Mabuk Deadline
“Hendak
ke rental lagi, La?” tanya seorang kakak kelas menjawab pamitku.
“Iya,
Mbak, mau dinas dulu nih, dikejar deadline,” jawabku ringan.
Akhir
semester itu musimnya panen tugas akhir. Bagi mahasiswi rantau kere sepertiku,
komputer adalah barang mewah tak terjangkau. Jadilah rental harapan
satu-satunya. Biasanya sih masih bisa pinjam, tapi saat ini semua orang
mendadak egois.
Besok
laporan harus diserahkan. Esok pula pemberangkatan Kuliah Kerja Profesi (KKP)
ke daerah. Bagaimana dengan naskah cerpen yang wajib setor juga? Bismillah,
akan beres semua malam ini, biidznillah; tekadku optimis.
Ketikan
demi ketikan selesai. Saat telah di ujung eksekusi, kulirik jam dinding rental.
“Subhanalloh, sudah dini hari!” pekikku dalam hati.
Panik,
kukemasi perlengkapan tempurku, Seusai membayar, setengah berlari aku menjauhi
rental 24 jam itu menuju rumah kos. Aku belum berkemas untuk KKP.
“Lala,
ayo naik, di sini bis kita!” teriak seorang teman sekelompokku.
Begadang
membuat mataku mutlak tak terpejam. Waktu tersisa kugunakan untuk berkemas
semata. Kepalaku pening, bulir keringat dingin menetes satu persatu, diikuti
rasa mual yang memberontak.
“Lala,
kamu muntah?”sekonyong-konyong Nur berteriak panik ke arahku.
“Ya
Alloh, mengapa harus saat ini?” aku menangis dalam hati.
Mati-matian
aku menahan laju mualku, tapi mabuk daratku enggan mengalah. Perutku serasa
dikocok dan dipelintir. Alhasil, sepanjang perjalanan aku hanya mampu pasrah.
Bahkan sesampainya di kantor kecamatan dan desa tujuan, aku hanya mampu
terduduk lunglai dengan muka seputih kain kafan. Sambutan dari para pejabat pun
tak terdengar membosankan, karena memang tak sampai ke sumbu otakku.
“Sial
betul aku hari ini,” rutukku dalam hati.
Entah
rasa sakit atau malu yang lebih patut kucemaskan. Yang jelas, dalam rombongan
ini ada satu mahasiswa yang diam-diam kusukai selama ini. Aku berharap dia tak
menyadari keberadaanku, berkebalikan dengan hari-hari sebelum ini. Sungguh
ironis.
“Ya Alloh, Yang Maha Pemurah, satu-satunya
pelipur lara hamba saat ini adalah lolosnya
naskah cerpen hamba dalam kompetisi menulis,” pintaku sepenuh jiwa raga sembari
mengaminkan sendiri doaku.
0 komentar:
Posting Komentar