mendaftar di eskul Karate di mana Neo bergabung sejak lama dengan dalih untuk melatih fisik Trin. Tak hanya itu, Neo bahkan mengawasi selama ujian lari ulang dan menyodorkan sebotol minuman pada Trin. Lain halnya dengan Zaki, yang saat ujian ulang sengaja memperlambat lari dan selalu menemani Trin yang tertinggal di belakang. Dari sinilah kedekatan Trinity, Neo, dan Zaki bermula yang kemudian menumbuhkan pula benih-benih cinta.

Ketika Trin mulai akrab dengan Neo, seorang gadis cantik blasteran Spanyol-Indonesia sekaligus siswi baru di kelas mereka muncul. Gadis bernama Estela itu bahkan tak sungkan memperlihatkan kedekatan dengan Neo, dan diminta guru untuk duduk sebangku dengan Zaki. Lantas muncul pula rumor bahwa Neo dan Estela adalah sepasang kekasih bahkan dijodohkan kedua orangtua dan Estela tinggal serumah dengan Neo. Neo yang menyadari perubahan sikap Trin, berusaha meluruskan dan meyakinkan Trin bahwa tidak ada apa-apa antara dia dengan Estela. Sesungguhnya, Estela adalah anak tiri ayahnya yang kini sebatang kara selepas meninggalnya ayah tiri dan ibu kandungnya dalam sebuah kecelakaan. Ayah Neo yang memang telah berpisah dengan ibu Neo sempat menikahi seorang janda berkebangsaan Spanyol dan tinggal di Spanyol cukup lama. Trin tentu saja kaget mengetahui fakta tersebut, apa lagi Neo memang tertutup dan tak pernah menceritakan kondisi keluarganya pada teman-teman. Trin pun suatu hari bersedia berbagi rahasia kekurangan fisiknya pada Neo, ketika terjadi ‘kecelakaan’ kecil selama latihan karate. Yang tak diduga Neo adalah Estela yang ternyata tak keberatan dijodohkan dan memang menyukai Neo.

Zaki, yang bermula dari terkesan dengan sikap Trin, juga mulai melakukan pendekatan. Mulai dari acara kerja kelompok, hingga momen-momen kecil makan siang bersama di kantin. Zaki juga telah bertekad berubah, tak lagi cuek dengan urusan sekolah, selain untuk membuat Trin terkesan juga demi membuat bangga mamanya, yang sempat sakit namun tak mendapatkan kepedulian dari suaminya. Trin yang sempat mengunjungi rumah Zaki bersama Bobby dan Nina terkesan dengan sikap penyayang Zaki pada dua adik perempuannya yang masih kecil. Dari sinilah Trin mulai mengubah pandangan terhadap Zaki yang selama ini dikenal sebagai bad boy.

Tak hanya disibukkan dengan kisah cinta, Trin, Neo, dan Zaki yang telah memasuki tahun terakhir sekolah juga bersaing meraih prestasi akademik terbaik, apa lagi menjelang kelulusan dan pendaftaran ke universitas. Trin yang aktif di eskul Mading juga mendapat amanah menjadi penanggung jawab Buku Tahunan Siswa di mana profil siswa berprestasi dan semua siswa senior dicantumkan. Momen-momen manis kembali tercipta, lewat kesempatan wawancara Trin dengan Neo sebagai murid teladan dan dengan Zaki selaku Kapten Tim Futsal. Neo dan Zaki pun terang-terangan bersaing secara sportif untuk mendapatkan hati Trin. Hingga suatu hari, Zaki menyatakan langsung pada Trin akan perasaan sukanya. Trin yang menyukai Zaki dan Neo, bingung dan tak bisa memilih. Dia memberi harapan tapi juga tak memberi kepastian pada Zaki. Di lain pihak, Neo seolah mengulur-ulur waktu untuk menyatakan langsung perasaannya. Diawali dengan ajakan menonton pertunjukan biolanya bersama beberapa pemain musik lain, Neo mulai memberikan sinyal. Zaki yang tak sengaja mengetahui hal ini, sempat kecewa dan mendiamkan Trin, meskipun tak bertahan lama. Puncaknya, di acara malam perpisahan murid senior, Neo khusus memainkan lagu untuk Trin dan terang-terangan mempersembahkannya di hadapan semua hadirin. Trin terkejut, senang, sekaligus malu. Neo juga menyatakan perasaannya di luar panggung dan sekali lagi memberi kejutan manis untuk Trin. Sayangnya, di hari lain selepas malam itu, Neo memberi kabar tak menyenangkan terkait pilihannya melanjutkan pendidikan ke tempat yang jauh. Di sinilah Trin akhirnya harus menjatuhkan pilihan, di antara dua lelaki yang menanti jawaban. Siapa pun yang akan dipilih, apakah Zaki yang bersedia selalu ada di sampingnya atau Neo yang akan berjauhan untuk sementara tapi tetap mengharapkannya, Trin harus mengakhiri dilema hati mereka.

REVIEW:

 “Kamu pernah dengar nasihat, kalau kamu mencintai dua orang di waktu bersamaan, pilihlah yang kedua. Karena kalau sungguh-sungguh mencintai yang pertama, kamu nggak akan tertarik dengan yang kedua.” (hal. 361)

    “Terkadang cinta pertamamu belum tentu menjadi jodohmu. Dia hanya menjadi kenangan indah yang terukir abadi di hati.” (hal. 384)

    Novel remaja ini merupakan salah satu judul—dari sebelas judul—seri Belia Writing Marathon yang merupakan rangkaian program dari Bentang Belia. Awalnya, kisah cinta segitiga remaja Trin, Neo, Zaki ditulis secara berkala di Wattpad dan berhasil mendapatkan kurang lebih 4,5 juta perhatian dari pembaca Wattpad. Untuk ukuran novel remaja, jumlah halamannya tergolong tebal. Hal ini akhirnya memberikan banyak ruang bagi penulis untuk mengembangkan alur, plot, dan karakter tokoh. Setelah saya membaca keseluruhan cerita, memang jelas terlihat hal tersebut.

    Bisa dibilang, ketiga tokoh utama cerita berhasil ditonjolkan dengan perkembangan karakter yang cukup signifikan dan bertahap. Terutama saya melihat adalah perkembangan karakter Neo dan Zaki. Neo yang penyendiri, tak lepas dari latar belakang keluarga di mana dia hidup bersama ibunya yang merupakan orangtua tunggal sekaligus tulang punggung keluarga. Kesibukan luar biasa ibunya selain membuat Neo kesepian, di sisi baiknya menjadikannya anak mandiri. Di sinilah karakter positif Neo tampak. Dia tidak melampiaskan kurangnya kasih sayang ortu ini lewat hal-hal negatif. Justru waktunya dipergunakan untuk belajar dan belajar, selain aktif di eskul Karate dan mengasah kemampuan bermain biola. Neo yang kidal juga diceritakan sempat kecewa dengan sikap orang-orang sekitarnya yang meremehkan dan menganggap aneh kondisi fisik bawaannya itu. Namun, seiring bergulirnya cerita, Neo perlahan lebih terbuka, peduli dengan orang-orang terdekat seperti Trin dan Estela, dan merasakan cinta pertama. Zaki di lain pihak, yang awalnya dilabeli sebagai anak badung, pernah berkasus dengan perkelahian, tidak segan membolos, dan cuek dengan prestasi akademik, pelan tapi pasti berubah ke arah yang lebih baik. Kedekatannya dengan Trin pun memberikan efek positif. Saya peribadi sangat suka dengan sifat easy going, ceplas-ceplos, over pede, namun penyayang dan setia kawan dari Zaki. Menurut saya, kehadiran Zaki memberikan nuansa ceria sekaligus menjadi pelengkap bagi Neo. Logis jika kemudian dilema tercipta dalam kisah cinta segitiga ini. Pembaca pun saya yakin merasa terlibat secara emosional, entah mendukung Neo atau Zaki. Satu hal positif lain dalam novel ini menurut saya dari segi penciptaan karakter adalah ketiadaan imej bad boy yang diiringi adegan kekerasan atau kenakalan ala remaja yang biasa saya jumpai dalam novel remaja lain, bahkan yang bernuansa religi sekalipun.

    Kisah tak melulu berfokus pada kisah cinta pertama ketiga tokohnya. Penulis juga menyoroti kepedulian remaja pada sekitar—lewat adegan kunjungan Neo dan kawan-kawan ke rumah sakit, masalah keluarga, kasih sayang antara anak-orangtua, ajakan untuk berlaku hormat pada yang lebih tua, persahabatan, dan tentu saja tentang meraih prestasi dan cita-cita setinggi mungkin. Saya suka bagian akhir di mana Neo bersikap dewasa atas pilihan pendidikannya, juga Zaki dan Trin yang mampu menetapkan pilihan untuk pendidikan dan masa depan mereka, menyadari masa depan mereka masih terbentang luas.

    Saya rasa novel ini terbilang berani tampil beda. Tak menonjolkan konflik cinta dramatis ala cinta segitiga umumnya, juga tidak mengumbar tipikal drama keluarga broken home dengan anak-anak nakal yang mudah dijumpai di novel lain. Salut dengan keberanian penulis dan saya mengapresiasi nilai-nilai positif yang hendak ditularkan lewat kisah ini. Ini wajib dibaca oleh para pembaca belia Indonesia.
 
 "Nggak boleh, ya, suka sama kamu dan dia?"


0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube