Judul : Dangerous Romance
Penulis : Daisy Ann
Editor :
Cicilia Prima
Penerbit: PT Grasindo
Cetakan: pertama, Juni 2017
Tebal : 184 halaman
BLURB:
“Jangan ngasih cewek yang jatuh cinta sebuah
penawaran. Kadang kala cinta itu bisa jadi sangat egois.” – Maura
Mungkin
Maura hanya setengah bercanda ketika ia bilang, sebagai ganti balas budi, ia
ingin Ben menikahinya. Mungkin. Maura
memang jatuh cinta pada rekan kerjanya itu. Ia dibuat gila dan merindu untuk
alasan-alasan tak masuk akal.
Tapi
pernikahan mendadak itu memang tak bisa disamakan dengan pernikahan happily
ever after bak dunia dongeng. Terlebih cara lelaki itu memandangnya, seolah
Maura adalah penyihir yang menjebaknya dalam sebuah pernikahan yang tak Ben
inginkan. Maura sadar itu. Ben dengan senang hati membuka matanya lebar-lebar,
bahwa lelaki yang membuat Maura bertekuk lutut itu bukan sosok malaikat ideal
dalam imajinasi Maura.
Ada
kisah dan luka yang disembunyikan.
Ada
cinta yang bertepuk sebelah tangan.
Ada
rasa yang terkikis perlahan-lahan.
Namun,
bagaimana dengan sumpah pernikahan yang telanjur diikrarkan?
“Cinta macam apa yang sebenarnya sangat
menyakitkan di pernikahan ini?” – Ben
SINOPSIS:
Maura,
seorang perempuan muda karyawati sebuah perusahaan di Surabaya sudah lama
menaruh hati pada seorang rekan kerja. Ben, lelaki itu resmi menjadi karyawan
setelah Maura. Semenjak kedatangannya, Maura yang awalnya sekadar tertarik
mengenal nama sosok karyawan baru beserta kawan akrabnya Bayu itu perlahan
merasakan ketertarikan lebih. Namun, karena Ben terkesan menjaga jarak, bukan
tipikal lelaki yang supel, Maura pun harus puas menjadi ‘pengagum rahasia’ dan
memilih menjaga hubungan semata sebagai rekan kerja (yang tak akrab). Meski demikian,
keinginan Maura mengenal Ben lebih dekat mengubahnya menjadi sosok ‘penguntit’
yang rajin mengikuti gerak-gerik Ben dan mengulik segala hal tentangnya lewat
media sosial. Hingga suatu hari, sebuah kecelakaan nahas yang menimpa Ben dan
seorang sopir perusahaan digariskan menjadikan Maura sebagai penyelamat. Maura berada
di waktu dan tempat yang tepat. Entah karena terpancing atau ego, Maura pun
sempat melontarkan pernyataan kepada Bayu bahwa ia ingin dinikahi Ben sebagai
balas budi. Tak disangka, perkataan itu didengar oleh Tante Dewi—tante dari Ben—yang
menganggap serius dan menyampaikannya pada Ben. Hubungan Ben dan tantenya
sendiri bisa dibilang dingin akibat konflik keluarga di masa lalu. Ben seolah
memasang sikap permusuhan dan menjaga jarak dengan tantenya. Ketika Maura jelas
mengatakan dia enggan membatalkan ucapannya—kecuali Ben sendiri yang menjelaskan
ketidaksetujuan kepada keluarga, pernikahan mereka akhirnya benar-benar
terjadi, meskipun sederhana dan jauh dari bayangan pernikahan impian Maura.
Kehidupan
pascapernikahan menyedihkan. Ben dan Maura hanya tinggal serumah tapi hati
mereka tak bersatu. Ketidaknormalan ini mereka sembunyikan dari semua orang,
termasuk keluarga dan sahabat dekat. Hadiah bulan madu yang diberikan Om Reno
juga ditampik oleh Ben. Ben bahkan memilih mempersingkat masa cuti dan berdinas
ke Bekasi bersama rekan-rekan satu departemennya. Ketika Maura memutuskan
menyusul, ia hanya mendapat sambutan kurang menyenangkan. Beruntunglah ada
Kelana, manajer hotel tempat menginap sekaligus kawan lama Maura. Suatu hari,
berawal dari niat baik, Maura diam-diam membuka file-file dalam laptop Ben dan
menemukan foto-foto Ben dengan mantan kekasih (yang terpaksa diputuskannya
untuk menikahi Maura) bernama Devina. Kecemburuan Maura juga kesalahpahaman Ben
atas beberapa hal memicu pertengkaran yang membuat Maura memutuskan kembali ke
Surabaya tanpa menunggu Ben. Obrolan dari hati ke hati dengan sahabatnya
Agatha, membuat Maura mencoba cara lain untuk memperbaiki hubungan dengan Ben. Alih-alih
berupaya keras dianggap istri dan dipandang sebagai wanita yang layak dicintai,
Maura mencoba bersikap sebagai teman. Cara ini ternyata cukup berhasil,
meskipun hubungan suami-istri mereka tetap jalan di tempat. Interaksi-interaksi
Maura – Ben dan chemistry mereka di
masa adaptasi ini manis dan terasa feel-nya.
Ada obrolan hangat dengan sepupu Maura, kedekatan Maura dengan Tante Dewi dan
nenek dari Ben, acara tur jalan-jalan singkat bersama, memasak, adegan saling
mengolok tentang kucing, hingga pesta ulang tahun Ben membuat kisah ini
romantis bak kisah romance lain. Sayang, sesudah kisah manis, ada badai
menerjang. Ben marah besar ketika Maura tak memberitahunya tentang
penampilannya bersama tim belly dance di sebuah acara privat pesta anniversary
pernikahan orangtua seorang kawan. Dari sinilah sempat terucap usul perceraian
dari Maura yang tersulut emosi dan kekecewaan atas sikap Ben. Akankah kisah
mereka berakhir bahagia? Cukupkah usaha gigih Maura untuk menaklukkan hati Ben
yang masih terlihat enggan membuka untuknya?
REVIEW:
Dari
sisi karakter, perpaduan dua karakter utama yang bertentangan menjadi pembangun
utama novel. Ben: kedua orangtuanya meninggal dan lantas tinggal bersama tante,
om, dan neneknya, kurang supel, agak labil, punya masalah dengan tantenya
karena asumsi yang salah atas sikap sang tante dan masa lalu kedua orangtuanya.
Secara fisik, Ben digambarkan tinggi, cukup rapi meskipun nggak terlampau stylish, sorot matanya datar tapi
terkesan tajam, dengan warna iris sekelam batu obsidian, rambut hitam agak ikal
dan mulai memanjang—yang kadang kala sebagian belakangnya diikat tinggi
sehingga terkesan seksi bagi Maura. Maura: cerdas, mandiri, tergolong supel dan
penyayang keluarga, dewasa, tegas, pintar memasak, penyayang kucing, selain
karyawan kantoran juga menjadi instruktur belly dance di sebuah gym. Dilihat dari
fisik, Maura digambarkan cantik, berpostur bagus, berambut panjang keriting
yang acapkali dibiarkan tergerai. Juga ada tokoh-tokoh lain yang turut memberi
andil bagi jalan cerita. Ada Agatha sahabat baik dan rekan kerja Maura yang
selalu bersikap mendukung. Juga Tante Dewi yang keibuan, Om Reno yang meski
kurang tereksplor tapi menampilkan sosok om yang baik, Nenek yang suka bandel
dalam hal menjaga pola makan. Bayu yang sikapnya misterius dan terkesan tak
bersahabat terhadap Maura, Riri teman akrab Ben yang juga tak bersahabat terhadap
Maura tapi kurang dijelaskan alasannya, Devina sang mantan kekasih Ben yang
walaupun kemunculannya hanya sebentar tapi cukup menentukan jalan cerita, Kelana
yang asyik, dan tokoh-tokoh pendukung lain. Saya suka dan cukup puas dengan
deskripsi penulis atas semua tokoh, plus poin penyebutan kemiripan beberapa
tokoh dengan tokoh-tokoh dalam film terkenal. Misalnya Maura yang disebutkan berambut
mirip tokoh utama film kartun “Brave” dan salah satu ciri fisik Nenek yang
dikatakan mengingatkan Maura akan tokoh Mags dari film “The Hunger Games:
Catching Fire”, membuat saya lebih mudah membayangkan.
Setting utama
kota Surabaya bernilai plus di mata saya karena sebagian besar kisah romance
kontemporer mengambil setting Jakarta. Pendeskripsian kota lewat acara tur ala
Maura – Ben juga cukup brilian, selain penulis juga teliti dalam
mendeskripsikan perkiraan waktu selama tur hingga terkesan masuk akal. Alurnya cepat,
plot dengan konflik yang meskipun tergolong ‘biasa’ dan nggak ‘deramah’ tapi
tetap membuat saya betah menikmati hingga akhir cerita. Ending pun memuaskan
dan logis. Kover dengan warna cantik yang ‘fotogenik’, mengambil konsep yang
menurut saya minimalis tapi mengena dengan tema cerita. Penulis pun rapi dan
teliti, jarang sekali saya temukan typo. Gaya bercerita ringan, nggak ada
sebutan ‘gue – lo’ walaupun setting di kota besar. POV orang pertama: aku dari
sisi Maura pun tepat menurut saya, sehingga pembaca ikut merasakan penasaran
dengan ‘kondisi hati’ Ben, apa yang dipikirkannya tentang Maura, sekaligus ikut
merasakan roller coaster mood Maura. Kita juga akan dimanjakan dengan
kutipan-kutipan cinta yang ciamik dan menyentuh di tiap awal bab.
Hal yang
menjadi catatan saya antara lain ketiadaan cerita keluarga Maura. Hanya sempat
disebutkan Teo sang adik lelaki Maura secara sekilas (dan saya bertanya-tanya
apakah ini Teo yang sama dengan yang ada dalam judul lain seri Dark Love
Grasindo?). Apakah mungkin penggambaran latar belakang keluarga Maura dianggap
kurang terkait dengan konflik utama cerita? Juga sikap misterius dan kurang
bersahabat dari Bayu dan Riri terhadap Maura. Nggak ada penjelasan pasti
sehingga saya berakhir menduga-duga sendiri.
Secara keseluruhan
novel ini page turner dan ditulis
dengan baik. Sebagai pengalaman pertama menikmati karya Daisy Ann, saya merasa
puas. Bahkan kemudian bertanya-tanya, apakah dua judul lain dari seri romance
ini juga sebagus ini? Bisa jadi seri lengkap Dark Love memang layak dikoleksi
oleh para pencinta romance.
“Bagian paling menyedihkan dari cinta adalah
dua orang yang saling mencinta tak menjamin keduanya berakhir bersama
selamanya. Dan tak selamanya dua orang yang berakhir bersama, berarti keduanya
saling mencinta.” (hal. 28)
0 komentar:
Posting Komentar