Kamis, 17 Juli 2014

[resensi novel] Kisah Romansa Beda Budaya Dibalut Intrik Klasik

Posted by Menukil Aksara | 10:40:00 PM Categories:

Judul Novel                  : A Miracle of Touch
Penulis                         : Riawani Elyta
Penyunting                   : Yuliyono
Desain Sampul dan Isi : Marcel A.W.
Penerbit                        : Gramedia Pustaka Utama, 2013

    Kisah romansa dua anak manusia berlatar perbedaan, entah itu beda budaya, beda latar belakang sosial, bahkan beda keyakinan, dijejali intrik apik memang tema klasik yang tak lekang untuk diperbincangkan, pun dituliskan dalam novel. Kisah Siti Nurbaya, Tenggelamnya Kapal Van der Wijk, Romeo and Juliet, hingga Cinderella adalah contoh-contoh kisah cinta klasik yang masih dikenang tak tergerus oleh zaman.
    Novel yang menyuguhkan tema serupa dipoles dengan nuansa kekinian dan setting negara tetangga yang telah tersohor dihuni oleh penduduk multi etnisnya—Singapura—ini mencoba menyita minat pembaca lewat jalinan ceritanya.

Sinopsis
Talitha, seorang dietician berkewarganegaraan Indonesia yang menetap dan bekerja di Singapura tengah dihimpit oleh persoalan permohonan perpanjangan izin kerjanya yang terancam tidak dapat diperpanjang. Sebagai tumpuan ibu dan kedua adik perempuannya yang telah kehilangan kepala keluarga, Talitha memaksakan diri pada sebuah keputusan irasional dan nekat dengan menikahi Ravey, anak lelaki sulung keluarga Malhotra, berdasar kesepakatan simbiosis mutualisme. Namun selaiknya pernikahan yang tak dilambari ikatan kasih sayang yang kokoh, pernikahan semu Talitha dan Ravey menemui ujian demi ujian yang kian lama kian menyudutkan Talitha. Berawal dari sikap tak bersahabat yang nyata-nyata ditunjukkan oleh Laksmi Malhotra, sang ibu mertua, Talitha juga ditelikung oleh Mary Jane, seorang perempuan asing yang mengaku tengah menanti benih yang disemai Ravey dalam rahimnya. Klimaksnya, Ravey mengalami kecelakaan mobil yang nyaris menewaskannya disertai dugaan sabotase yang semestinya ditujukan demi menghilangkan nyawa Talitha. Ketegangan pun meruncing disusul dengan pengusiran Talitha dan menyisakan misteri terkait siapa sutradara di balik sabotase mematikan tersebut. Di belakang hari terbit kabar bahwa Laksmi Malhotra divonis mengidap depresi berat yang mengancam kesehatan jiwanya. Di antara lilitan masalah pelik ini, Talitha dan Ravey berupaya mempertahankan keutuhan pernikahan sekaligus menyambung kembali jalinan cinta mereka yang sempat pudar dan menggantung.

Isi Menarik Novel
    Ide cerita novel ini terbilang klasik, kisah cinta yang sempat dihinggapi perbedaan dan sulit menyatu, dibayang-bayangi ancaman dari pihak luar yang berupaya memisahkan. Karakter kedua tokoh utama, Talitha dan Ravey yang digambarkan rupawan secara fisik, dengan latar belakang ekonomi sang tokoh wanita yang lebih rendah, menguatkan tema klasik tersebut. Apalagi sang tokoh prianya berasal dari keluarga kaya raya yang mirip aristokrat dengan sifat-sifat yang kurang dewasa, cenderung seenaknya, dikuasai oleh orangtua, menjadi ciri khas dari karakter anak lelaki dari keluarga konglomerat. Ide pernikahan berdasarkan saling menguntungkan dan sebatas formalitas di awalnya lantas berubah menjadi cinta sesungguhnya menjadikan sang tokoh perempuan mirip karakter-karakter tokoh dalam telenovela atau melodrama klasik.
    Setting negara Singapura dengan keberagaman etnisnya menjadi daya tarik utama novel ini. Keluarga Malhotra mewakili budaya India yang masih kental dipadukan dengan budaya Indonesia dari keluarga Talitha. Penuturan-penuturan menggunakan bahasa Hindi dan Inggris, serta uraian-uraian singkat sambil lalu seputar budaya kedua bangsa membangun keotentikan setting cerita.   
    Intrik-intrik yang dirancang untuk membangun konflik bisa dikatakan sudah cukup lazim dan nyaris mudah tertebak—misalnya munculnya orang ketiga yang mengaku-ngaku hamil ataupun kawan lama yang lantas dituding mempunyai kedekatan khusus—kecuali bumbu-bumbu gangguan kejiwaan pada tokoh Laksmi yang cukup beda. Eksplorasi tokoh Ravey menurut saya masih kurang, termasuk detil masa lalunya, passion-nya pada seni, dan kesehariannya dalam bisnis keluarga, termasuk seluk-beluk bisnis itu sendiri. Selain itu, satu hal yang cukup mengganggu saya adalah tokoh Talitha yang dikisahkan masih memiliki darah campuran Indonesia-Prancis. Mengapa ia tak digambarkan saja sebagai perempuan pribumi yang mewakili budaya Indonesia seutuhnya dengan paras ayu khas Melayu? Toh perempuan pribumi yang ayu tak kalah cerdas dan mahirnya berbahasa asing jika dia mau. Bagaimanapun, imej cantik dan tampan dalam penokohan novel romantis klasik masih melekat kuat dalam novel ini, meski terdapat penekanan bahwa sang pria jatuh cinta lebih karena kecerdasan dan keberanian sang wanita (hal. 156).

Kelebihan dan Kekurangan Novel

Novel dengan ketebalan 234 halaman ini merupakan pemenang berbakat lomba novel amore Gramedia Pustaka Utama. Desain sampulnya yang berlukisan karikatur matahari mengingatkan saya pada lukisan henna di punggung tangan Talitha di pesta pernikahannya, sebagaimana dikisahkan di sebuah halaman (hal. 58). Warna latar sampul yang didominasi merah muda pucat dan ungu mengesankan kelembutan yang berpadu dengan kehangatan matahari. Dibonuskannya sehelai pembatas buku selalu menyenangkan bagi pembaca novel.
Warna multi etnis dan setting luar negeri menjadi keunggulan dari novel ini. Suguhan kerupawanan para tokohnya juga pemanis bagi penggemar novel-novel romantis, melambungkan imaji pembaca pada alam khayal yang nyaris sempurna laiknya dongeng-dongeng putri dan pangeran.
Saya cukup terganggu dengan munculnya banyak kata yang dipisah dengan tanda hubung dash (-), meski letaknya di tengah kalimat dan tidak sepatutnya dipisah. Bisa jadi ini kesalahan ketik dan kekurangcermatan penyuntingan. Menurut saya novel ini layak mendapat 4/5 bintang.



0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube