Sahabat, enam belas tahun sudah berlalu semenjak pertama kita bertemu
Di kota rantau kala kita muda menjemput ilmu
Di rumah sewa kita bersepuluh meleburkan semangat nan menggebu-gebu
Kala raga rapuhmu terbaring lesu di tilam sempitmu dan air mata rahasia mengaliri kedua pipi bersihmu
Aku tahu diam-diam kau diamuk rindu pada ibumu
Yang hanya mampu kau sua lewat suara dan kau tunggu jumpa di hari raya
Namun tak secuil pun kata terlontar dari rintih kesakitanmu
Ada masa-masa kita saling berdiam enggan bertegur sapa
Kucoretkan aksara di helai kertas dengan gemuruh di dada
Kulerai tikai kuhanyutkan prasangka yang meraba-raba
Berharap esok kita ‘kan baik-baik saja kembali mengurai tawa
Sahabat, tlah terbang tinggi mengangkasa kedua sayapmu
Mengarungi samudera melintasi negara berbeda bahasa
Dan di kota kecil ini kuuntai kata bersemat rasa
Terentang rindu terbayang kenangmu di pelupuk mataku
Di kota rantau kala kita muda menjemput ilmu
Di rumah sewa kita bersepuluh meleburkan semangat nan menggebu-gebu
Kala raga rapuhmu terbaring lesu di tilam sempitmu dan air mata rahasia mengaliri kedua pipi bersihmu
Aku tahu diam-diam kau diamuk rindu pada ibumu
Yang hanya mampu kau sua lewat suara dan kau tunggu jumpa di hari raya
Namun tak secuil pun kata terlontar dari rintih kesakitanmu
Ada masa-masa kita saling berdiam enggan bertegur sapa
Kucoretkan aksara di helai kertas dengan gemuruh di dada
Kulerai tikai kuhanyutkan prasangka yang meraba-raba
Berharap esok kita ‘kan baik-baik saja kembali mengurai tawa
Sahabat, tlah terbang tinggi mengangkasa kedua sayapmu
Mengarungi samudera melintasi negara berbeda bahasa
Dan di kota kecil ini kuuntai kata bersemat rasa
Terentang rindu terbayang kenangmu di pelupuk mataku
Situbondo, 08/06/2014
0 komentar:
Posting Komentar