Kamis, 30 November 2017

Rainbow After The Rain: Romansa Islami Diselimuti Isu Terorisme

Posted by Menukil Aksara | 1:45:00 PM Categories:
Judul buku                : Rainbow After The Rain: Love In Moscow
Penulis                      : Angelique Puspadewi
Penerbit                    : Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit               : 2017, cetakan pertama
Tebal buku                : 216 hlm.

BLURB:
    Arabel adalah keluarga korban terorisme yang mendendam. Suatu hari, gadis yang berprofesi sebagai penulis ini ditantang editornya menulis kisah bertema terorisme.

    Semua berawal dari kedatangan sepupu Arabel, Reno dan sarah, untuk bulan madu di Rusia. Reno membawa sahabatnya, Dimitri, yang perlahan tapi pasti membuat Arabel sadar bahwa teror adalah sifat manusia yang tidak terkait agama mana pun.

    Seiring waktu, Arabel jatuh cinta pada Dimitri. Pria itu dan riset penulisan menjadi alasannya datang ke Bali. Padahal sejak kejadian Paddy’s, Arabel bersumpah tidak akan menginjakkan kaki ke Pulau Dewata. Di tempat itu pula semua kesakitan kembali datang. Dimitri membongkar rahasia besar yang menjungkir-balikkan dunia Arabel.

    Akankah Arabel menerima Dimitri dan masa lalunya seperti pelangi yang datang setelah hujan?

SINOPSIS:
    “Benar bahwa masa lalu menentukan perilaku masa depan, tetapi salah jika untuk membawa keburukan masa depan. Sebagai manusia yang diberi kecerdasan emosional, harus dapat menerima masa lalu dan berdamai dengannya.” (hal. 29)

    “Mengabulkan doa bagi siapa yang sungguh-sungguh meminta adalah janji Allah yang tertera dalam Kitab Suci. Tetapi adalah hak Allah kapan waktu doa itu dikabulkan.” (hal. 40)

    “Jangan samakan semua perilaku manusia hanya karena mereka dalam komunitas yang sama. Di dunia ini, tidak ada yang seratus persen baik begitupun sebaliknya.” (hal. 113)

    Adegan diawali dengan setting Denpasar di tahun 2002, kala tragedi bom Bali terjadi. Arabel dan keluarga, beserta tante dan sepupunya yang sedang berlibur mendadak diliputi kecemasan dan kekalutan yang luar biasa. Papa Arabel, Alberto, berada di Paddy’s Pub, Legian ketika bom meledak. Jasad Alberto tak ditemukan dan keluarga lantas memilih merelakan, menganggap Alberto telah tiada dalam tragedi tersebut. Kecuali Arabel, sang putri sulung sekaligus putri kesayangan Alberto, yang memilih menyimpan dendam pada para pelaku bom, termasuk malu mengakui diri sebagai muslim yang notabene memiliki keyakinan yang sama dengan para teroris.

    Kisah kemudian bergulir ke tahun 2015, di Moskow, Rusia. Reno sepupu Arabel yang baru menikah dengan istrinya, Sarah, datang berkunjung sekaligus hendak berbulan madu di Rusia. Sarah adalah perempuan muda berjilbab yang hangat. Reno juga mengajak serta seorang sahabat. Pria berdarah melayu yang memiliki nama khas Rusia, Dimitri. Pria muda tampan ini langsung menyedot perhatian Arabel. Arabel kemudian menyadari fakta bahwa Dimitri seorang yang religius, bahkan menolak bersentuhan tangan dengan nonmahram, sesuatu yang membuat Arabel risi dan enggan. Arabel sendiri selama ini bahkan berniat berpindah keyakinan dengan mencari pria calon pendamping nonmuslim. Sayangnya, sang mama terang-terangan menentang dan selalu menemukan alasan untuk membatalkan keinginan Arabel. Bahkan mamanya memilih menetap di Moskow—alih-alih menemani si bungsu Adriana di Paris—salah satu alasannya demi menjaga Arabel. Tak henti sang mama mendoakan agar Arabel mendapat hidayah. Bahwa kebencian Arabel pada agamanya tak berdasar, apa lagi jika itu disebabkan oleh tragedi bom di masa lalu.

    Interaksi dengan Reno, Sarah, dan Dimitri selama beberapa waktu, meskipun cukup singkat, ternyata mampu membuka sedikit hati Arabel atas kebenaran. Arabel juga mulai tergerak kembali dengan aktivitas ibadah ataupun mempelajari kembali Islam. Hingga suatu hari, Arabel yang seorang penulis diminta Misja sang editor untuk menulis kisah terbaru yang mengangkat topik terorisme. Misja yang mengetahui kisah Arabel menganggap Arabel yang paling pantas menulis topik ini ketimbang penulis lain yang dikenalnya. Walaupun sempat menolak dan pesimis atas kemampuannya menulis topik yang traumatis itu, akhirnya Arabel menerima tantangan Misja. Tak lama setelah Reno, Sarah, dan Dimitri kembali ke Indonesia, Arabel dan mamanya menyusul terbang ke Jakarta demi riset menulis buku sekaligus mengunjungi Tante Sisi, mama dari Reno.

