Selasa, 22 Juli 2014

[review buku] Stupid Love Stories – Agar Tak Dibodohi Oleh Cinta

Posted by Menukil Aksara | 8:18:00 PM Categories:

Judul Buku                : My Stupid Love – Agar Cinta Tak Bikin Kau Gila
Penulis                      : Afifah Afra, Riawani Elyta, Linda Satibi, dkk
Penyunting Bahasa     : Aisyah Biru
Penata Letak             : Mas Liek
Desain Sampul          : Andhi Rasydan
Penerbit                    : Indiva, Januari 2014

Blurb
    Pasti lagi ada gempa bumi di hatimu.
    Lho, kok tahu sih?
    Iya, soalnya getarnya terasa hingga hatikyuh

    Beuhh... ngomongin soal cinta memang tak ada habis-habisnya. Ada yang langsung panas dingin, ada yang mendadak kesetrum, ada yang tiba-tiba melayang ke udara, lalu tersangkut di bulan dan nggak bisa kembali ke bumi. Cinta, konon memiliki energi luar biasa. Saking luar biasanya, sampai rambut yang awalnya lurus, akan jadi keriting saat dialiri cinta.

Sinopsis

    Cinta selalu bisa bikin gila. Juga bikin oon, alias menggerus separuh kecerdasan. Bagaimana bisa? Menurut para ahli, kalau sedang dibanjiri emosi, otak kita memang lebih mirip otak reptil ketimbang otak manusia. Ada sebuah peristiwa di otak yang disebut ‘Pembajakan Emosi’, yakni tindakan spontan tanpa mempertimbangkan logika—terhadap sebuah respon yang bersifat emosional. Inilah yang menyebabkan orang-orang yang sedang jatuh cinta seperti kehilangan kendali, bahkan cenderung menjadi stupid.  Meski demikian, cinta sesungguhnya bisa dikelola agar tidak membabi-buta. Cinta yang benar adalah cinta yang menghidupkan, menginspirasi, dan mendorong ke arah kebaikan. Tujuh penulis yang memiliki kepedulian terhadap remaja yang menuturkan kisah-kisah cinta stupid di dalam buku ini berharap pembaca bisa mengambil hikmah sehingga tidak salah langkah mengelola cinta.

Kisah-Kisah Ajaib dalam Buku

    Buku setebal 232 halaman ini memuat 12 kisah cinta menggelikan namun menginspirasi. Bahasa yang digunakan pun bahasa gaul ala remaja masa kini dengan celupan humor di sana-sini. Halaman pertama mengawal kisah lewat interogasi penuh motif oleh penulis Afifah Afra. Yang menjadi target tanya-jawab cinta kali ini adalah seorang laki-laki—sebut saja namanya Ferry—yang ‘ditodong’ untuk buka-bukaan terkait pengalaman ajaibnya menjadi seorang player. Sang mantan Don Juan ini sudah menikah dan benar-benar telah tobat. Dia mengisahkan awal mula petualangan cintanya di masa remaja lengkap dengan lika-liku pendekatan, penembakan, penolakan, hingga perselingkuhan. Menurut pengakuannya, perempuan-perempuan muda yang pernah dekat dengannya berbilang lebih dari sepuluh orang. Bermula dari dendamnya setelah ditolak oleh seorang gadis yang ditaksirnya, Ferry lantas ketagihan bergonta-ganti pacar dan teman dekat tanpa status jelas. Dan dari penuturannya pula terkuak bahwa salah satu penyebab utama petualangan cintanya adalah kekurangdekatannya dengan keluarga. Kehadiran seorang pacar dirasa bisa mengisi kekosongan akan kebutuhan seorang teman. Ironisnya, meski mantan playboy, Ferry mengaku tetap mendambakan seorang perempuan baik dan shalihah sebagai istri dan ini pun benar-benar terjadi, di mana istrinya sekarang adalah sosok jilbaber yang taat beribadah. Bila mendengar kisah ini tentulah kita akan eneg banget, padahal tak dipungkiri masih banyak playboy yang lebih sadis lagi perlakuannya pada perempuan di luar sana. Wawancara eksklusif di atas kemudian dijabarkan lebih lanjut oleh Afifah Afra dalam poin-poin penting yang melatarbelakangi lahirnya para playboy ini beserta karakter-karakter yang biasanya melekat pada diri mereka (hal. 7-44).
    Kisah-kisah selanjutnya mengupas habis fakta-fakta menyentil tentang cinta monyet, cinta yang menipu dan menjerumuskan. Misalnya kisah yang dituturkan oleh Riawani Elyta tentang seorang anak gadis yang salah mengartikan pengawasan ketat ayahnya sebagai pengekangan. Ia baru benar-benar tersadar kala seorang remaja lelaki yang sempat ia puja-puja menorehkan trauma dengan kebejatan yang nyaris merenggut kehormatannya (hal. 45-67).
    Kisah menarik lain dibingkai apik dengan humor menggelitik ditulis oleh Pipi Kaira. Kisah berjudul unik—‘Pacar Siri’—ini menyindir fenomena pergaulan yang salah di kalangan remaja masa kini. Pacaran menjadi bukti eksistensi diri dan sebuah hubungan saling menguntungkan sesaat belaka. Mempunyai lebih dari satu pacar seakan menjadi tren. Padahal satu pacar saja sudah mengantarkan pada dosa mendekati zina, apalagi lebih dan itu hanya untuk ajang bersenang-senang (hal. 149-154).
    Kisah-kisah berikutnya mengulik aneka fenomena masih terkait cinta yang membodohkan. Sebut saja kisah cinta pertama masa sekolah ‘Behelku Sayang Behelku Malang’ yang menyindir makna cinta yang begitu dangkalnya sebatas penampilan dan selera (hal.107-121). Juga kisah ‘My Stupid First Love’ seorang jilbaber aktivis dakwah yang terjerumus dalam pacaran terselubung dengan rekan satu organisasi (hal. 69-93).
    Di dalam buku ini para pembaca dari kalangan remaja akan cukup dimanjakan dengan istilah-istilah semacam woles, keles, cupu, move on, PHP, TTM, yang lekat dengan perbendaharaan bahasa anak muda. Diksi yang dipakai nyaris di semua kisah pun jauh dari kesan formal sesuai EYD laiknya buku-buku bacaan pada umumnya. Guyonan segar sekaligus menohok pun dapat ditemui, terutama di kisah ‘Pacar Siri’ dan ‘My Stupid First Love’. Beberapa penulisnya yang memang masih muda turut mendukung gaya penceritaan.

Keunggulan dan Kelemahan Buku
    Buku ini ringan, segar, sekaligus memberi pencerahan bagi pembacanya. Terdapat beberapa diksi unik yang dipergunakan, semisal klepas-klepus, petantang-petenteng, menekuklututkan, kluwuk, seneb, kolah, slulup, ngelangut, nyusruk, mobil damkar yang membuat kita mengernyit dan tertarik untuk menelisik maknanya. Pengajaran yang disodorkan oleh kisah-kisah dalam buku ini pun sangat dekat dengan dunia remaja yang nyata dibarengi pesan teguran tanpa suguhan yang njlimet dan membuat enggan untuk membaca. Desain sampulnya yang lucu, imut, didominasi warna kuning bersemu oranye menambah daya tarik pertama buku ini.
    Terkait kurang sempurnanya ejaan, salah pengetikan, dan kalimat yang kurang efektif, memang masih dijumpai di beberapa bagian buku. Hal ini barangkali bisa diperbaiki seandainya buku ini dicetak ulang.
    Bagaimanapun, buku ini patut mendapat apresiasi yang bagus sebagai bacaan mendidik untuk remaja Islam. Kalangan muda yang acapkali menjadi korban salah pergaulan dan kebebasan yang kebablasan patut memperhitungkan buku semacam ini sebagai bacaan mereka. Saya memberikan 3,5/5 bintang untuk kehadiran buku motiva remaja ini.
   


2 komentar:

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube