Jumat, 09 Mei 2014

[GA Cinta Monumental] Kesetiaan Cinta Dua Wanita

Posted by Menukil Aksara | 10:05:00 PM Categories:


           
           
foto google.com
           Kisah cinta tak pernah lekang oleh zaman untuk dituturkan. Manusia mempunya naluri untuk mencintai dan dicintai. Yap, cinta adalah anugerah dari Sang Maha Pencipta. Namun, tak semua cinta mampu bertahan melawan ujian yang menyerang kesetiaan. Maka berbahagialah mereka yang sempat merasakan cinta monumental, yang tak berakhir dengan berpisahnya raga dari dunia. Kisah yang hendak saya tuturkan ini merupakan dua kisah inspiratif yang sayang jika tak diabadikan. Keduanya saya angkat dari kisah nyata dua wanita yang saya kenal.
                Kisah pertama berasal dari seseorang—yang sebut saja bernama Inez—yang saya kenal sejak beberapa tahun silam. Inez dibesarkan dalam sebuah keluarga non-muslim. Perempuan berdarah Jawa ini terpanggil oleh hidayah dan mengikrarkan syahadatain di sebuah masjid ternama di Jakarta kala ia menginjak remaja. Tak lama setelah menyandang status mualaf, ia berkenalan dengan seorang pria lebih tua dan menikah di usia belia (usianya masih 16 tahun dan belum tamat SMA). Ibunya yang kurang setuju dengan kepindahan keyakinannya semakin tidak setuju lagi dengan pernikahannya. Dari pernikahannya ini, Inez dikaruniai seorang anak laki-laki. Malang baginya, suami yang ia kira sosok pengayom yang bertanggung jawab, ternyata tak lebih dari seorang penganut aliran sesat—yang telah difatwakan kesesatannya oleh MUI—yang bergaya hidup sangat tak wajar. Suaminya tak memberikan penghidupan yang layak bagi Inez dan anaknya. Mereka bahkan tak diberikan rumah yang layak, malah dipaksa hidup luntang-lantung di jalanan—bahkan di kandang hewan peliharaan. Pada akhirnya, Inez memutuskan berpisah dari suaminya dengan membawa serta anaknya. Ia sempat diteror oleh sang suami akibat hal ini. Ironisnya, Inez tak punya nyali untuk pulang ke rumah ibunya. Ia terpaksa menggelandang dan tidur di emperan-emperan toko bersama anaknya yang masih bayi kala itu. Syukurlah, kurang lebih setahun kemudian, ia dikenalkan dengan seorang pria baik nan shalih oleh seorang teman yang baru dikenalnya. Pria ini mau menerima kondisi Inez dan bersedia menikahinya. Mereka menikah secara sederhana. Sejak pernikahan keduanya ini, Inez mau berusaha membuka komunikasi lagi dengan ibu dan kedua adiknya. Tahun-tahun pun berganti, Inez dan suaminya dikaruniai tiga orang putra-putri. Pernikahan mereka harmonis meski hidup dalam kesederhanaan. Ketika anak keempat memasuki usia balita, sang suami mendapat pekerjaan baru sebagai sopir pribadi di kota lain dengan gaji yang lumayan. Musibah menguji mereka ketika suaminya mengalami kecelakaan serius yang menyebabkannya cacat dan tak mampu beraktivitas seperti sediakala. Di tengah beratnya ujian ini, Inez memutuskan untuk tegar dan mengambil alih sebagian besar kewajiban suaminya untuk mencari nafkah. Tak hanya itu, Inez memilih tetap meneruskan cita-citanya untuk belajar di bangku kuliah.
                Kisah kedua adalah cuplikan perjalanan hidup seorang perempuan muda—sebut saja namanya Asma. Usia Asma kala itu baru 20 tahun. Ia menikahi seorang pria muda sederhana nan shalih dan tengah menantikan kehadiran putra pertama. Tiba-tiba di tengah kebahagiaan itu, mereka dihantam badai ujian. Sebuah tragedi menewaskan suami Asma. Asma menjanda di usia muda dan anaknya—yang bahkan belum terlahir—menjadi anak yatim. Asma melahirkan sang putra dalam keadaan serba prihatin. Kebaikan Asma rupanya menarik hati seorang pemuda lajang berlatar belakang cukup mapan. Pemuda ini bermaksud meminang Asma. Tak disangka, lamaran itu ditolak secara halus. Rupanya, sebelum meninggal, almarhum suami Asma sempat berwasiat agar sepeninggalnya nanti Asma menikah kembali. Tak hanya itu, sang suami bahkan sudah menunjuk sahabatnya sebagai suami Asma dan menjadi penggantinya. Asma yang memang mencintai dan menghormati sang suami hingga akhir hayatnya, memilih taat pada wasiat itu. Maka menikahlah Asma dengan lelaki pilihan suaminya.
                Dua kisah di atas, bagi saya merupakan contoh sempurna dari kesetiaan dan ketulusan cinta. Saya pun memiliki kisah cinta saya sendiri. Tapi tak sebanding rasanya jika disejajarkan dengan kedua kisah di atas.

*Blogpost ini diikutsertakan dalam Lomba Blog CIMONERS di bawah ini


11 komentar:

  1. Hm, dua kisah cinta yg inspiratif.... Trimakasih sdh berpartisipasi di GA kami yaa... Oya, sdh follow blog kami, bukan? Salam Cimoners... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. sudah tentunya :D
      salam balik, terima kasih atas kunjungannya :)

      Hapus
  2. SubhanAllah, trenyuh banget bacanya! sangat inspiratif semoga sukses GAnya ya mba! salam kenal dari Cianjur!

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, apalagi ini beneran ada.. salam kenal balik dari jawa timur, terima kasih :)

      Hapus
  3. makasiiih sudah ikutaaaan....ah, saya jadi tergugu membacanya...cinta yang tulus memang tidak mudah yaaa...thanks for sharing it dan semoga menang GAnyaaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama-sama Mak.. hiks, iya, mereka wanita tangguh. nggak semua orang melewati ujian seperti itu.. aamiin :)

      Hapus
  4. Wah, kisah nyata kah? benar2 fenomenal dan monumental kisahnya...salam dari tamankata.com :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, alhamdulillah sempat mengenal wanita-wanita hebat seperti mereka.. salam balik dari menukilaksara :)

      Hapus
  5. aahh indah nian kisahnya mak, thanks for sharing it with us :)
    terima kasih atas partisipasinya ya :)

    BalasHapus
  6. Inspiratif :)
    SuksesGA nya mba :D

    BalasHapus

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube