Judul Buku : Bukan Pangeran Kodok (Kumpulan Cerpen)
Penulis : Shabrina Ws, Riawani Elyta, Sari Yulianti, dkk
Editor : Yashinta
Setting : Vita/Alek
Desain Cover : Yisar
Korektor : Susy Oktaviani
Penerbit : Sheila, 2013
Jumlah Halaman : 226 halaman
Pernahkah kamu menyangka, kalau cinta bisa mengejutkanmu lebih dari yang kamu duga? Bicara cinta memang tidak ada habisnya. Bukan Pangeran Kodok adalah kumpulan cerita yang berisi asem, manis, dan getirnya cinta.
Sinopsis
Adalah Celeste, gadis asli Sorong, memiliki impian hidup yang tinggi walau pernah mengalami masa lalu yang kelam. Seorang peneliti asal Amerika tertarik pada tulisan ilmiahnya dan bersedia membiayai kuliah Celeste di Washington DC. Dukungan selalu diperoleh dari Ben Saimima yang diam-diam mencintainya. Namun sayang, tes kesehatan yang ia lakukan ternyata menunjukkan bahwa dirinya mengidap HIV. Nila Kaltia berkisah di Cenderawasih Patah Sayap, dengan nuansa lokal yang eksotis.
Lain lagi yang dialami Anne. Akun fb-nya di-hack. Dia semakin pusing ketika pelaku mengarah pada Langit, cowok yang diam-diam menarik perhatiannya. Masa iya sih, Langit setega itu? Jejaring Romansa persembahan cantik dari Keenan Naura.
Fe percaya, cinta itu punya tempat sendiri-sendiri. Dia lahir bersama takdirnya. Dan itulah yang dinamakan jodoh. Tapi Fe jatuh cinta pada Zaki, cowok yang 12 tahun lebih tua darinya. Siapkah Fe menikah? Apakah benar ada harapan untuk kisahnya bersama sang pangeran pujaan? Kisah menggemaskan dari Linda Satibi.
Bermula dari khayalan memiliki seorang kekasih laiknya remaja sebaya umumnya, suatu malam Vivin justru berjumpa seekor kodok yang mencuri perhatiannya. Semenjak itu tingkahnya kian aneh, seakan terobsesi dengan si kodok peliharaan baru. Kabar baiknya, obsesi tersebut mengalihkan khayalan dan ocehan Vivin tentang pacar. Sebuah kisah lucu nan menggelitik dari Shabrina Ws.
Akan masih banyak cerpen lain di buku ini yang membuat ekspresi Anda berubah-ubah. Inilah persembahan spesial dari komunitas Be A Writer Indonesia untuk para remaja maupun Anda, pendamba kisah cinta dari segala sisi.
Benang Merah dan Ulasan Tentang Buku
Sudah tak terhitung jari karya yang menghadirkan kisah romansa cinta remaja, entah itu kumpulan cerpen, puisi, kisah nyata, dan novel sepanjang masa. Cinta di masa belia, cinta yang ranum, bahkan bisa jadi bersemi sebelum waktunya. Kisah cinta yang memang tak lekang untuk dituliskan. Lantas kisah seperti apakah yang hendak ditampilkan oleh para penulis dari komunitas Be A Writer Indonesia dalam buku Bukan Pangeran Kodok ini?
Desain sampul buku tergolong unik dan eye catching. Dengan dominasi warna hijau muda dan tua, tulisan judul putih, dan gambar tokoh setengah badan dengan posisi terbalik dan kodok di atas kepala, sangat tak biasa menurut saya. Bisa jadi hijau dipilih selain sesuai dengan perwujudan sang kodok, juga mewakili dunia remaja yang segar, kadang disisipi khayalan-khayalan mengundang tawa.
Kekhasan dari keseluruhan cerpen dalam buku ini menurut penilaian saya adalah keinginan untuk mengajak pembaca memaknai lebih bijak cinta yang tumbuh dan bersemi di masa remaja. Cinta itu amanah, hendak kita bawa ke arah mana dia adalah pilihan yang akan dimintai pertanggung jawaban kelak. Kisah-kisah cinta dalam buku ini seakan hendak menyodorkan solusi yang arif kala cinta itu belum waktunya berlabuh atau gugur di tengah jalan. Misalnya dalam kisah Cinta Salah Tempat (halaman 29), sang tokoh akhirnya mampu mengalihkan gelora semangat masa muda kepada kegiatan produktif yang postifif, seperti belajar jurnalistik, membuat kue, dan bahasa Jepang, alih-alih merutuki patah hati dan cinta yang belum saatnya bertemu jodoh.
Selain itu, cerpen-cerpen dalam buku ini juga menghadirkan kisah cinta dalam wujud lain, di judul Tongkat Bambu Kuning Ayah (halaman 103). Di sini, masa remaja tak melulu ditaburi romansa cinta monyet pada lawan jenis, namun cinta pada seorang ayah, ketabahan, dan kesetiaan. Riawani Elyta dalam cerpennya Dia Yang kembali Tersenyum di halaman 44 juga menyoroti efek cinta kala remaja dari sudut penilaian fisik yang dangkal, yang acapkali menjerumuskan korbannya pada tindakan di luar batas kewajaran, misal terobsesi untuk selalu kurus, dengan segala cara, pun cara yang menyalahi kaidah kesehatan.
Daya tarik lain dari buku kumpulan cerpen ini adalah keberadaan kutipan-kutipan manis di tiap babnya. Kutipan-kutipan ini menjadi semacam pengantar cerita yang memancing keingintahuan pembaca akan kisah lengkap di bab tersebut. Salah satu kutipan favorit saya adalah “Cinta itu bukan simpul mati, ia bisa diurai dengan kedalaman hati.” (halaman 193)
Rekomendasi
Saya memang menjumpai typo di sana-sini dalam buku ini, namun jika ditilik dari tema, originalitas ide, kedalaman cerita, kesalahan ini masih tertutupi. Saya berharap kesalahan ejaan dan ketikan ini setidaknya bisa jadi bahan koreksi para penulis dan perbaikan di cetakan selanjutnya oleh pihak penerbit jika memungkinkan. Secara keseluruhan, saya menyukai buku kumpulan cerpen remaja Bukan Pangeran Kodok ini dan buku ini layak mendapatkan 3,5 bintang.
wawaaaa, makasih Kakak udah direviewin <3
BalasHapusmakasiii reviewnya..
BalasHapuseh, ceritaku disebut.. :)
Sama-sama... maaf kalau kurang bagus hehe...
BalasHapuscerepen Nyi dan kisahnya Mbak Linda keren (y)
Sering lihat covernya kalau wara-wiri di tobuk, tapi belum tertarik untuk membaca sekilas. Ntar ah, coba aku lihat lagi.. :)
BalasHapusHehe.. ayo, Mbak dibawa ke kasir dan dibaca..
BalasHapusQuite interesting. Keren!
BalasHapus