Jumat, 06 April 2018

Judul buku                 : Lunar Eclipse
Penulis                       : Nindya Chitra
Penyunting                 : Dion Rahman
Penerbit                    : PT Elex Media Komputindo
Tahun terbit               : 2018
Tebal buku                : 404 hlm.

BLURB:
    Serena Aldyathena tak pernah menyangka mimpi buruk yang kerap hadir dalam tidurnya merupakan pertanda terbukanya gerbang kegelapan. Sebuah kecelakaan menghentikan mimpi-mimpinya, lantas menukarnya dengan kemampuan berinteraksi dengan mereka yang berdiri di ambang hidup dan mati.

    Kenzie Reynand Praditama menyandang gelar indigo di belakang predikat most wanted di SMA Prisma Jaya. Dia memanfaatkan kemampuan tak wajarnya untuk mendapat perhatian semua orang dan menjaili hantu-hantu penghuni sekolah.

    Sebuah tragedi melibatkan Serena dan Ken dalam pencarian kebenaran atas kematian sesosok hantu misterius. Satu per satu tabir tersingkap. Pencarian mereka bermuara pada satu titik di mana jawaban atas mimpi buruk yang pernah menghantui Serena menunjukkan bahwa mimpi tersebut bukan bunga tidur belaka. Dia memperkenalkan diri sebagai sesuatu yang lebih pekat dari kegelapan, lebih mengerikan dari kematian, dan lebih menyeramkan dari hantu mana pun tapi tak dapat disingkirkan tanpa meninggalkan bekas. Sebab, manusia dan emosinya bisa menjadi kombinasi paling merusak yang pernah ada.

SINOPSIS:
    “Betapa menyebalkan ketika kita tahu harus melakukan sesuatu tapi tak tahu jalan mana yang harus diambil.” (hlm. 305)

    Serena Aldyathena terbangun dari koma pascainsiden kecelakaan dalam sebuah ekspedisi bersama sahabatnya, Tesa. Tesa sendiri tak selamat. Semenjak itu, Serena memiliki kemampuan berinteraksi dengan makhluk-makhluk tak kasatmata, tapi dia merahasiakan mengenai kemampuannya ini. Setelah kematian ibunya, Tesa memilih bersekolah di Bandung dengan beasiswa yang diperolehnya. Di kota kembang ini Serena tinggal bersama om dan tantenya. SMA Prisma Jaya, sekolah barunya, merupakan salah satu sekolah swasta favorit dengan bangunan yang besar dan kuno. Berkat kemampuannya, Serena berteman dengan makhluk-makhluk penghuni sekolah. Dia juga bersahabat baik dengan Aldebaran Karendra atau yang biasa dia sapa Karen. Sebagai ketua OSIS, Karen dikenal cerdas dan berprestasi, meskipun bukan sosok ambisius. Di lain pihak, ada Kenzie Reynand Pradithama atau Ken yang merupakan siswa populer berkat pengaruh kekayaan orangtua, kecerdasan, ketampanan, sekaligus kelakuannya yang tengil dan suka menjadi pusat perhatian. Seperti Serena, Ken juga mampu berinteraksi dengan makhluk tak kasatmata. Tapi berbeda dengan Serena yang menutupi, Ken justru senang mengumbar kemampuannya.

    Di hari pelaksanaan PENSI, Karen mendapat telepon yang diakui dari saudara kembarnya, Adriana Kinanti alias Kinan. Serena cukup terkejut karena selama ini Karen tak pernah menceritakan perihal kembarannya. Apalagi kemudian kabar menghilangnya Kinan menyeruak. Agaknya Kinan yang sudah tiba di Bandung direncanakan akan mengunjungi Karen di rumah, tapi tak kunjung datang. Sepasang saudara kembar ini memang terpisah karena perceraian orangtua mereka. Hingga tak lama kemudian, Serena tak sengaja mendengar bahwa Ken pernah bertemu Kinan di sekolah sebelum dia dinyatakan hilang, bahkan terkesan mengenalnya dan menyimpan notes milik Kinan. Tak hanya itu, Serena lebih syok lagi ketika sempat melihat sesosok tak kasatmata yang diyakini sebagai Kinan. Pertanyaan pun menyeruak. Apakah Kinan sudah meninggal?

    Hingga suatu hari, teman sekelas Karen yang bernama Melanie mengaku mengenal Kinan yang aktif dalam Astral Project Club lewat seorang kenalannya. Melan juga menyebutkan bahwa klub tersebut akan mengadakan pertemuan di sebuah kafe di Bandung. Maka Karen, Melanie, Serena, dan Ken pun lantas menuju kafe tersebut dengan harapan bertemu Kinan. Di sana, Karen melihat seorang gadis yang diyakini sebagai Kinan tapi sosok itu seolah sengaja lari menghindar. Melan sendiri bersikap mencurigakan bahkan sempat histeris dan berkata melihat penampakan mengerikan di kafe. Penyelidikan pun tidak membuahkan hasil signifikan, kecuali Karen yang meyakini bahwa Kinan masih hidup.

    Serena sendiri tak menceritakan perihal pertemuannya dengan sosok tak kasatmata Kinan dan kecurigaannya mengenai kematian saudara sahabatnya itu kepada Karen sebelum mendapatkan bukti yang meyakinkan. Seren justru bekerja sama dengan Ken untuk menyelidiki kasus Kinan. Hal inilah yang lantas memicu kecurigaan Karen sekaligus kecemburuan karena sebenarnya diam-diam Karen menyukai Serena lebih dari sahabat. Belakangan juga diketahui bahwa Ken mulai menaruh hati pada Serena. Selain itu, Serena kemudian bekerja sebagai freelancer peliput berita di tabloid Teleport Mystery yang belakangan diketahui merupakan milik mama Ken. Adegan mencekam terjadi saat Serena ditugasi meliput ke Taman Hutan Raya Djuanda. Tempat yang pernah menyisakan trauma atas kematian tragis Tesa tersebut harus kembali disambangi Serena yang kini ditemani Ken dan Karen. Di Goa Belanda, sesosok makhluk hitam bermata merah yang dulu kerap menghantui mimpi-mimpi Serena mendadak muncul di saat genting. Pertanyaan tentang apa sebenarnya makhluk itu masih belum bisa Seren jawab.

    Kembali ke kasus Kinan, Melanie tak pernah lagi muncul di sekolah. Serena yang putus asa karena penyelidikannya tak kunjung menampakkan petunjuk berarti memutuskan mengunjungi kediaman Melanie untuk mengorek keterangan. Di rumah tujuan, Melan tak berhasil ditemui, namun ketika Serena nekat menyatroni kamar Melan, dia dikejutkan telepon dari sang pemilik kamar yang lantas memintanya datang ke sekolah di malam bulan purnama. Berbekal keyakinan akan petunjuk mengenai dalang di balik kasus Kinan yang akan diperoleh dengan bertemu Melan, Kinan pun nekat datang. Tapi alih-alih petunjuk, Serena dikejutkan oleh tragedi demi tragedi lain yang kemudian menyeretnya makin dalam. Keterlibatan salah satu guru dan sebuah organisasi misterius, juga misteri malam bulan purnama dengan keberadaan pabrik daging dekat sekolah menjadi teka-teki rumit yang harus Serena pecahkan. Pihak polisi bahkan tak banyak membantu karena ada campur tangan pihak tertentu yang misterius. Di sinilah Serena harus memilih; apakah ia mundur sesudah menyaksikan sendiri kengerian demi kengerian yang terjadi atau tetap maju untuk mengungkap tindak kejahatan yang mungkin dilakukan seseorang sebelum jatuh korban lagi, dengan nyawanya sebagai taruhan.

REVIEW:   
“Jangan datang ke sekolah pada malam bulan purnama. Atau, kamu tak akan pernah bisa pulang.”

    Novel bertokoh utama remaja ini mengangkat perpaduan genre misteri horor dengan thriller fantasi. Selain menyoroti kemampuan anak-anak indigo, kehadiran berbagai makhluk tak kasatmata, dan mitos, cerita juga mengangkat tema astral projection—yang setelah saya telusuri sendiri ternyata sudah cukup banyak dikenal dan dikatakan didukung oleh penjelasan ilmiah. Terdapat pula adegan dalam plot twist yang menurut saya bisa dikategorikan bergenre fantasi. Cerita ini juga kental dengan pengungkapan sebuah kasus kriminal ala detektif. Menarik tentu saja dan membawa angin segar bagi novel untuk para pembaca remaja.

    Prolognya to the point, langsung menyuguhkan aura kelam mencekam lewat mimpi-mimpi buruk Serena sebelum tragedi kecelakaan Tesa. Lantas kisah bergerak maju dan memperkenalkan pembaca pada para tokoh dan seting sekolah di Bandung. Menggunakan POV orang pertama: Serena, ternyata kisah ini juga menyajikan kejutan dengan satu POV orang pertama lain di bagian epilog. Seting cerita di Bandung, didominasi area sekolah dan beberapa tempat lain dideskripsikan dengan cukup baik, terutama dengan menonjolkan aura mistis dan mencekam terkait dengan alur dan plot cerita.

 Didominasi sudut pandang Serena sepanjang cerita, saya berhasil ikut merasakan berbagai dilema, ketakutan, dan keingintahuan Serena akan kasus Kinan dan sejumlah pertanyaan lain yang harus dijawab. Walaupun kerap dibikin gemas dan kesal karena kebimbangan dan keputusan Serena—terutama keputusan merahasiakan dari Karen dan tak melibatkan polisi sedari awal, saya juga dibikin salut dengan ketegarannya. Menurut saya memang sulit menampilkan tokoh remaja dengan kelabilan sekaligus kerumitan karakter dan konflik seperti Serena. Dan penulis cukup berhasil menyuguhkan latar dan dasar yang logis akan perkembangan karakter Serena sepanjang cerita.

Tokoh-tokoh lain pun nggak kalah menyita perhatian. Mereka pada dasarnya berasal dari keluarga yang tak sempurna, sehingga berkarakter rumit sekaligus menarik. Sejauh yang saya tangkap dari cerita ini, penulis ingin menghadirkan simpati pada Karen dan Kinan—selain sepak terjang heroik Serena. Terutama Kinan yang di akhir cerita dikatakan melakukan aksi pengorbanan yang besar (no spoiler). Sayangnya, saya tak cukup bersimpati pada keduanya. Entah kenapa, karakter sepasang kembar ini tak cukup membuat saya memfavoritkan mereka. Saya justru jauh lebih menyukai dan menaruh simpati kepada Ken, termasuk lebih suka jika Serena lebih memilih Ken ketimbang Karen, hehe... Ini perkara selera juga, sih, dan bukan berarti memengaruhi pandangan saya akan kualitas cerita. Tokoh-tokoh pendukung seperti Melanie dan Monic cukup signifikan memengaruhi jalan cerita, bahkan menjadi plot twist yang bagus. Selain itu, teman-teman sekolah Serena lainnya juga membawa suasana ceria pergaulan remaja pada umumnya, meskipun mereka tak menjadi fokus utama. Tokoh antagonis yang paling menarik perhatian saya adalah Pak Burhan. Ada beberapa adegan yang bikin saya gemas setengah mati dengan kelakuannya.

Mengenai plot, memang terbilang kompleks. Kasus yang awalnya terlihat sederhana, ternyata menghadiahkan kejutan demi kejutan dan jalinan rumit antartokoh dan konflik mereka, melibatkan berbagai rahasia dan cerita masa lalu. Plot twist dan ending-nya lumayan bikin saya melongo. Cara penulis mengungkapkan misteri terbesar cukup unik. Hingga pertengahan, alur memang terkesan lambat, hanya dihadirkan petunjuk-petunjuk samar dan Serena yang seolah kehabisan cara mengungkap petunjuk. Namun, adegan di Goa Belanda Taman Hutan Raya Djuanda mampu menghadirkan ketegangan yang saya tunggu-tunggu, meskipun masih menyisakan pertanyaan di kepala. Dan seperti halnya misteri mitos Goa Belanda, ada sederet pertanyaan lain yang menurut saya belum tuntas terjawab dalam cerita ini. Mengenai Kinan dan Ken di masa lalu, kemampuan astral projection Kinan dan hubungannya dengan Ken (saya hanya bisa mengait-ngaitkan dengan mencari sendiri info lebih jauh terkait astral projection), ritual pesugihan, organisasi black hole, hingga akankah beberapa tokoh di buku ini hadir lagi di buku selanjutnya (setahu saya ini merupakan novel berseri, kan). Saya berharap semua pertanyaan tersebut akan tuntas terjawab di buku selanjutnya, juga plot yang makin rapi, selain karakter Serena yang semoga saja lebih matang.

Bagi saya, novel (berseri) ini cukup menjanjikan. Pesan moralnya juga bagus, dengan mengangkat topik keluarga, pilihan jalan kebaikan atau keburukan, dan sisi lain dari kehidupan anak-anak indigo. Membaca novel ini membukakan mata pembaca bahwa manusia dengan segala emosinya bisa jauh lebih menakutkan ketimbang kehadiran berbagai makhluk tak kasatmata yang biasa ada di dalam kisah horor. Thrilling yet inspiring. Recommended.


0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube