Minggu, 13 Juli 2014


Judul Buku         : The Chronicles of Ghazi Seri #1 – Perseteruan Hidup-Mati
                              Dracula dan Muhammad Al-Fatih
Penulis               : Sayf Muhammad Isa dan Felix Y. Siauw
Penyunting         : Rini Nurul Badariah
Proof Reader      : Desti Ilmianti S.
Desain Isi           : Cecep Ginanjar
Desain Sampul    : Al-Fatih Studio
Penerbit              : Mizania, Februari 2014

    “Kami datang untuk membebaskan manusia dari penyembahan kepada sesama manusia, menuju penyembahan hanya kepada Allah, Tuhannya manusia. Dan hanya kepada Allah saja. Kami datang untuk mengubah penindasan manusia menjadi keadilan Islam.” Pernyataan ini milik Rabi’ah ibn Amir, seorang mujahidin, ketika menghadap Kaisar Persia untuk menyampaikan surat dakwah Rasulullah.
    Sebagian besar dari umat Islam sekarang sudah cukup asing dengan sejarah peradaban Islam. Mereka barangkali tak pernah tahu bahwa Islam pernah berjaya menaklukkan dunia di bawah komando Rasulullah SAW lantas tongkat estafet perjuangan beliau dilanjutkan oleh para khalifah sesudahnya. Novel sejarah yang ditulis oleh duo Say Muhammad Isa dan Felix Siauw ini berupaya mengungkap kembali tinta emas kegemilangan umat Islam di masa silam tersebut. Melalui gaya penulisan fiksi, kisah yang memang benar pernah terjadi ini menjadi menarik dibaca, diambil pelajarannya sekaligus menghanyutkan hati.  

Sinopsis
Di satu belahan bumi, lahir seorang lelaki yang kelak akan menjadi pemimpin terbaik kaum Muslim. Di belahan bumi yang lain, lahir pula lelaki yang akan menjadi salah satu manusia terkejam dalam sejarah. Muhammad Al-Fatih II dan Vlad Dracula III menjadi wakil dari pertarungan haq dan bathil, antara kesultanan Usmani dan kerajaan Eropa Timur, dan takdir mereka sudah digariskan untuk berbenturan sejak kelahirannya. Kisah mereka dijalin dalam novel serial di mana novel yang akan dibahas kali ini merupakan seri pertama. Diawali dengan cuplikan adegan kala Muhammad Al-Fatih II masih belia, kisah berjalan mundur ke satu masa di mana Khalifah pendahulunya telah menorehkan sejarah dengan perseteruan panjangnya melawan para pemimpin kafir yang membentuk persekutuan di Eropa Timur. Mereka mengatasnamakan persekutuan ini sebagai perang suci.

Isi Buku
    Novel sejarah setebal 305 halaman ini dibagi menjadi enam episode dan diawali dengan deskripsi karakter/tokoh dalam novel. Kisah bermula dari adegan seorang remaja istimewa berusia 13 tahun bernama Mehmed (bahasa Turki untuk Muhammad) yang sedang bersama ayahnya, Sultan Murad II dari kekhilafahan Usmani, dan seorang ulama bernama Syaikh ‘Aaq Syamsuddin. Sang remaja yang digembleng sedari kanak-kanak untuk disiapkan menjadi penerus kepemimpinan ayahnya, diingatkan kembali akan sebuah cita-cita yang telah dijanjikan Rasulullah SAW, yaitu menaklukkan Byzantium. Sang ayah dan gurunya Syaikh Syamsuddin sangat mengharapkan Mehmed mampu memikul tanggung jawab mewujudkan cita-cita mulia tersebut. Kisah kemudian berjalan maju mempertemukan Mehmed dengan sang calon musuh abadinya, sebuah perwajahan dari kezaliman dan kebathilan, yaitu Vlad Drakula III. Di lembar berikutnya, kisah dimundurkan pada masa pendahulu Mehmed, Sultan Murad I. Episode demi episode mengisahkan sepak terjang Sultan Murad I yang akhirnya menemui syahid dalam memerangi kebathilan. Perjuangannya diwarisi oleh putranya, Bayazid.
    Perseteruan abadi Sultan Murad I dengan Raja dari kerajaan-kerajaan di Eropa Timur dipicu oleh sebuah insiden di mana surat dakwah yang dibawa utusan sang sultan untuk Kaisar Lazar Hrebeljanovic ditolak mentah-mentah. Pendudukan Velbudz, sebuah daerah di wilayah kekaisaran Eropa Timur, menjadi titik mula. Dari sinilah peperangan demi peperangan kemudian berkecamuk. Tak sedikit pejuang dari kesultanan Usmani, termasuk sang sultan Murad sendiri yang menjumpai syahid dalam peperangan ini. Meski demikian, keteguhan iman dan hati para pejuang Muslim tak tergoyahkan sedikit pun. Di bawah komando pemimpin baru, Sultan Bayazid, para prajurit dan ulama pendamping sang sultan merangsek maju ke wilayah kekaisaran Eropa Timur dan menemui takdir mereka. Di lain pihak, persekutuan para kaisar Eropa Timur tak berjalan mulus. Acapkali mereka berselisih paham bahkan saling mengancam tatkala sedang merumuskan strategi perang bersama. Hal ini tak aneh lagi mengingat persekutuan mereka dibangun di atas pondasi yang lemah, kepentingan duniawi sesaat untuk mempertahankan kekuasaan masing-masing.
    Banyak cuplikan kisah bersejarah yang termuat dalam novel ini. Beberapa diantaranya sangat menyentuh hati dan ingin saya cuplikkan di sini.
•    Masuk Islamnya Fregadovic—Boyar Velbudz—di hadapan Sultan Murad I langsung dan tanpa jeda dia langsung menerjunkan diri dalam peperangan melawan para kaisar Eropa Timur (hal. 51).
•    Syahidnya Sultan Murad I di tangan Milos Obilic, seorang kafir yang mendendam pada beliau, namun kemudian Milos sendiri menemui ajalnya di tangan Bayazid, putra sang sultan (hal. 68-69).
•    Kekejian Mircea—voivode Wallachia—terhadap utusan Sultan dengan membunuh mereka dan menyalib jasad mereka untuk dipertontonkan pada sang sultan (hal. 118-121).
•    Kekejian rombongan pasukan salib yang membunuhi penduduk Oryahovo tanpa ampun, sekaligus menyalib sang amir—Dogan Bey—di   pusat kota untuk dipamerkan kepada Sultan Bayazid (hal. 209-210).
•    Kisah kepahlawanan Hamed Bey, Aslan, dan Yazed dalam mempertahankan Nicopolis dari serbuan pasukan salib. Keteguhan hati mereka dan kecerdikan strategi mengantarkan mereka pada kemenangan dengan datangnya bala bantuan tepat waktu serta dipukul mundurnya pasukan salib (hal. 231-304).

Kelebihan dan Kekurangan Buku
    Sebagai sebuah novel sejarah, buku ini dituturkan dalam alur yang detil dibalut dengan bahasa indah yang cukup sederhana dan mengalir. Di beberapa halaman kita dapat menumpai ilustrasi atas peristiwa yang tengah dikisahkan.  Ejaannya nyaris sempurna tanpa cela. Kekurangannya bagi saya sebagai seorang yang kurang menggemari sejarah adalah berderetnya nama-nama tokoh. Memang untuk memudahkan mengenal dan menelisik latar belakang tokoh-tokoh dalam cerita telah disediakan bab khusus deskripsi karakter, namun tetap saja saya kesusahan mengingat nama-nama yang demikian banyaknya. Satu-satunya solusi adalah dengan membalik kembali halaman deskripsi tiap kali saya lupa.
    Bagaimanapun juga, novel sejarah semacam ini memang langka. Novel ini berupaya menyuguhkan fakta sekaligus mengangkat kembali nama harum kekhilafahan Islam yang kini mulai diasingkan dari telinga generasi muda Islam. Buku semacam ini sangat bagus dibaca oleh kawula muda Muslim demi mengingatkan mereka bahwa mereka dapat menjadi bagian dari sejarah dengan membangkitkan kembali kejayaan tersebut.



3 komentar:

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube