Pada
sekitar pertengahan tahun 2007 silam, saya berkesempatan membersamai rombongan
mahasiswa Hongik University dari
Korea Selatan melakukan kunjungan ke Museum Nasional Indonesia. Rombongan yang
menggunakan jasa bus ini juga disertai dua orang dosen pembimbing. Merupakan suatu
hal yang sangat baik, menurut saya, jika dalam jadwal kunjungan mereka selama
di Bogor dan Jakarta, mereka menyempatkan kunjungan ke Museum NasionalIndonesia. Di mana, Museum Nasional Indonesia sendiri menjadi pembeda dari negara-negara
lain, yang barangkali telah mereka kunjungi, terutama dari segi isi yang
disuguhkan, yang mampu menjelaskan sejarah Indonesia sebagai sebuah negara dan
budaya. Mungkin mereka masih bisa menemukan taman bunga lebih indah daripada
Taman Bunga Nusantara di negara mereka sendiri, atau barangkali perkebunan the,
pegunungan, maupun objek wisata alam lainnya, namun tidak demikian dengan Museum
Nasional Indonesia.
Akses ke Museum Nasional sendiri
cukup mudah, karena letaknya yang strategis di pusat kota dan sarana
transportasi umum, seperti bus trans Jakarta pun mudah diakses dari gedung
Museum Nasional. Harga tiket pun terjangkau bagi pengunjung dan dibagi dalam
kategori-kategori, sehingga bisa disesuaikan dengan kondisi pengunjung
(anak-anak atau dewasa, turis domestik atau manca negara).
Aktifitas
dan Tour
Pelayanan
aktifitas dan tour merupakan suatu kegiatan yang menitikberatkan pada upaya
peningkatan apresiasi warisan budaya dan penyampaian informasi koleksi
Museum Nasional Indonesia kepada masyarakat luas, khususnya kalangan pelajar
dan mahasiswa. Kegiatan ini dilaksanakan antara lain berupa pelayanan pemanduan
(guidance) atau bimbingan (counseling) kepada pengunjung, baik
kepada pengunjung khusus (tamu negara, peneliti), maupun kepada pengunjung umum
(pelajar, mahasiswa dan masyarakat awam). Bidang Kemitraan dan Promosi akan
membantu dalam hal tersebut, jika perlu akan direkomendasikan atau dibantu oleh
kurator-kurator yang mengelola koleksi atau merawat koleksi.
Untuk keterangan lebih lanjut mengenai rencana kunjungan ke museum, hubungi Seksi Layanan Edukasi dengan nomor telpon : (021) 3868172 dan 3447778.
Untuk keterangan lebih lanjut mengenai rencana kunjungan ke museum, hubungi Seksi Layanan Edukasi dengan nomor telpon : (021) 3868172 dan 3447778.
MuseumNasional juga bekerja sama dengan Indonesian Heritage Society,
organisasi nonprofit yang membantu Museum Nasional terutama dalam hal pemanduan
(guidance) dalam bahasa non Inggris, dengan jadwal sebagai berikut :
English
tours - setiap hari sabtu kedua dan sabtu terakhir
setiap bulan.
French
tours - pukul 9:30 WIB setiap hari Rabu ketiga setiap
bulan.Korean tours - pukul 9:30 WIB setiap hari Selasa pertama dan Sabtu ketiga setiap bulan.
Japanese tours - pukul 9:30 WIB setiap hari Selasa dan Sabtu pertama setiap bulan.
Tour dalam bahasa-bahasa lain disediakan atas permintaan.
Untuk tour di luar hari dan waktu yang dijadwalkan di atas, silakan kontak bagian perpustakaan
Museum Nasional Indonesia
Dulu – Sejarah
Eksistensi
Museum Nasional diawali dengan berdirinya suatu himpunan yang bernama Bataviaasch
Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, didirikan oleh Pemerintah Belanda
pada tanggal 24 April 1778. Pada masa itu di Eropa tengah terjadi revolusi
intelektual (the Age of Enlightenment) yaitu dimana orang mulai
mengembangkan pemikiran-pemikiran ilmiah dan ilmu pengetahuan. Pada tahun 1752
di Haarlem, Belanda berdiri De Hollandsche Maatschappij der
Wetenschappen (Perkumpulan Ilmiah Belanda). Hal ini mendorong
orang-orang Belanda di Batavia (Indonesia) untuk mendirikan organisasi sejenis.
Bataviaasch
Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG) merupakan
lembaga independen yang didirikan untuk tujuan memajukan penetitian dalam
bidang seni dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang-bidang ilmu biologi,
fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah, Berta menerbitkan hash
penelitian. Lembaga ini mempunyai semboyan "Ten Nutte van het Algemeen"
(Untuk Kepentingan Masyarakat Umum).
Salah
seorang pendiri lembaga ini, yaitu JCM Radermacher, menyumbangkan sebuah rumah
miliknya di Jalan Kalibesar, suatu kawasan perdagangan di Jakarta-Kota. Kecuali
itu ia juga menyumbangkan sejumlah koleksi benda budaya dan buku yang amat
berguna, sumbangan Radermacher inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya
museum dan perpustakaan.
Selama
masa pemerintahan Inggris di Jawa (1811-1816), Letnan Gubernur Sir Thomas
Stamford Raffles menjadi Direktur perkumpulan ini. Oleh karena rumah di
Kalibesar sudah penuh dengan koleksi, Raffles memerintahkan pembangunan gedung
baru untuk digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan untuk Literary
Society (dulu disebut gedung "Societeit de Harmonie").
Bangunan ini berlokasi di jalan Majapahit nomor 3. Sekarang di tempat ini
berdiri kompleks gedung sekretariat Negara, di dekat Istana kepresidenan.
Jumlah
koleksi milik BG terus neningkat hingga museum di Jalan Majapahit tidak dapat
lagi menampung koleksinya. Pada tahun 1862, pemerintah Hindia-Belanda
memutuskan untuk membangun sebuah gedung museum baru di lokasi yang sekarang,
yaitu Jalan Medan Merdeka Barat No. 12 (dutu disebut Koningsplein West).
Tanahnya meliputi area yang kemudian di atasnya dibangun gedung Rechst
Hogeschool atau "Sekolah Tinggi Hukum" (pernah dipakai untuk
markasKenpetai di masa pendudukan Jepang, dan sekarang Departemen
Pertahanan dan Keamanan). Gedung museum ini baru dibuka untuk umum pada tahun
1868.
Museum
ini sangat dikenal di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya penduduk
Jakarta. Mereka menyebutnya "Gedung Gajah" atau "Museum
Gajah" karena di halaman depan museum terdapat sebuah patung gajah perunggu
hadiah dari Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand yang pernah berkunjung ke
museum pada tahun 1871. Kadang kala disebut juga "Gedung Arca" karena
di dalam gedung memang banyak tersimpan berbagai jenis dan bentuk arca yang
berasal dari berbagai periode.
Pada
tahun 1923 perkumpulan ini memperoleh gelar "koninklijk"
karena jasanya dalam bidang ilmiah dan proyek pemerintah sehingga lengkapnya
menjadi Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen.
Pada tanggal 26 Januari 1950, Koninklijk Bataviaasch Genootschap van
Kunsten en Wetenschappen diubah namanya menjadi Lembaga Kebudayaan
Indonesia. Perubahan ini disesuaikan dengan kondisi waktu itu, sebagaimana
tercermin dalam semboyan barunya: "memajukan ilmu-ilmu kebudayaan yang
berfaedah untuk meningkatkan pengetahuan tentang kepulauan Indonesia dan
negeri-negeri sekitarnya".
Mengingat
pentingnya museum ini bagi bangsa Indonesia maka pada tanggal 17 September 1962
Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan pengelolaan museum kepada pemerintah
Indonesia, yang kemudian menjadi Museum Pusat. Akhirnya, berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, No.092/ 0/1979 tertanggal 28 Mei
1979, Museum Pusat ditingkatkan statusnya menjadi Museum Nasional.
Koleksi Museum Nasional
Indonesia
Museum Nasional sendiri memiliki
lebih dari 140 ribu koleksi yang siap mengajak pengunjungnya berkenalan dengan
budaya Indonesia dari masa ke masa. Koleksi terbagi menjadi empat kategori :
Prasejarah, Numismatic and Ceramic, Etnography, dan Archaeology.
Pengunjung memang tidak
diperbolehkan memotret koleksi budaya tersebut dengan kamera pribadi, namun
foto-foto koleksi dapat diakses di situs Museum Nasional. Pengunjung di Museum
Nasional dapat dengan mudah memahami latar belakang tiap koleksi, dengan
disediakannya keterangan di koleksi-koleksi tersebut, atau bertanya kepada
petugas untuk lebih jauh.
keris |
ruang eksibisi |
stupa |
singhasari mini |
Museum Nasional Indonesia
- Kini
Kini
Museum Nasional bernaung di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Museum
Nasional mempunai visi yang mengacu kepada visi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan yaitu "Terwujudnya Museum Nasional sebagai pusat informasi
budaya dan pariwisata yang mampu mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan
peradaban dan kebanggaan terhadap kebudayaan national, serta memperkokoh
persatuan dan persahabatan antar bangsa".
Visi
ini dituangkan dalam berbagai agenda dan events yang telah dan akan berhasil
digelar dalam waktu dekat ini. Sebagai contoh, adalah event Festival 236 Tahun MNI dan Hari Internasional
Museum yang menyuguhkan acara pembukaan, pameran promosi Museum Nasional
Indonesia, dalam rangka Festival Jakarta Museum Day, Pameran Potret Museum
Nasional Dulu, Kini, dan Akan Datang, Pertunjukan Kesenian, Pertunjukan Film, Pertunujukan
Video Mapping, Demonstrasi dan Workshop Kreativitas Budaya, Lomba Penulisan
Esai, Lomba Pembuatan Komik, Seminar Kekunaan Singhasari, dan Acara Puncak
Gebyar Festival 236 Tahun MNI dan Hari Museum Internasional.
Selain itu, tiap akhir pekan, Museum Nasional
Indonesia bekerja sama dengan Teater Koma menyuguhkan pentas seni mini
mengambil tema sejarah Indonesia dan mengambil setting ruangan di Museum
Nasional Indonesia. Hal ini tentu kian menarik perhatian dan bagus sebagai
salah satu peluang promosi kreatif. Gerakan Cinta Museum yang menghadirkan pemilihan Duta Museum juga merupakan alternatif promosi
dan menjamin keberlangsungan eksistensi dan kemajuan Museum Nasional di masa
mendatang.
pentas oleh teater koma di museum nasional |
Museum
Nasional Indonesia – Akan Datang
Di
masa mendatang, saya pribadi sangat mengharapkan Museum Nasional Indonesiamampu menjadi destinasi wisata utama yang melalui koleksi-koleksinya dan
berbagai event yang diselenggarakan akan menjadi penghubung bagi generasi
bangsa.
Perbaikan Dari Sisi Interior Gedung
Sebagai
destinasi wisata utama, Museum Nasional harus mampu menyuguhkan keunikan
arsitektur dan interior. Bisa diambil contoh Museum Louvre Paris yang dengan
arsitektur modern dan canggihnya mampu menyedot perhatian ribuan pengunjung
tiap harinya, bahkan digunakan sebagai setting novel dan film. Kelengkapan koleksi
di dalamnya tentu tak luput dari perhatian. Interior dapat ditingkatkan dengan
mengusung tema museum yang ramah keluarga atau ramah anak. Saya pernah menonton
sebuah drama dari negara tetangga yang di dalamnya terdapat ide setting sebuah
museum yang menyediakan suatu ruang khusus anak dengan desain furniture lengkap
yang berwarna-warni berbahan ramah anak yang tentunya menyedot perhatian tiap
kanak-kanak yang berkunjung. Ide ini dapat diperkuat dengan aneka permainan yang
mengusung aktivitas fisik melatih motorik anak yang bertema sejarah atau
petualangan budaya. Juga buku-buku bergambar yang mendukung penjelasan koleksi
museum, yang dikhususkan bagi pengunjung anak-anak. Keamanan pengawasan dalam museum sendiri juga
tak boleh luput dari perhatian demi terjaminnya rasa aman anak.
Perbaikan
dari segi penataan ruang, dekorasi, pencahayaan, dan sebagainya juga harus
selalu ditingkatkan mengingat tiap masa akan selalu ada perubahan opini dari
pengunjung. Tak ada salahnya jika pihak manajemen mengakomodir tiap usulan yang
masuk demi perbaikan museum.
Perbaikan Dari Sisi Publisitas
Saya memperhatikan bahwa situs Museum Nasional
sendiri sudah cukup menarik keberadaannya sebagai situs resmi yang menjadi
penyedia informasi utama. Namun dilihat dari update di kanal news, dan lainnya,
terlihat bahwa situs kurang mendapat perhatian khusus. Hal ini teramat
disayangkan, bahwa meskipun terdapat juga laman Fanspage di jejaring sosial,
namun hendaknya situs resmi tidak boleh sampai tersisihkan.
Publisitas kreatif yang bisa membuka jalur alternatif
lain contohnya kerja sama dengan teater koma, perlu dipertahankan. Selain itu,
saya melihat dokumentasi museum masuk mall, sebuah kegiatan promosi kreatif
bersama museum lain yang mengusung tema santai dengan mengenalkan museum
sebagai tujuan liburan akhir pekan keluarga selain mall. Kegiatan seperti ini
sangat bagus dan perlu ditingkatkan.
Saluran kerja sama promosi lain bisa diraih melalui
hubungan baik dengan para blogger dan komunitas=komunitas yang menaungi. Blogger
kini telah menunjukkan kekuatannya lewat tulisan-tulisan yang bisa diakses oleh
jutaan pembaca dan tak terbatas ruang dan waktu. Adakan aneka event yang
melibatkan para blogger dengan mengusung tema museum nasional. Event kunjungan
museum nasional secara rutin juga bisa membidik kalangan blogger reporter. Kalangan
lain yang potensial untuk sasaran kerja sama adalah penulis beserta penerbit,
seniman film dan rumah produksi. Tidak dapat dipungkiri, masa sekarang,
masyarakat telah mulai menggemari buku dan membentuk komunitasnya sendiri. Banyak
juga penulis-pnulis muda handal yang bermunculan. Demikian pula halnya dunia
perfilm-an yang telah bangkit dan berusaha mencari jati diri terbaiknya. Setting
cerita di museum tentulah amat menarik diangkat dalam sebuah novel sejarah atau
film petualangan dan drama sekalipun. Kita tentu masih ingat keberhasilan Dan
Brown mengangkat sejarah dan rahasianya dalam sebuah novel laris.
Untuk meningkatkan penyebaran pengunjung, ada
baiknya pihak manajemen juga memperbesar peluang sekolah-sekolah bagi anak-anak
kurang mampu atau yayasan panti asuhan untuk dapat melakukan kunjungan gratis
atau mendapat keringanan secara teratur. Ini merupakan investasi jangka panjang
yang diharapkan bisa menjadi kebaikan di masa mendatang bagi bangsa.
Saya
sangat berharap tulisan saya ini memberikan sumbangsih meskipun sedikit dan
membantu perbaikan ke arah positif bagi Museum Nasional Indonesia. Jadi,
selamat hari museum internasional dan hari ulang tahun yang ke-236 bagi Museum
Nasional Indonesia. Budayakan berkunjung ke museum sebagai sebuah arena liburan
sekaligus penghubung budaya antar generasi mulai sekarang.
*Foto-foto dari koleksi situs Museum Nasional Indonesia
Blogpost esai ini diikutsertakan dalam Lomba Esai Blog Museum Nasional Indonesia
Mbaaa, minta alamat pengiriman dong. Mba Lani dapet 1 buku dari Bandung Diary. Saya udah kirim pesen di google hangout & komen di KEB. Hiks...
BalasHapuswaduh, maaf, maaf, mbak, pemberitahuannya di KEB ketindih ma yg lain sepertinya, nggak kebaca. hang out error hehe... saya sudah kirim pesan via inbox fb atas nama Hana Mahdiyyah (itu akun fb saya hehe...)
Hapusmakasih ya udah dikasih tahu di sini :)