Senin, 14 Juli 2014

[resensi novel] Cinta dan Rindu Dalam Secangkir Kopi

Posted by Menukil Aksara | 5:03:00 PM Categories:

Judul Novel             : The Coffee Memory – Ketika aroma cintamu menyergapku
Penulis                    : Riawani Elyta
Penyunting              : Laurensia Nita
Perancang Sampul   : Satrio d’Labusiam
Penerbit                  : Bentang, Maret 2013

    Anda penyuka kopi? Apa makna kopi bagi Anda? Adakah dia sebatas minuman hangat peneman aktivitas membaca koran di tiap pagi? Ataukah dia menu utama kala sarapan tiba? Ataukah penghalang kantuk yang menyergap? Bagaimana jika filosofi kopi, dunia usaha yang mengitarinya, serta kisah hidup orang-orang di dalam dunia itu terangkai indah dalam tuturan novel? Jika Anda tergelitik untuk melongoknya, tak salah jika novel manis karya seorang novelis wanita yang telah cukup ternama, Riawani Elyta, ini menjadi pilihan utamanya.

Sinopsis
    Saat aroma kopi itu menjauh, kusadari bahwa kau tak mungkin kutemui lagi. Seperti aromamu yang terempas oleh butir udara, meninggalkanku dalam sunyi yang dingin.
    Adalah sepasang kekasih jiwa, Dania dan Andro yang mesti terpisah jarak dan waktu akibat sebuah kecelakaan tragis yang merenggut nyawa sang lelaki, Andro. Pasangan yang telah menikah dan dikaruniai seorang bocah lelaki bernama Sultan ini tengah dalam perjalanan bisnis ke Liwa kala kecelakaan terjadi. Andro pergi meninggalkan sel-sel kenangan sekaligus warisan berupa sebuah kafe kopi bernama Katjoe Manis di daerah pertokoan Nagoya, Batam. Tak ayal, Dania yang mendapati dirinya telah berubah status menjadi orangtua tunggal harus belajar menahan kerinduan kepada sang suami di tiap helaan kenangan yang terhirup sembari bangkit demi kelangsungan kafe Katjoe Manis. Kehadiran seorang Barry, barista baru pengganti posisi Andro lewat rekrutmen terbuka, menyelipkan setitik misteri sekaligus percik-percik warna segar dalam hidup Dania. Bukan itu saja, sebuah ancaman mengintip dari seorang Redi, kakak ipar yang culas, dan Pram, teman semasa SMA, yang mencuri-curi celah di masa sulit Katjoe Manis. Tanpa dinyana, Pram yang pernah menaruh hati pada Dania kala remaja dengan blakblakan menyatakan niatnya mempersunting Dania. Di tengah kegusaran Dania menerima pernyataan cinta Pram, sang putra semata wayang jatuh sakit dan kafe kebanggaannya terlalap api. Di saat inilah kehadiran Barry yang selalu setia mendampingi beserta para karyawan kafe menyuntikkan asa bagi Dania. Mereka membangun kembali Katjoe Manis dari nol. Di saat yang bersamaan, misteri seorang Barry yang ternyata mengenal baik Andro semasa hidupnya turut terkuak. Terkuak pula fakta bahwa Barry diam-diam mencintai Dania. Akankah Dania bersedia membuka hati sekali lagi untuk sekeping cinta? Siapakah yang akan dipilihnya, Pram atau Barry? Anda dapat menjumpai jawabnya di jalinan kisah cinta berbalut dunia kuliner dalam novel ini.

Isi Menarik Novel
    Di tiap pembuka babnya, tercantum sekotak nukilan manis yang berisi filosofi dan fakta menarik dari kopi, atau sekadar pernyataan romantis dari sebuah adegan di bawahnya yang ditampilkan di bagian atas halaman. Kutipan favorit saya antara lain di halaman 179, “Tidak ada yang lebih kuharapkan selain cinta yang sederhana. Hanya ada aku dan kamu, no one else.” Sedangkan filosofi kopi terfavorit datang dari pernyataan Barry, “Secangkir kopi itu... sesuatu yang membangkitkan kerinduan... Rindu yang sama pekatnya seperti warna asli kopi... (hal. 43)”
    Novel The Coffee Memory ini menawarkan warna berbeda dibandingkan dengan novel-novel Riawani Elyta lainnya. Selain karena topik kopi yang diangkat dari kegemaran sang penulis sendiri, judulnya juga dikatakan relevan dengan kerinduan yang telah dipendam sang penulis sejak lama. Ritme novel ini juga lebih ringan dan ngepop dibandingkan novel-novel penulis lainnya, dengan harapan para pembaca bisa menikmatinya dalam suasana tenang, santai, sembari ditemani secangkir kopi hangat.
    Kita tak sekadar dihibur dan dihanyutkan oleh kisah cinta di dalamnya, namun kita dapat pula mencecap inspirasi dunia bisnis kuliner di lembaran-lembarannya. Novel ini bertabur istilah-istilah dunia kopi dan barista, semacam: kopi luak, espresso fredo, coffee grinder, filter, shaker, shooter, latte-art, kopi tiam, coffee shop, tenant, kopi manggarai, cinnamon caramel coffee, peppermint coffee, ibrik, perkolator, vacuum brewer, french press, dan sederet nama-nama seputaran dunia kuliner lain. Selain itu ada satu kosakata yang membuat saya memicingkan mata lantas tergerak membuka KBBI, yaitu menghidu yang ternyata berarti mencium atau membaui.
    Alur cerita dan karakter-karakter di dalam novel ini entah mengapa membuat saya berpikir betapa menariknya jika seandainya novel ini divisualkan atau difilmkan, padahal saya nyaris selalu membenci jika novel kesukaan saya difilmkan.

Kelebihan dan Kekurangan Novel
    Novel setebal 234 halaman ini semenjak mata memandang, sampulnya telah memanjakan pembaca dengan kehangatan dan pesona secangkir kopi. Sampul berwarna dasar gelap dengan taburan gambar biji kopi, diselimuti lagi oleh selembar sampul kertas kayu dengan cuplikan pengantar sinopsis yang singkat namun mencuri hati. Satu hal lain yang selalu saya senangi dari sebuah buku—pembatas buku—terselip cantik di novel ini.
    Kesalahan penulisan ejaan nyaris tak terdeteksi, bahasanya pun mengalir indah tanpa berlimpah diksi yang puitis dan rumit. Alur cerita yang maju dengan sedikit kilasan-kilasan kenangan masa lampau di tengah-tengahnya membuat pembaca benar-benar menikmati sejalan dengan tujuan sang penulis untuk menciptakan suasana santai ketika membacanya. Satu hal yang cukup mengganggu saya adalah pemberian nama beberapa tokohnya yang kurang pas menurut saya selain kurang familiar maknanya di telinga saya, yaitu Andro dan Redi. Saya kurang paham maksud penulis memilih nama ini.
    Bagi penyuka dan penikmat kopi seperti saya, novel ini jelas akan mencuri hati dan takkan sudi menutup hingga lembar terakhir usai dibaca.
   

4 komentar:

  1. Duh jadi mupeng sama novelnya mbak. Nggak ada gratisan niy? *plaks
    Pinjeman deh? *plaks plaks
    Mbak, mau request resensi novelnya Dewie Sekar ato Tasaro Gk gitu? *plakkkkkSS
    Hebattt mbak!

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha... insya Allah Desember mau nikin give away hadiahnya buku-buku.. ditungguin aja ya, siapa tahu salah satunya novel ini :p

      Hapus
  2. serius? ditunggu selalu ya mbak.
    *nggaksabar

    BalasHapus

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube