Hit
and Run
Sudah sejam Dian meringkuk di sofa.
“Serius amat, Kak. Buka apa?”
“Sst, gue lagi hunting produk
kecantikan.”
Dini mengangkat bahu.
“Ini produk asli kan? Ada jaminan
uang kembali?”
“Kita tidak menjual produk palsu Sis, malah nggak tahu krim palsu itu
yang bagaimana.”
“Ok, deal. Transfernya ke mana?”
“Gue
ngiler nih lihat displaynya,” mata
Dian tak berkedip menatap layar.
“Ikut ngintip dong.”
“Mupeng
banget ankle boots dan wedge heels ini.”
“Jangan kalap, Kak. Bulan lalu lu udah beli sepasang,” Dini
geleng-geleng kepala.
“Din, ke Dian Pelangi butik yuk!”
“Lu
mau belanja gaun buat lusa ya?”
Dini manut saja, apalagi dijanjikan
bonus. Menurut kakaknya dia bermata jeli seorang fashion stylish.
“Mbak, saya nggak jadi pre order gamis alluranya.”
Tak ada balasan, tapi pesan telah
dibaca. Dian tersenyum kecut.
“Ukuran 39 model flat ini masih ready?”
“Masih satu lagi.”
“Kalau oxford merah harus pre order
ya? Ready stock model oxford yang mana?”
“Yang merah ada ukuran 39, lainnya harus
pre order. Silakan diborong.”
“Saya pikir-pikir dulu ya. Nanti dikabari.”
Dini memperhatikan kakaknya yang bersantai
di kamar.
“Lu
nggak online seharian ya, Kak?”
“Iya, nggak ada yang menarik.”
Padahal Dini tahu kakaknya sedang
bermasalah dengan beberapa olshop,
akibat hit and run.
0 komentar:
Posting Komentar