Selasa, 10 Juni 2014

Menulis, Sebuah Profesi Ataukah Kerja Sampingan

Posted by Menukil Aksara | 11:53:00 PM Categories:


              
foto google.com
              Tulisan ringan ini terinspirasi dari beberapa penulis yang menulis status terkait topik dalam judul di atas. Ada yang membedakan antara profesi penulis profesional dengan pemulis yang sekadar menjadikannya hobi. Bagi saya pribadi, saya tidak sepenuhnya setuju dengan pengkotak-kotakan tersebut. Memang benar, penulis profesional yang hendak atau telah menerbitkan tulisannya dalam bentuk buku, membutuhkan kerja sama dengan pihak penerbit, sehingga ia berbeda dengan penulis yang sekadar menulis tanpa mementingkan terbit tidaknya tulisannya di media.  Namun dari segi komitmen, keduanya bisa jadi sama. Seseorang yang menulis dengan niat menyalurkan uneg-uneg, pemikiran, kisah secara positif dan bisa diambil manfaat baik bagi dirinya maupun orang lain yang membaca (meski tidak dalam bentuk buku terbit), bisa jadi sangat berdedikasi dengan tulisannya. Di lain sisi, penulis yang telah dikenal lewat buku-buku terbitannya yang terpajang di toko-toko buku, bisa jadi kurang berdedikasi dalam artian hanya mengejar materi dan popularitas dari tulisannya.
                Suatu ketika saya membaca sebuah status dari seorang penulis yang bimbang antara menjadi full time author ataukah penulis dengan profesi tetap lain. Di lain waktu, ada pula penulis yang sekaligus seorang pekerja kantoran yang menyatakan dirinya sengaja tidak keluar dari pekerjaannya di kantor sebab ia mengaku mendapatkan banyak ide dari pergaulan dan kehidupannya sebagai wanita karir. Bagi saya pribadi, baik menjadi full time author maupun author yang merangkap pekerja atau wirausahawan tidak ada yang salah. Yang lebih penting menurut saya baik melepas profesi selain penulis atau tetap menjalani keduanya, akan membawa perbaikan kualitas tulisan yang lebih baik dan memotivasi kita untuk berdedikasi pada kualitas tulisan kita. Sebagai contoh, penulis yang merupakan ibu rumah tangga kemungkinan besar ide tulisannya berasal dari kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar, dan ini adalah hal yang bagus. Penulis semacam ini biasanya akan peka dengan fenomena-fenomena sosial kemasyarakatan dan hubungan antar anggota keluarga. Kelemahannya, bisa jadi dia kurang mengeksplorasi atau kurang mendapat waktu untuk mengeksplorasi ide-ide, kejadian di luar dunianya, contohnya dunia bisnis, dunia traveling, dunia politik, dan semacamnya. Begitu pula sebaliknya, penulis dengan latar belakang profesi lain semacam karyawan kantor, guru, dokter, akan lebih banyak mengeksplorasi ide dari profesinya namun bisa jadi kurang menyentuh ranah kehidupan keluarga dan masyarakat sekitar.
                Menurut hemat saya, eksplorasi ide di luar dunia masing-masing bisa dilakukan baik oleh full time author maupun penulis berprofesi lain, asalkan ada kemauan dan kesempatan. Seorang ibu rumah tangga yang seorang penulis bisa saja meluangkan waktu berwisata bersama pasangan atau keluarga disertai membuat catatan perjalanan yang detil yang merangkum jalur perjalanan, perkenalan dengan orang-orang baru di perjalanan yang bisa mencakup gaya hidup, budaya, dan peristiwa khusus. Bahkan catatan bisa dilengkapi peta, foto, dan catatan kuliner atau objek wisata. Catatan semacam ini jelas sangat berguna menciptakan ide-ide baru baik untuk naskah tulisan fiksi maupun non fiksi. Di lain pihak, penulis dengan profesi guru atau karyawan misalnya, bisa jadi tidak berkesempatan bepergian di waktu-waktu bebas. Hal ini bisa mengakibatkan kejenuhan dan buntunya ide-ide segar. Meski demikian, cara-cara lain masih bisa ditempuh, misalnya dengan mengajukan cuti atau berlibur di waktu=waktu liburan sekolah. Bisa juga menggali ide dengan membaca buku-buku karangan penulis lain dan mengunjungi toko-toko buku.
                So, mari kita jadikan menulis sebagai gaya hidup dan jiwa kita alih-alih sekadar gelar profesi tak berjiwa, sehingga saat menulis, pembaca tergugah oleh apapun yang kita tuliskan dan menggerakkannya menuju perubahan nyata yang positif.
               

0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube