Judul Buku : Ibunda Para Ulama (Edisi Revisi)
Penulis : Sufyan bin Fuad Baswedan
Penyunting : Tim Pustaka Al-Inabah
Penerbit : Pustaka Al-Inabah, 2013
Ibu; sosok yang takkan pernah lekang oleh waktu pembahasannya. Ibu; sosok yang lewat rahimnya tiap insan dilahirkan ke dunia. Tak hanya itu, ibu juga yang menjadi pendidik dan pembimbing pertama tiap insan yang baru saja terlahir. Di lain sisi, Islam, tak diragukan lagi memberikan penghormatan dan peran mulia seorang ibu. Oleh sebab itu pulalah Islam memberikan perhatian besar terhadap penjagaan wanita agar dia layak menyandang tugas berat sebagai ibu. Seorang ibu yang shalihah, yang sedari awal disiapkan dengan baik menjadi madrasah bagi anaknya akan melahirkan generasi yang terdidik. Buku ini mengupas tentang penggambaran konkrit dari sosok wanita dari berbagai zaman yang telah menyuguhkan keberhasilan gemilang atas perannya sebagai sebaik-baik pendidik dan madrasah bagi anak-anaknya. Ya, merekalah ibunda para salafush shalih, para ulama, dan mujahid.
Penulis : Sufyan bin Fuad Baswedan
Penyunting : Tim Pustaka Al-Inabah
Penerbit : Pustaka Al-Inabah, 2013
Ibu; sosok yang takkan pernah lekang oleh waktu pembahasannya. Ibu; sosok yang lewat rahimnya tiap insan dilahirkan ke dunia. Tak hanya itu, ibu juga yang menjadi pendidik dan pembimbing pertama tiap insan yang baru saja terlahir. Di lain sisi, Islam, tak diragukan lagi memberikan penghormatan dan peran mulia seorang ibu. Oleh sebab itu pulalah Islam memberikan perhatian besar terhadap penjagaan wanita agar dia layak menyandang tugas berat sebagai ibu. Seorang ibu yang shalihah, yang sedari awal disiapkan dengan baik menjadi madrasah bagi anaknya akan melahirkan generasi yang terdidik. Buku ini mengupas tentang penggambaran konkrit dari sosok wanita dari berbagai zaman yang telah menyuguhkan keberhasilan gemilang atas perannya sebagai sebaik-baik pendidik dan madrasah bagi anak-anaknya. Ya, merekalah ibunda para salafush shalih, para ulama, dan mujahid.
Peran Ibu Dalam Mendidik Anak
Ibu berperan besar dalam membentuk watak, karakter, dan kepribadian anak-anaknya. Kecerdasan, keuletan, dan perangai seorang ibu menjadi faktor utama dalam mengukir masa depan anak. Termasuk ibu di sini adalah ibu susu. Oleh karena itu Rasulullah melarang para orang tua menyusukan bayi mereka pada wanita yang dungu, karena air susu dapat mewariskan sifat sang ibu. Dalam kitab ar-Raudhul Unuf disebutkan bahwa persusuan seperti hubungan darah (nasab), yang dapat mempengaruhi watak. (hal. 6-7)
Selain itu, menjadi kewajiban bagi tiap bapak terhadap anaknya untuk memilihkan ibu yang cerdas dan shalihah, diikuti dengan kewajiban memberikan nama yang baik dan mengajarkan tentang Al-Qur’an. (hal. 9)
Kriteria Ibu Yang Baik Dalam Islam
Dalam hal ini Al-Qur’an telah menentukan karakter seorang ibu yang baik melalui surah An Nisaa’: 34:
“... Maka wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka... “ (hal.14)
Utsman bin Affan ra. pernah pula berpesan terkait hal ini:
“Wahai anak-anakku, sesungguhnya orang yang hendak menikah itu ibarat orang yang hendak menyemai benih; maka hendaklah ia memperhatikan di mana ia akan menyemainya. Dan ingatlah bahwa (wanita yang berasal dari) keturunan yang buruk jarang sekali melahirkan keturunan yang baik; maka pilihlah terlebih dahulu meskipun sejenak.” (hal. 16)
Kisah-kisah para ibunda shalihah dalam buku ini terbagi menjadi tiga bab, yaitu Ibunda Para Ulama Salaf, Ibunda Para Ulama Masa Kini, dan Ibunda Para Mujahid (sebagai bonus akhir buku).
