Selasa, 11 Juli 2017

[RESENSI] Momiji: Hargailah Dirimu Sebelum Meminta Orang Lain Menghargaimu

Posted by Menukil Aksara | 7:36:00 AM Categories:





Judul           : Momiji
Penulis        : Orizuka
Penyunting: Selsa Chintya
Penerbit     : Inari
Cetakan      : pertama, Mei 2017
Tebal          : 210 hlm; 19 cm

BLURB:


Patriot Bela Negara lelah punya nama seperti itu, terutama karena dia memiliki fisik dan mental yang sama sekali tidak seperti patriot, apalagi yang siap membela negara.
Seumur hidupnya, Patriot diolok-olok hingga akhirnya dia memutuskan memberontak. Dia jadi gandrung Jepang, belajar bahasa Jepang, dan punya cita-cita pergi ke Jepang untuk bertemu Yamato Nadeshiko—tipe wanita ideal versi Jepang.
Di usianya yang kedua puluh, Patriot akhirnya berada selangkah lebih dekat dengan cita-citanya itu. Dia menginjak Jepang untuk ikut program pendek musim gugur di Osaka dan beruntung baginya, orangtua inang tempatnya homestay punya anak gadis seusianya!
Shiraishi Momiji, gadis itu, mungkin adalah buah penantiannya selama ini.
... Atau mungkin bukan.

SINOPSIS:

“Mungkin, dulu Ibuk memberiku nama itu dengan maksud supaya aku tumbuh jadi anak yang kuat dan bisa membela negara. Sayangnya, doanya berbalik seperti bumerang.” (hal. 5)

““Jangan-jangan... “ Gadis itu kembali menggeram, dengan mata menyipit curiga. “PENCURI SUSU?”
Aku ingin menyangkal tuduhan bego itu, tetapi aku begitu panik melihat pedang yang sekarang teracung ke arahku. Refleks membuatku mengacungkan kedua tangan ke atas. Kotak susu terlepas dari peganganku, lalu jatuh ke lantai.”
(hal. 15)

Patriot Bela Negara—yang lantas mendapat panggilan Pabel dari teman-teman sekolahnya—selalu merutuki nama pemberian orangtuanya yang terdengar aneh dan bersikap mengasihani diri sendiri karenanya. Ejekan teman-teman sebaya turut memperkeruh suasana. Sebagai seorang introvert, dia pun tumbuh dengan anggapan dia boleh memendam dendam pemberontakan sehingga alih-alih bersikap layaknya seorang patriot, dia justru menjadi otaku (orang yang terlalu menggemari sesuatu hingga terobsesi) yang gandrung negara lain (di kasus Pabel adalah Jepang). Pabel kemudian bercita-cita berjumpa seorang tipe wanita ideal Jepang dan menabung demi impiannya. Tak sabar dengan hal itu, Pabel pun memutuskan mengikuti program pendek musim gugur sebuah lembaga kursus bahasa ketimbang menunggu kesempatan beasiswa.
Dia bahagia mengetahui orangtua inangnya (keluarga Shiraishi) di jepang memiliki seorang anak gadis sebaya, yang meskipun dikatakan tidak sedang di rumah tanpa alasan jelas, tak ayal sempat melambungkan angan Pabel. Sayangnya, perjumpaan pertama Pabel dengan si anak gadis yang sangat mengejutkan sekaligus ‘traumatis’, lekas mengusir pergi khayalan. Momiji, gadis berpenampilan yankii (anak badung), berambut panjang merah menyala, dan sama sekali jauh dari kesan feminin ala Chitanda Eru impian Pabel. Tak hanya itu, Momiji ternyata bertahun-tahun kabur dari rumah dan baru saja kembali. Dia pun kelebihan kepercayaan diri dan suka bertindak seenaknya, termasuk ‘menawarkan diri’ menjadi pengawal pribadi Pabel selama di Osaka dengan digaji (lol). Pabel yang penakut dan pengecut tak kuasa menolak, apalagi Nanami-san sang ibu dari Momiji membujuknya dengan alasan demi memata-matai gerak-gerik anaknya. Keseruan dan kelucuan interaksi antara Pabel dan Momiji-lah yang paling banyak mengundang tawa saya. Dua kepribadian yang sangat jauh berbeda. Pabel acapkali dibuat kesal dan ketakutan. Dan, ketika di tempat kursus ternyata ada seorang gadis jelmaan Yamato Nadeshiko bernama Sanjo Kanon, Pabel justru dipermalukan oleh Momiji walaupun dalihnya untuk menolong mendekatkan dengan si gadis pujaan. Momiji ternyata punya kisah masa lalu tak menyenangkan yang melatarbelakangi perubahan penampilan dan sikapnya, terkait bakatnya sebagai peseluncur indah. Hingga suatu hari, sebuah insiden mempertemukan kembali Momiji dengan geng motor yang pernah dikenalnya selama kabur dari rumah. Pabel sempat menjadi ‘penyelamat’ yang pemberani sebelum Nanami-san datang menolong. Dan, dalam peristiwa inilah rahasia besar Nanami-san yang hanya diketahui sang suami terungkap. Dari kebersamaan yang cukup singkat, Pabel banyak mengambil pelajaran dari Momiji sekeluarga, termasuk perubahan sikapnya yang lebih bangga pada tanah air dan tak lagi memandang rendah dirinya (juga nama pemberian ibunya).




REVIEW:

“Aku ingin melihat Momiji berubah merah secara sempurna, layaknya semua momiji di musim gugur.” (hal. 203)

Momiji yang diambil dari nama sejenis pohon maple (sering dikenal juga sebagai maple Jepang), dengan bentuk daun khas dan warna yang berubah indah ketika musim gugur merupakan sebuah ide brilian sebagai judul sekaligus nama tokoh utama novel ini. Filosofi yang disuguhkan Orizuka terkait momiji pun mengena, membuat kisah ini tak sekadar menghibur tapi juga kaya pesan. Orizuka juga melakukan riset dengan baik, sehingga deskripsi dan jiwa budaya Jepang cukup terasa di dalam novel. Juga plus nilai dengan memasukkan istilah-istilah Jepang yang dibantu dengan tersebarnya catatan kaki. Penggambaran keluarga Shiraishi pun sangat saya sukai. Mereka tipikal keluarga kebanyakan yang ‘nyentrik’ sekaligus hangat. Karakter ibu dan ayah yang bertolak belakang, anak laki-laki yang baik dan ramah, juga anak gadis yang unik membuat saya betah menikmati kisah keluarga di sini. Kovernya sangat menarik, menyenangkan dipandang, cantik difoto, dan sangat mencerminkan isi. Perkembangan karakter dua tokoh utamanya juga tereksekusi dengan baik. Pesan bahwa kita butuh tantangan dan keluar dari zona nyaman untuk menyadari kelebihan dan kekuatan dalam diri. Juga pesan tentang penerimaan diri.
Novel ini tergolong tipis, dengan alur cepat, beberapa konflik yang cukup bervariasi bertema keluarga, persahabatan, maupun dilema dengan diri sendiri, dibumbui humor khas Orizuka. Sebagai novel tipis, tentu saja Momiji page turner, tipe bacaan ringan yang bisa dibaca kapan pun, bahkan mungkin dalam sekali duduk. Satu-satunya yang mungkin terasa kurang adalah karena saya ingin membaca lagi tentang Momiji dan Pabel, berharap seandainya ada cerita ketika Momiji berkunjung ke Indonesia dan membuat ulah di negeri orang, hahaha... Buat kamu penggemar budaya Jepang, yang juga butuh bacaan pencerahan dalam masa transisi remaja ke dewasa, Momiji ini sangat saya rekomendasikan. Sekali lagi, Orizuka did her great job! Tak sabar menanti karya selanjutnya dari penulis muda berbakat ini.


2 komentar:

  1. Novel ini tuh komplit ya isinya. Sedih, lucu, bahagia jadi satu. Dan nama lengkap Pabel itu kok lucu banget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. yap, komplet banget, lucu dan banyak pesan mengena. Memang di kehidupan nyata ada sih, ya, yang bernama unik-unik gitu, hehe... yang ini niat ibunya baik, tapi sayang kurang diterima, karena kedengaran 'aneh' :D

      Hapus

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube