foto google.com |
Kisah pertama berasal dari seseorang—yang sebut saja
bernama Inez—yang saya kenal sejak beberapa tahun silam. Inez dibesarkan dalam
sebuah keluarga non-muslim. Perempuan berdarah Jawa ini terpanggil oleh hidayah
dan mengikrarkan syahadatain di sebuah masjid ternama di Jakarta kala ia
menginjak remaja. Tak lama setelah menyandang status mualaf, ia berkenalan
dengan seorang pria lebih tua dan menikah di usia belia (usianya masih 16 tahun
dan belum tamat SMA). Ibunya yang kurang setuju dengan kepindahan keyakinannya
semakin tidak setuju lagi dengan pernikahannya. Dari pernikahannya ini, Inez
dikaruniai seorang anak laki-laki. Malang baginya, suami yang ia kira sosok
pengayom yang bertanggung jawab, ternyata tak lebih dari seorang penganut
aliran sesat—yang telah difatwakan kesesatannya oleh MUI—yang bergaya hidup
sangat tak wajar. Suaminya tak memberikan penghidupan yang layak bagi Inez dan
anaknya. Mereka bahkan tak diberikan rumah yang layak, malah dipaksa hidup
luntang-lantung di jalanan—bahkan di kandang hewan peliharaan. Pada akhirnya,
Inez memutuskan berpisah dari suaminya dengan membawa serta anaknya. Ia sempat
diteror oleh sang suami akibat hal ini. Ironisnya, Inez tak punya nyali untuk
pulang ke rumah ibunya. Ia terpaksa menggelandang dan tidur di emperan-emperan
toko bersama anaknya yang masih bayi kala itu. Syukurlah, kurang lebih setahun
kemudian, ia dikenalkan dengan seorang pria baik nan shalih oleh seorang teman
yang baru dikenalnya. Pria ini mau menerima kondisi Inez dan bersedia
menikahinya. Mereka menikah secara sederhana. Sejak pernikahan keduanya ini,
Inez mau berusaha membuka komunikasi lagi dengan ibu dan kedua adiknya. Tahun-tahun
pun berganti, Inez dan suaminya dikaruniai tiga orang putra-putri. Pernikahan mereka
harmonis meski hidup dalam kesederhanaan. Ketika anak keempat memasuki usia
balita, sang suami mendapat pekerjaan baru sebagai sopir pribadi di kota lain
dengan gaji yang lumayan. Musibah menguji mereka ketika suaminya mengalami
kecelakaan serius yang menyebabkannya cacat dan tak mampu beraktivitas seperti
sediakala. Di tengah beratnya ujian ini, Inez memutuskan untuk tegar dan
mengambil alih sebagian besar kewajiban suaminya untuk mencari nafkah. Tak hanya
itu, Inez memilih tetap meneruskan cita-citanya untuk belajar di bangku kuliah.
Kisah kedua adalah cuplikan perjalanan hidup seorang
perempuan muda—sebut saja namanya Asma. Usia Asma kala itu baru 20 tahun. Ia menikahi
seorang pria muda sederhana nan shalih dan tengah menantikan kehadiran putra
pertama. Tiba-tiba di tengah kebahagiaan itu, mereka dihantam badai ujian. Sebuah
tragedi menewaskan suami Asma. Asma menjanda di usia muda dan anaknya—yang bahkan
belum terlahir—menjadi anak yatim. Asma melahirkan sang putra dalam keadaan
serba prihatin. Kebaikan Asma rupanya menarik hati seorang pemuda lajang berlatar
belakang cukup mapan. Pemuda ini bermaksud meminang Asma. Tak disangka, lamaran
itu ditolak secara halus. Rupanya, sebelum meninggal, almarhum suami Asma
sempat berwasiat agar sepeninggalnya nanti Asma menikah kembali. Tak hanya itu,
sang suami bahkan sudah menunjuk sahabatnya sebagai suami Asma dan menjadi
penggantinya. Asma yang memang mencintai dan menghormati sang suami hingga
akhir hayatnya, memilih taat pada wasiat itu. Maka menikahlah Asma dengan
lelaki pilihan suaminya.
Dua kisah di atas, bagi saya merupakan contoh
sempurna dari kesetiaan dan ketulusan cinta. Saya pun memiliki kisah cinta saya
sendiri. Tapi tak sebanding rasanya jika disejajarkan dengan kedua kisah di
atas.
*Blogpost ini diikutsertakan dalam Lomba Blog CIMONERS di bawah ini
Hm, dua kisah cinta yg inspiratif.... Trimakasih sdh berpartisipasi di GA kami yaa... Oya, sdh follow blog kami, bukan? Salam Cimoners... :)
BalasHapussudah tentunya :D
Hapussalam balik, terima kasih atas kunjungannya :)
SubhanAllah, trenyuh banget bacanya! sangat inspiratif semoga sukses GAnya ya mba! salam kenal dari Cianjur!
BalasHapusiya, apalagi ini beneran ada.. salam kenal balik dari jawa timur, terima kasih :)
Hapusmakasiiih sudah ikutaaaan....ah, saya jadi tergugu membacanya...cinta yang tulus memang tidak mudah yaaa...thanks for sharing it dan semoga menang GAnyaaa...
BalasHapussama-sama Mak.. hiks, iya, mereka wanita tangguh. nggak semua orang melewati ujian seperti itu.. aamiin :)
HapusWah, kisah nyata kah? benar2 fenomenal dan monumental kisahnya...salam dari tamankata.com :)
BalasHapusiya, alhamdulillah sempat mengenal wanita-wanita hebat seperti mereka.. salam balik dari menukilaksara :)
Hapusaahh indah nian kisahnya mak, thanks for sharing it with us :)
BalasHapusterima kasih atas partisipasinya ya :)
Inspiratif :)
BalasHapusSuksesGA nya mba :D
terima kasih sudah membaca :)
Hapus