Ibunda Para Ulama Salaf
Bab ini membahas mengenai kisah keteladanan dari para ibunda ulama dari generasi terdahulu. Di antara mereka adalah ibunda dari Anas bin Malik ra., ibunda dari ‘Urwah bin Zubair, ibunda dari Hasan al-Bashry, ibunda dari hasan bin Shalih bin Huyai, ibunda dari Rabi’ah bin Abi Abdirrahman, ibunda dari Imam asy-Syafi’i, nenek dari Umar bin Abdul Aziz, pesan ibunda Muhammad bin Abdurrahman al-Makhzumy, ibunda Sufyan ats-Tsauri, ibunda Imam Ali Ibnul Madiny, dan ibunda Muhammad bin Abdillah ad-Diebaj.
Saya akan kutip satu kisah dari ibunda Anas bin Malik ra. dalam bab ini. Dalam sebuah riwayat dikisahkan; ketika Rasulullah Saw tiba di Madinah, Anas bin Malik ra. berumur delapan tahun. Ibundanya menuntunnya menghadap Rasulullah Saw seraya berkata : “Wahai Rasulullah, tak tersisa seorang Anshar pun kecuali datang kepadamu dengan hadiah istimewa. Namun aku tak mampu memberimu hadiah kecuali putraku ini. Maka ambillah dia dan suruhlah dia membantumu kapan saja engkau inginkan.”(hal.29)
Ummu Sulaym, sang ibunda Anas bin Malik dalam kisah di atas adalah salah satu wanita yang dikabarkan menjadi penghuni surga (dalam hadits riwayat Al-Bukhary dan Muslim). Beliau seorang wanita yang cerdas, penyabar, sekaligus pemberani. Keberaniannya dibuktikan dengan keikutsertaannya dalam perang Uhud dan Hunain. Ummu Sulaym juga meriwayatkan 14 hadits dari Rasulullah Saw. Beliau wafat di masa kekhalifahan Utsman bin Affan ra. Tak mengherankan jika wanita seutama ini melahirkan seorang Anas bin Malik ra. yang merupakan salah satu sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits, berilmu luas, berumur panjang, dan memiliki keturunan banyak dan harta melimpah yang diberkahi.
Ibunda Ulama Masa Kini
Kisah menarik dalam bab ini terlukis melalui kisah ibunda para ulama Mauritania. Mauritania, negara yang berada di benua Afrika ini ternyata telah melahirkan banyak ulama termahsyur berkat keilmuannya. Wilayah khusus yang dimaksudkan dalam buku ini bernama Syinqieth. Dikatakan bahwa menghafal kitab menjadi kebiasaan bagi penduduk di sana. Hal ini dilatarbelakangi oleh keterbatasan literatur ilmiah (kitab), sehingga mau tidak mau penduduk menghafalkannya di luar kepala jika ingin mempelajarinya. Kebiasaan ini juga berlaku bagi kaum wanita sehingga bukan rahasia lagi wanita di sana memiliki kecerdasan dan kemampuan menghafal kitab yang luar biasa.
Salah satu ulama legendaris asal Mauritania adalah Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syinqiethy. Beliau seorang ulama besar di bidang ilmu Tafsir, Bahasa arab, Ushul Fiqih, dan syair. Beliau adalah seorang yatim yang dibesarkan oleh seorang ibu yang begitu menjunjung tinggi pentingnya pendidikan. Dikisahkan oleh beliau sendiri, “Ketika aku selesai menghafal al-Qur’an, aku mulai mempelajari rasmul Utsmani dan menjadi ahli di bidang ini mengungguli teman-teman sebayaku. Aku mendapat perhatian besar dari ibuku dan paman-paman dari pihak ibu. Mereka bertekad mengarahkanku untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu lain. Ibuku menyiapkan dua ekor unta; salah satunya mengangkutku dan kitab-kitabku, sedangkan satunya berisi uang saku dan bekalku. Aku ditemani seorang pembantu yang membawa beberapa ekor sapi.”(hal.225) Perlakuan ini rupanya menjadi motivasi kuat bagi Syaikh Muhammad asy-Syinqiethy untuk menuntut ilmu.
Ibunda Para Mujahid
Bab terakhir yang sarat hikmah dari buku ini salah satunya bertutur tentang seorang Nusaibah binti Ka’ab bin Amru bin Najjar al-Anshariyyah. Beliau adalah ibunda dari dua sahabat Nabi: Habib bin Zaid bin Ashim dan Abdullah bin Zaid bin Ashim. Nusaibah termasuk salah satu dari dua wanita yang turut serta dalam ba’iat Aqabah.
Keberaniannya tergambar dalam kisah kepahlawanannya di perang Uhud dan Yamamah. Dalam perang Uhud, beliau menderita 12 luka karena sayatan pedang maupun tusukan tombak. Tangannya pun terputus dalam keiikutsertaannya berperang di Yamamah. Nusaibah atau Ummu Umarah wafat di awal masa kekhalifahan Umar bin Khattab ra.
Kekurangan dan Kelebihan Buku
Buku ini merupakan edisi revisi di mana dikatakan bahwa penulis menambahkan beberapa maklumat tambahan yang didapat setelah buku sebelumnya telah terbit. Minimnya rujukan yang memuat kisah-kisah detil dan shahih terkait peran wanita dalam sejarah Islam menjadi kendala tersendiri bagi penulis . Namun agaknya kendala ini teratasi dengan cukup baik dengan banyaknya penulis membuka-buka Tarikh.
Kekurangan yang saya cermati cukup mengganggu adalah terkait diksi yang digunakan. Penulis hendak menyuguhkan kisah berkualitas sarat hikmah dengan bahasa yang mengalir dan tidak terlalu kaku. Di sisi lain, pemilihan diksi saya nilai terlalu ceroboh sehingga mengesankan bahasa yang tidak sesuai kaidah EYD dan kamus besar bahasa Indonesia. Contoh dari yang saya maksud ini antara lain : faktor penting yang membelakangi—seharusnya melatarbelakangi (hal.16), rasa sakitnya boleh jadi membikinmu—seharusnya membuatmu (hal.46), karena ia keburu meninggal—seharusnya ia terlebih dahulu dipanggil Allah (hal.181), dan beberapa kesalahan lainnya.
Karya manusia memang tiada sempurna, oleh karena itu buku ini bagaimanapun menjadi sumber rujukan keteladanan bagi kaum Muslimah yang rindu akan buku kisah hidup (biografi) para wanita shalihah. Buku ini tidak sekadar menyodorkan teori pendidikan namun mendorong lewat penggalan kehidupan nyata yang sangat inspiratif dan wajib ditiru. Di tengah derasnya serbuan pengidolaan tokoh wanita sekuler dan non Muslim, buku ini menjadi oase bagi jiwa yang haus akan keteladanan yang shahih.
Para perempuan luar biasa ya, Mak.
BalasHapusOya Mak, saya sudah mengerjakan PRnya tapi maaf saya lupa nama FBnya yang mana ya? kan gak sama nama FB sama nama Google Plusnya .... saya gak bisa menyingkronkan .. maaf yaah. Ini dia tulisan saya:
http://mugniarm.blogspot.com/2014/06/liebster-award-di-tahun-2014.html
Silakan dicek ya :)
iya, luar biasa. wah, maaf, kalau susah menemukan saya hehe.. segera meluncur ke TKP :))
Hapus