Penulis : Nurudin
Penyunting : Wina Ekamawati
Pengantar : Arief Santoso
Penerbit : CESPUR, 2003
Bagi para penikmat buku, membaca sebuah buku yang baik adalah sebuah kebutuhan. Mereka bisa saja menganggarkan sejumlah dana khusus untuk membeli buku-buku keluaran terbaru. Lantas dari manakah mereka mendapatkan informasi mengenai layak tidaknya sebuah buku untuk dibaca bahkan dibeli? Mengandalkan sinopsis dari pihak penerbit atau testimoni dari teman adalah cara-cara yang lazim digunakan. Cara lain yang cukup dapat dipercaya adalah dengan membaca resensi buku di media massa. Bagaimana jika Anda sebagai pembaca ingin juga meresensi buku tertentu alih-alih hanya menganggurkannya sehabis dibaca? Maka buku ini bisa menjadi panduan yang bagus tentang langkah-langkah meresensi buku.
Bab pertama buku ini menyuguhkan fakta tentang rendahnya minat baca masyarakat Indonesia saat ini. Budaya baca disebutkan masih terkalahkan oleh budaya lihat dan dengar. Bagi kalangan yang telah membudayakan membaca, ada dua kemungkinan hal yang hendak diraih. Pertama, memenuhi kebutuhan ruhani pikirannya. Kedua, membaca untuk meresensi. Untuk yang kedua, tujuannya antara lain memberikan informasi atau pemahaman komprehensif tentang apa yang terungkap dalam buku, mengajak diskusi lebih jauh mengenai permasalahan dalam buku, memberi pertimbangan atas kelayakan sebuah buku, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin timbul ketika melihat sebuah buku yang baru terbit, dan memberikan arahan pada pembaca dalam memilih buku. Bab kedua buku lebih berbincang mengenai keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dengan meresensi buku. Bab ketiga buku ini berisi langkah-langkah yang musti diambil sebelum mengeksekusi resensi. Peresensi dapat bertanya pada orang yang lebih berpengalaman mengenai seluk beluk resensi, melakukan survei ke toko buku, menggali kebijakan media terkait kolom resensi masing-masing, dan membangun hubungan yang intim dan akrab dengan buku yang hendak diresensi.
Bab ketiga dan keempat dari buku ini memaparkan teknis resensi yang menjadi topik utama dari buku ini. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Kedua terbitan Balai Pustaka dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1991), kata “resensi” berarti pertimbangan atau pembicaraan buku, ulasan buku yang baru terbit. Dari definisi itu, sebenarnya sudah terkuak tiga elemen dasar kegiatan resensi. Yakni adanya teks buku, adanya unsur waktu baru, dan adanya pertimbangan atau penilaian (hal.x). Dalam bab keempat disarankan agar peresensi memilih buku yang sekiranya sesuai dengan minat dan kompetensinya. Setelah pilihan dijatuhkan, peresensi menuju pada tahap membaca dan memahami tubuh buku. Sebagai peresensi yang baik, ia harus menguasai teknik membaca skimming, dengan menemukan ide utama tiap paragraf. Memahami tubuh buku juga dilakukan dengan membaca pengantar buku, yang biasanya berisi ilustrasi singkat, ringkasan, dan maksud ditulisnya buku tersebut. Bandingkan pula buku tersebut dengan buku-buku lain bertema sama atau yang ditulis oleh penulis yang sama. Peresensi akan bisa membandingkan kelebihan dan kekurangan buku. Kekurangan buku sendiri bisa muncul dari sisi kesalahan cetak, penerjemahan yang kurang pas, pembahasan yang kurang akurat, dan data atau analisis yang kurang tajam. Resensi buku dapat ditulis dalam berbagai bentuk gaya. Adapun gaya resensi yang umum antara lain dengan meringkas dalam bahasa yang padat dan singkat disertai kesimpulan, menjabarkan isi buku yang masih terlampau rumit dipahami, membandingkan buku dengan buku lain yang senada dan mencari benang merahnya, memberi penekanan ide utama--yang biasanya dilakukan pada buku kumpulan tulisan atau bunga rampai. Struktur sebuah resensi yang baik terdiri dari judul resensi itu sendiri—yang baiknya dipilih dari gaya bahasa ilmiah populer, pencantuman data buku (judul buku, penulis, penyunting, pengantar, dan penerbit), membuat prolog sebagai penarik perhatian pembaca resensi, mengemukakan secara eksplisit isi buku, mengutip kalimat asli dari isi buku, menilai arti penting buku bagi masyarakat, keistimewaan buku dari berbagai sisi, sistimatika pembahasan buku itu,dan memaparkan biodata penulis.
Begitu resensi selesai ditulis, peresensi masih memiliki tanggung jawab untuk melakukan editing yang hendaknya dilakukan beberapa waktu berselang. Peresensi bisa juga meminta bantuan orang lain untuk membaca naskah resensinya dan memberikan komentar. Jika masih ada komentar negatif, naskah bisa dikoreksi sebelum dikirim. Namun perlu diingat, jika komentar negatif berasal lebih dari satu orang, tak perlu merasa gagal dan urung mengirim naskah. Kirimkanlah naskah apa adanya dan sesegera mungkin. Ketika naskah telah dikirim, penting untuk menanyakan tentang kapan naskah akan dimuat. Hal ini remeh namun penting mengingat tenggat waktu sangat sensitiif dalam naskah resensi. Jika naskah tidak dimuat, peresensi bisa mengirimkannya pada media lain. Jangan mengirimkan naskah sekaligus ke lebih dari satu media massa.
Buku “Kiat Sukses Meresensi Buku di Media Massa” ini berukuran cukup kecil dan tidak tebal, namun isinya mewakili segala hal yang diperlukan dalam sebuah resensi yang baik. Oleh karena itu, saya pribadi merekomendasikan buku ini untuk semua pembaca yang hendak mengambil manfaat lain dari membaca sebuah buku. Mulailah meresensi buku yang telah Anda baca, karena ilmu itu lebih berfaedah jika disebarluaskan.
Penyunting : Wina Ekamawati
Pengantar : Arief Santoso
Penerbit : CESPUR, 2003
Bagi para penikmat buku, membaca sebuah buku yang baik adalah sebuah kebutuhan. Mereka bisa saja menganggarkan sejumlah dana khusus untuk membeli buku-buku keluaran terbaru. Lantas dari manakah mereka mendapatkan informasi mengenai layak tidaknya sebuah buku untuk dibaca bahkan dibeli? Mengandalkan sinopsis dari pihak penerbit atau testimoni dari teman adalah cara-cara yang lazim digunakan. Cara lain yang cukup dapat dipercaya adalah dengan membaca resensi buku di media massa. Bagaimana jika Anda sebagai pembaca ingin juga meresensi buku tertentu alih-alih hanya menganggurkannya sehabis dibaca? Maka buku ini bisa menjadi panduan yang bagus tentang langkah-langkah meresensi buku.
Bab pertama buku ini menyuguhkan fakta tentang rendahnya minat baca masyarakat Indonesia saat ini. Budaya baca disebutkan masih terkalahkan oleh budaya lihat dan dengar. Bagi kalangan yang telah membudayakan membaca, ada dua kemungkinan hal yang hendak diraih. Pertama, memenuhi kebutuhan ruhani pikirannya. Kedua, membaca untuk meresensi. Untuk yang kedua, tujuannya antara lain memberikan informasi atau pemahaman komprehensif tentang apa yang terungkap dalam buku, mengajak diskusi lebih jauh mengenai permasalahan dalam buku, memberi pertimbangan atas kelayakan sebuah buku, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin timbul ketika melihat sebuah buku yang baru terbit, dan memberikan arahan pada pembaca dalam memilih buku. Bab kedua buku lebih berbincang mengenai keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dengan meresensi buku. Bab ketiga buku ini berisi langkah-langkah yang musti diambil sebelum mengeksekusi resensi. Peresensi dapat bertanya pada orang yang lebih berpengalaman mengenai seluk beluk resensi, melakukan survei ke toko buku, menggali kebijakan media terkait kolom resensi masing-masing, dan membangun hubungan yang intim dan akrab dengan buku yang hendak diresensi.
Bab ketiga dan keempat dari buku ini memaparkan teknis resensi yang menjadi topik utama dari buku ini. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Kedua terbitan Balai Pustaka dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1991), kata “resensi” berarti pertimbangan atau pembicaraan buku, ulasan buku yang baru terbit. Dari definisi itu, sebenarnya sudah terkuak tiga elemen dasar kegiatan resensi. Yakni adanya teks buku, adanya unsur waktu baru, dan adanya pertimbangan atau penilaian (hal.x). Dalam bab keempat disarankan agar peresensi memilih buku yang sekiranya sesuai dengan minat dan kompetensinya. Setelah pilihan dijatuhkan, peresensi menuju pada tahap membaca dan memahami tubuh buku. Sebagai peresensi yang baik, ia harus menguasai teknik membaca skimming, dengan menemukan ide utama tiap paragraf. Memahami tubuh buku juga dilakukan dengan membaca pengantar buku, yang biasanya berisi ilustrasi singkat, ringkasan, dan maksud ditulisnya buku tersebut. Bandingkan pula buku tersebut dengan buku-buku lain bertema sama atau yang ditulis oleh penulis yang sama. Peresensi akan bisa membandingkan kelebihan dan kekurangan buku. Kekurangan buku sendiri bisa muncul dari sisi kesalahan cetak, penerjemahan yang kurang pas, pembahasan yang kurang akurat, dan data atau analisis yang kurang tajam. Resensi buku dapat ditulis dalam berbagai bentuk gaya. Adapun gaya resensi yang umum antara lain dengan meringkas dalam bahasa yang padat dan singkat disertai kesimpulan, menjabarkan isi buku yang masih terlampau rumit dipahami, membandingkan buku dengan buku lain yang senada dan mencari benang merahnya, memberi penekanan ide utama--yang biasanya dilakukan pada buku kumpulan tulisan atau bunga rampai. Struktur sebuah resensi yang baik terdiri dari judul resensi itu sendiri—yang baiknya dipilih dari gaya bahasa ilmiah populer, pencantuman data buku (judul buku, penulis, penyunting, pengantar, dan penerbit), membuat prolog sebagai penarik perhatian pembaca resensi, mengemukakan secara eksplisit isi buku, mengutip kalimat asli dari isi buku, menilai arti penting buku bagi masyarakat, keistimewaan buku dari berbagai sisi, sistimatika pembahasan buku itu,dan memaparkan biodata penulis.
Begitu resensi selesai ditulis, peresensi masih memiliki tanggung jawab untuk melakukan editing yang hendaknya dilakukan beberapa waktu berselang. Peresensi bisa juga meminta bantuan orang lain untuk membaca naskah resensinya dan memberikan komentar. Jika masih ada komentar negatif, naskah bisa dikoreksi sebelum dikirim. Namun perlu diingat, jika komentar negatif berasal lebih dari satu orang, tak perlu merasa gagal dan urung mengirim naskah. Kirimkanlah naskah apa adanya dan sesegera mungkin. Ketika naskah telah dikirim, penting untuk menanyakan tentang kapan naskah akan dimuat. Hal ini remeh namun penting mengingat tenggat waktu sangat sensitiif dalam naskah resensi. Jika naskah tidak dimuat, peresensi bisa mengirimkannya pada media lain. Jangan mengirimkan naskah sekaligus ke lebih dari satu media massa.
Buku “Kiat Sukses Meresensi Buku di Media Massa” ini berukuran cukup kecil dan tidak tebal, namun isinya mewakili segala hal yang diperlukan dalam sebuah resensi yang baik. Oleh karena itu, saya pribadi merekomendasikan buku ini untuk semua pembaca yang hendak mengambil manfaat lain dari membaca sebuah buku. Mulailah meresensi buku yang telah Anda baca, karena ilmu itu lebih berfaedah jika disebarluaskan.
Thanks for sharing Mak :)
BalasHapuskalo bisa rutin tulisan resensi dimuat di media massa, lumayan tuh penghasilannya :)
BalasHapusiya, insya Alloh, ke depannya. ini masih banyak belajar.. terima kasih kembali :)
BalasHapus