Judul Buku : Aku Sayang Nabi Muhammad
Penulis : Linda Satibi
Penyunting : Mastris Radyamas
Penata Letak : Puji Lestari
Desain Sampul : Andhi Rasydan
Ilustrator : Naafi Nur Rohma
Penerbit : Lintang (Kelompok Penerbit Indiva Media Kreasi)
Cetakan : Pertama, Juli 2014
Blurb
“Wah, cucu-cucu Mbah emang pintar! Sudah tahu kisah Raja Abrahah, ya?” tanya Mbah Wiwit.
“Aku, kan, pernah ikut pentas drama di sekolah. Aku jadi penduduk Makkah yang mengungsi ke bukit,” ucap Alfi bangga. Tangannya beralih ke singkong goreng yang empuk. Hmm... mak nyuss rasanya.
“Mengungsi? Kenapa?” tanya Salman.
“Kan, Makkah diserang pasukan Raja Abrahah. Mereka mau menghancurkan Kakbah!” jawab Alfi dengan tetap mengunyah.
“Tapi kata Bu Guru, pasukan Abrahah kalah. Semua mati, ditimpuk batu api sama burung-burung!” kata Salman.
“Burung ababil,” jelas Yasmin, malu-malu.
“Penduduk Makkahnya selamat, Mbah?” tanya Salman, berpaling ke arah kakeknya.
“Alhamdulillah selamat,” jawab Mbah Ishol.
Sinopsis
Petikan cerita di atas adalah salah satu isi kisah dalam buku “Aku Sayang Nabi Muhammad” ini. Tokoh cerita dalam buku ini adalah empat orang anak sebaya sekolah dasar yang bersaudara. Alfi dan Salman, kakak beradik yang sehari-harinya tinggal di perkotaan, berkunjung ke rumah kakek nenek mereka di pedesaan untuk berlibur. Di desa tinggal pula Om Amiq dan Tante Aida, serta Yasmin putri mereka sekaligus sepupu Alfi dan Salman. Om dan Tante juga mempunyai seorang anak asuh bernama Hadi, seorang yatim. Keseruan Alfi dan Salman selama berlibur inilah yang diangkat menjadi setting cerita. Kakek mereka—yang biasa disapa Mbah Ishol—dan istrinya Mbah Wiwit, Om Amiq, dan Tante Aida kerap menyelipkan kisah Nabi Muhammad dan para shahabatnya dalam keseharian. Tak heran, kemudian mengalirlah kisah-kisah menarik sarat hikmah yang selalu ditunggu-tunggu oleh keempat anak tersebut.
Di akhir masa liburan, Alfi dan Salman dijemput pulang dengan hati gembira karena menyimpan banyak kenangan indah selama berada di rumah kakek nenek mereka. Liburan kali ini menjadi liburan tak biasa.
Kandungan Bermutu Dari Buku
Buku yang ditulis oleh Linda Satibi, penulis yang berlatar belakang praktisi pendidikan anak-anak ini patut mendapatkan acungan jempol. Ide sederhana, liburan ke desa dan sirah Nabi Muhammad menjadi sebuah perpaduan yang apik dan manis di tangan penulis yang juga seorang ibu ini. Pengalaman penulis sebagai pendidik sekaligus ibu dari empat anak agaknya banyak berpengaruh dalam penggunaan gaya bahasa, gaya bercerita dan menyelami karakter anak-anak.
Kisah-kisah yang dinukil dari sirah Nabawiyah pun terjalin runut namun tetap logis dan manis dalam alur cerita yang mengalir ini. Tokoh-tokoh dewasa dalam cerita memang sengaja ditampilkan baik, sedikit banyak memahami agama sehingga diharapkan menjadi teladan bagi pembaca yang jelas segmennya adalah kanak-kanak. Sedangkan tokoh anak-anaknya alami, khas dengan tingkah polah usil, ceriwis, gemar bermain dan penuh rasa ingin tahu.
“Kan, Bu Guru sering cerita Nabi Muhammad. Katanya, waktu kecil, Nabi Muhammad pintar menggembala kambing. Seperti Kak Hadi.” (halaman 16)
Kutipan dialog di atas menceritakan Hadi yang tengah menggembala kambing-kambing milik keluarga dan tetangga. Dia terkadang iri dengan kawan-kawan sepermainannya yang sedang asyik menggiring bola kala dia sibuk dengan gembalaannya. Kemudian terbitlah kisah masa kecil Nabi Muhammad yang bernasib hampir serupa dengan Hadi namun tetap ceria.
“Ummi bilang, menyontek itu sama saja dengan berbohong. Karena kita tidak bisa menjawab soal, tapi seolah-olah bisa menjawab dari hasil menyontek. Nabi Muhammad, kan, selalu jujur. Dan kita harus mencontohnya.” Penggalan percakapan antara Yasmin dan Tuti, seorang teman mengajinya ini terdapat di halaman 129 dalam kisah berjudul “Dengan Sekolah, Ilmu Bertambah.” Kisah ini sangat sesuai menggambarkan fenomena yang biasa menimpa anak-anak usia sekolah, yang karena takut dimarahi orangtua, mereka lebih memilih menyontek alias tidak berlaku jujur. Maka nasihat pun terlontar dari Yasmin dan Alfi lewat penggalan kisah keteladanan hidup Nabi Muhammad.
Masih berderet kisah menarik dalam buku ini. Di atas hanyalah kutipan dua kisah yang saya suka, diantara 31 kisah. Hal-hal yang diangkat menjadi topik cukup lengkap, dari yang kecil semacam larangan berbohong, pentingnya belajar dan meraih ilmu, silsilah keluarga Nabi, aneka mukjizat kenabian, sampai ke kisah peperangan yang heroik di masa Nabi Muhammad dan para shahabatnya. Saya salut dengan kepiawaian sekaligus keberanian penulis dalam mengangkat masalah ringan hingga berat diiringi kekonsistenan gaya bahasa yang sederhana dan mudah dipahami anak-anak. Selain itu, buku juga dilengkapi dengan gambar ilustrasi menarik di beberapa halamannya sehingga tidak membosankan.
Rekomendasi
Buku yang sangat berharga ini sangat saya rekomendasikan bagi ibu-ibu yang hendak memberikan nutrisi bacaan berkualitas kepada anak-anak mereka si sela waktu bermain atau jelang tidur. Buku ini bisa juga menjadi media pembelajaran bagi praktisi pendidikan untuk dimasukkan dalam daftar bacaan atau koleksi perpustakaan. Saya berikan 5 bintang untuk buku yang nyaris tanpa cela ini. Saya menantikan karya penulis yang berikutnya sebagai sekuel dari buku ini. Selamat membaca
Aku suka mendongengkan dan bercerita pada ponakan2ku yg berusia 3-5 tahun.. Kayaknya buku ini bagus utk dijadikan bahan cerita pada ponakan2ku tersayang...
BalasHapusyap, memang bagus,Mbak. recommended pokoknya :) (y) hehe.. kalau baca ini ingat upin-ipin versi Indonesia
BalasHapusmakasiii Mbak Melani..
BalasHapusjazakillah yaa..
Sama-sama, Mbak Linda, wajazakillahu khair :)
BalasHapus