    Rupanya takdir membuat Arabel lantas menginjakkan kaki juga di Bali. Melawan traumanya, Arabel diajak oleh Dimitri menelusuri kembali jejak tragedi beserta monumen peringatannya. Tak dinyana, di Bali pula Dimitri yang semenjak Arabel tiba di Jakarta telah mengungkap sisi lain kehidupan yang cukup mengejutkan, kembali membongkar rahasia besar hidupnya. Kali ini, Arabel yang mulai merasakan cinta pada Dimitri sangat syok dan merasa dunianya dijungkirbalikkan. Dia harus memilih antara berdamai dengan takdir ataukah kembali mendendam.
REVIEW:
    “Setiap takdir Allah baik.” (hal. 127)

“Dad kerap menenangkan dengan mengatakan bahwa pelangi pasti muncul asal sabar menunggu. Atau, jikapun tidak, bukan salah pelangi, melainkan pandangan kita yang gagal mencari.” (hal. 128)

    “Kesabaran adalah kunci dari setiap penyelesaian masalah. Seseorang yang penuh emosi sulit menemukan jalan.” (hal. 129)

    Buku ini merupakan salah satu judul dari seri novel romance “Around The World With Love” terbaru dari Gramedia Pustaka Utama. Sebagai novel bergenre romance, saya sama sekali tidak menyangka topik terorisme dan agama yang bisa dibilang sensitif diangkat dalam kisah ini. Ini juga jadi kali pertama bagi saya membaca karya Mbak Angelique Puspadewi. Menurut saya, dia cukup berhasil menggali sisi kemanusiaan dan religi dalam kisah ini, selain unsur romansa yang tetap sangat terasa. Mengambil alur maju (kecuali di bagian prolog), kisah perdamaian dengan takdir milik Arabel ini tergolong cepat dengan menggunakan POV orang ketiga yang rapi.

    Setting Rusia dan Indonesia yang dipilih pun disajikan dengan apik dan berkesesuaian dengan topik dan logika cerita. Saya sangat menyukai eksplorasi wisata Rusia, terutama Moskow dan Saint Petersburg yang cukup banyak mendapat porsi. Apa lagi, ada nuansa religi selama Ramadan di sana, juga fenomena White Night di Sungai Neva. Saya pun bertambah kagum dengan para muslim minoritas yang pada faktanya memang berhasil beradaptasi di sana hingga masa sekarang. Salah satu pesan kebaikan dan wawasan yang menjadi poin plus dari novel ini. Interaksi dan dialog-dialog tukar pikiran yang bernas dan menyentuh yang ditampilkan antartokoh pun sangat menarik.

    Mengenai penokohan, sosok Arabel yang blasteran Italia-Indonesia tak hanya cantik dan pintar, tetapi juga memiliki sisi rapuh yang manusiawi. Saya sempat dibuat teramat jengkel dan gemas dengan sikap emosional dan mudah berburuk sangka dari Arabel. Tapi gara-gara Arabel juga saya merasa tertohok dan pasti ada pembaca yang menangis. Ini bisa dibilang bukti bahwa Mbak Angelique sukses mengaduk-aduk emosi pembaca. Sedangkan tokoh pria, Dimitri Aldebaran, digambarkan nyaris sempurna. Tampan, mapan, religius, dan bertanggung jawab, tapi tetap menyimpan sisi manusiawi yang bisa saja khilaf. Pembawaan Dimitri yang jauh lebih kalem dan dewasa ketimbang Arabel menurut saya jadi paduan yang klop sehingga chemistry antara mereka berdua terasa. Tokoh-tokoh lain menurut saya tak kalah penting dalam jalinan cerita. Seperti Reno, Sarah, Mom alias Mama Arabel, Adriana, Misja, dan Tante Sisi. Masing-masing berhasil menciptakan plot yang mengasyikkan untuk diikuti. Ada dua tokoh yang membuat saya cukup penasaran, sayangnya hanya ditampilkan sekilas, yaitu Ergata dan Rando. Well, saya rasa dua tokoh ini bolehlah dibuatkan kisah sendiri, hehe...

    Secara keseluruhan, novel ini sangat layak dibaca dan dikoleksi oleh para pencinta genre romance, terutama yang mengidamkan romansa dengan ide yang nggak biasa dan tokoh pria yang ‘husband material’. Saya yakin pembaca wanita akan dibuat baper dengan kisah Arabel dan Dimitri. Banyak pesan moral dan kutipan-kutipan bagus juga di dalamnya. Obviously recommended.

0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube