Selasa, 01 Juli 2014

[Review Buku] Historivasi: Memetakan Masa Depan Lewat Cermin Sejarah

Posted by Menukil Aksara | 9:57:00 PM Categories:

Judul Buku      : Gara-gara Indonesia – Dari Sejarah Kita Belajar untuk     
                           Masa Depan
Penulis            : Agung Pribadi
Penyunting      : Annisa Daulay, Herti Annisa
Penerbit           : AsmaNadia Publishing House, Januari 2014

“Sejarah harusnya diajarkan seperti buku ini, bukan hafalan tahun, nama, atau urutan peristiwa, tapi punya muatan motivasi yang istimewa.” Demikian bunyi sepenggal endorser dari Asma Nadia di sampul depan buku ini.
Masih ingatkah dengan pelajaran sejarah di kurikulum pendidikan sekolah kita? Barangkali bagi mereka yang sudah tak duduk di bangku sekolah merasa bersyukur diam-diam karena tak perlu lagi bertemu pelajaran sejarah. Bagi tipe pembelajar yang tak menyukai hafalan, sejarah memang bisa jadi momok. Acapkali hafalan tahun, tokoh, peristiwa dalam buku pelajaran sejarah cukup dihafalkan mati-matian menjelang ujian lantas menguap begitu saja sesudahnya. Tak ada bekas di hati mengenai peristiwa-peristiwa yang telah dipaparkan guru di depan kelas, apalagi muatan motivasi. Nah, di buku “Gara-gara Indonesia” ini, penulis berupaya mematahkan kesan tersebut.

Historivasi-Sejarah dan Masa Depan
Sejarah seharusnya membuat kita belajar, membuat kita sadar tentang arah masa depan. Sejarah harusnya menjadi sumber motivasi. Begitu pentingnya sejarah, sampai-sampai kitab suci Al-Qur’an, 75% isinya adalah sejarah. Sayangnya, kini sejarah telah kehilangan arah, tidak memberi kekuatan apa-apa selain hafalan peristiwa dan nama. Kini saatnya kita mengembangkan historivasi. (hal. xi-xii)

Sinopsis
“Gara-gara Indonesia, Amerika kalah perang di Vietnam. Gara-gara Indonesia, Napoleon kalah perang di Eropa. Gara-gara Indonesia, kolonialis kehilangan puluhan negara jajahan. Kalau tidak ada Indonesia, mungkin Amerika tidak ditemukan Colombus. Kalau bukan karena Indonesia, mungkin malaria lebih mematikan. Kalau bukan karena Indonesia, mungkin dunia tidak sedamai sekarang. Cuma di Indonesia Kubilai Khan dipecundangi dan diperdaya. Cuma Indonesia yang mengalahkan Sekutu setelah Perang Dunia II. Cuma Indonesia yang bisa membuat tandingan PBB.” Barangkali ketika membaca kutipan di atas kita terhenyak dan menyatakan ketidakpercayaan. Ah, masa’? Nyatanya Agung Pribadi mengungkap fakta mengejutkan yang membuat kita makin bangga sebagai bangsa Indonesia. Membaca tulisan sejarawan lulusan Universitas Indonesia ini membuat kita sadar bahwa Indonesia ternyata banyak berperan dalam perubahan dunia. Sang penulis mengungkap banyak data dan bukti baru yang menarik. Tidak seperti kebanyakan sejarawan yang menulis sejarah begitu panjang dan kadang membosankan, Agung Pribadi menulis dengan bahasa sederhana. Sejarah jadi asyik dibaca dan membuat penasaran. Karena itu buku ini memberi kata baru untuk penulisan sejarah, yaitu HISTORIVASI (Histori bermuatan Motivasi), dan menempatkan Agung sebagai historivator (Historian Motivator) pertama di Indonesia.

Isi Buku
Buku ini memuat empat bab, dengan judul : Gara-gara Indonesia, Hanya Indonesia Berani Beda, Indonesia Lebih Hebat, dan Penutup. Masing-masing bab mengandung penggalan kisah sejarah, yang sebagian besarnya telah lazim diketahui, namun dengan pernak-pernik detil dan motivasi yang mengejutkan.
Sebagai contoh, saya akan sedikit mencuplik pembahasan di halaman 3, dengan judul Amerika Ada Karena Indonesia. Seperti kita tahu, Amerika kini menjadi negara adikuasa satu-satunya di dunia, mengalahkan negara-negara Eropa bekas kolonialis, seperti Inggris, Portugis, Perancis, dan Belanda. Sejarah umum selama ini mencatat bahwa benua Amerika ditemukan oleh pelaut Spanyol, Christopher Colombus, karena ketidaksengajaan. Yang banyak orang tidak tahu adalah fakta bahwa India, yang disebut-sebut sebagai daerah yang menjadi tujuan awal Colombus bisa jadi adalah Indonesia. Bagaimana penjelasannya? Dalam buku The Life and Voyages of Christopher Colombus dinyatakan bahwa Colombus pergi ke arah barat mencari Atlantis dan taman Eden. Kini sebagaimana kita ketahui, Indonesia dipercayai sebagai tempatnya Atlantis. Nama Indonesia sendiri berasal dari bahasa Latin, Indu (India) dan bahasa Yunani, Nesia (kepulauan). Nusantara (Indonesia) dulu dalam bahasa Inggris disebut Indie, dan bahasa Belandanya Indische.(hal. 4). Colombus sendiri berlayar untuk mencari rempah-remah, sedang Indonesia semenjak dulu sudah terkenal dengan kekayaan rempah-rempahnya. India sendiri hanyalah penghasil lada. (hal. 5).
Dalam pengupasan judul Lakhsmi Mittal Masuk Orang Terkaya di Dunia Karena Indonesia, kita disuguhkan fakta mencengangkan sekaligus ironis tentang betapa Indonesia dikeruk kekayaan alamnya oleh orang asing karena pengelolaan yang benar-benar salah. Di selipan renungan, ditulis bahwa sejarah mencatat begitu banyak bangsa dan orang asing yang menjadi kaya raya karena Indonesia. Sebut saja Belanda yang pernah menjajah Indonesia, Singapura yang menjadi mediator transaksi yang sebagian besar untuk dan dari Indonesia. (hal. 81-82).
Penemuan obat malaria juga mencatat peran penting Indonesia. Dalam buku-buku sejarah ilmu pengetahuan, Franz Wilhelm Junghuhn disebt sebagai penemu pil kina. Padahal sesungguhnya ia bukanlah penemu kina namun perintis budi daya kina. Ia memilih Pegunungan Malabar, Pengalengan, Bandung, Indonesia pada tahun 1857. Terbukti pilihannya tepat di saat Mesir dan Aljazair gagal melakukannya di Aljazair.(hal.61). Fakta ini sekaligus menyeret kita pada fakta lain yang miris. Meskipun Indonesia kaya akan tanaman herba namun paten atas berbagai tanaman kesehatan dan kosmetik dimiliki bangsa lain. Indonesia adalah penghasil cokelat terbesar ketiga di dunia, namun tercatat Swiss dan Belgia sebagai penghasil cokelat berkualitas. Sebagai penghasil sawit tertinggi di dunia, Indonesia justru kerap kehabisan stok minyak goreng karena kebijakan ekspor tanpa memerhatikan kebutuhan dalam negeri. Arab Saudi tidaklah kaya karena melimpahnya minyak, namun karena mereka pintar menjaga posisi tawar atas kekayaannya. (hal. 63-64).
Masih banyak fakta-fakta menarik dan mencengangkan di dalam bab-bab buku ini sehingga terlampau panjang jika harus mengupasnya.

Kelebihan Buku
Buku ini menarik dari berbagai segi. Dari perwajahan, sampul dan kutipan sinopsis serta endorser di luar saja, bisa memantik keingintahuan pembaca untuk menuntaskan membaca buku ini. Buku ini juga dilengkapi dengan pembatas buku, selaiknya buku-buku terbitan AsmaNadia Publishing House lainnya. Bahasa yang digunakan juga sederhana, lugas, tidak bertele-tele sehingga tidak membuat kita bosan atau mengernyitkan dahi. Dari sisi EYD, buku ini juga sempurna. Layout yang menampilkan wajah berbeda-beda di beberapa halamannya sebagai pemanis dan pembeda, misalnya di bagian renungan, menjadi hiburan bagi mata pembaca. Bertebarannya kata-kata motivasi yang alami, tidak terkesan dibuat-buat, sebagai penutup tiap fakta sejarah yang disajikan juga merupakan unsur kuat dari isi buku ini. Salah satu kutipan favorit saya di buku ini adalah “Apa yang membuat kualitas pemuda di masa lalu berbeda dengan masa kini? Salah satunya pendidikan dan lingkungan. Pemuda masa lalu dibentuk oleh keadaan yang menyadarkan bahwa mereka harus berbuat sesuatu untuk masa depan. Pemuda masa kini dilenakan oleh lingkungan dan kurikulum pendidikan yang melupakan semangat perjuangan.” (hal. 146)

Sangat saya nantikan karya-karya berikutnya dari penulis sehingga mengubah pandangan miring mengenai pembelajaran sejarah.




2 komentar:

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube