Kamis, 17 Juli 2014

Aku Bangga Dengan Namaku

Posted by Menukil Aksara | 11:05:00 PM Categories:


    Sepasang mata bening itu menatap layar televisi di depannya nyaris tanpa kedip. Beberapa jenak kemudian mengerjap-ngerjap. Pemilik sepasang mata itu bahkan tak menyadari kehadiran sang mama.
    “Kak Abdullah asyik sekali menontonnya,” tegur sang mama.
    “Ssst... jangan kencang-kencang, Ma,” bisik Abdullah sembari menunjuk sesosok hafidz cilik di layar kaca.
    Sang mama tersenyum geli. Ia lantas menjajari duduk anak sulungnya itu.
    “Wah, hebat! Lancar!” pekik Abdullah.
    “Kakak juga bisa lho seperti adik kecil di televisi itu,” celetuk sang mama.
    Abdullah sontak memalingkan wajah ke arah mamanya. “Iya, Ma. Abdullah ingin seperti dia. Abdullah malu. Kan Abdullah lebih besar darinya.”
***
    Semenjak hari itu, Abdullah benar-benar menunaikan janjinya untuk setekun sang bocah lelaki penghafal Al-Qur’an di acara televisi. Syaamil Qur’an kesayangannya menjadi peneman kesehariannya.
    “Kak, tolong temani adik bermain sebentar, ya! Mama harus menyiapkan menu berbuka,” pinta sang mama pada Abdullah yang sedang khusyu’ bertilawah di dalam kamar.
    Abdullah bersungut-sungut meski badannya bangkit keluar kamar. “Ah, Mama. Nggak bisa lihat aku sedang menyelesaikan bacaan!”
    Sang adik, Ahmad, yang masih balita tampak berlarian di ruang tengah.
    Keesokan harinya, Abdullah kembali mendengus kesal tatkala diingatkan sang mama untuk membereskan kamar dan mengerjakan tugas sekolah.
    “Mama perhatikan, Kakak kok sering cemberut dan bersungut-sungut tiap kali Mama menyuruh melakukan sesuatu. Kenapa?”
    “Karena Mama mengganggu tilawah Kakak!”
    Mama terhenyak kemudian menggeleng-gelengkan kepala. Beberapa saat kemudian Mama berujar, “Kakak tahu kan mengapa Mama memberi nama Kakak Abdullah?”
    “Iya. Karena Abdullah adalah nama yang dicintai Allah.”
    “Sekarang Mama akan berkisah tentang salah seorang sahabat Nabi yang bernama Abdullah bin Amr bin Ash.”
    Abdullah memicingkan mata. Ia lantas menatap lekat mamanya.
    “Sahabat ini sangat mencintai ibadah. Bahkan saking cintanya, ia terus-menerus berpuasa, shalat, bertilawah, tanpa mempedulikan keluarganya. Suatu hari, Nabi menemuinya.”
    Mama memberi jeda pada kisahnya.
“Nabi bertanya apakah Abdullah bin Amr bin Ash bertilawah sepanjang malam tanpa tidur. Abdullah membenarkan. Lalu Nabi menyarankan agar Abdullah bertilawah sampai khatam dalam satu bulan. Kalau bisa lebih cepat, khatam dalam sepuluh hari. Kalau bisa lebih cepat lagi, dalam tiga hari.”
    Abdullah masih menyimak kisah mamanya, ketika sang mama melanjutkan,”Nabi pun bersabda bahwa sesungguhnya Nabi juga istirahat dan memberi hak pada keluarganya.”
    Abdullah tercenung. Tampaknya ia sedang berupaya memahami perkataan Nabi dalam kisah itu. Sesudah cukup lama terdiam, Abdullah berkata, “Kalau begitu Abdullah juga salah, ya, Ma. Maafkan Abdullah, ya, Ma.” Abdullah teringat sikapnya beberapa hari ini setiap Mama meminta tolong atau mengingatkan.
    Mama tersenyum. “Iya, sayang, Mama maafkan. Kakak tetap harus rajin membaca Qur’an, tapi jangan lalai dengan kewajiban lainnya.”
    “Dan sebagai hadiah atas ketekunan Kakak, Ayah menghadiahkan My First Al-Qur’an ini,” ucap Ayah yang ternyata telah berdiri di belakang Abdullah.
    Abdullah terpana menerima sepaket Al-Qur’an lengkap dari ayahnya. Ia tersenyum sumringah dan berucap terima kasih seraya berkata, “Abdullah berjanji akan mencontoh sahabat Abdullah bin Amr bin Ash. Aku bangga memiliki nama Abdullah!” ucap lantang Abdullah diiringi senyum lebarnya.


*jumlah kata 466
*diikutsertakan dalam Lomba Menulis Cerita Anak #AyoNgajiTiapHari Syaamil Qur'an

8 komentar:

  1. Kakak Abdullah semangat banget ya, tilawahnya.. semoga menjadi hafiz yg berprestasi.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe, iyaa..aamiin, semoga semakin banyak anak Indonesia yang menjadi hafidz ya Mbak :)
      makasih sudah menjejakkan kunjungan..

      Hapus
  2. wah mbak ikut juga, selalu menulis salut deh, nice ceritanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, termotivasi sama tulisannya mbak Linda Satibi nih..
      terima kasih bu Hastira :)

      Hapus
  3. Balasan
    1. terima kasih mbak Hairie atas kunjungannya.. :)

      Hapus
  4. Balasan
    1. makasih kunjungannya mbak.. semoga bermanfaat :)

      Hapus

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube